Lima Belas~

35.9K 2.2K 16
                                    

"NAH tadi saya sudah membagi kelompok. Dan saya juga sudah memberitahu kalian apa nama kelompoknya. Sekarang kita tidak ada temanya. Terserah kalian mau memasak apa. Bahan sudah ada di atas meja. Jadi terserah kalian mau mengolah jadi apa." Kata Bu Ratih yang berdiri di depan kelas.

Kebetulan Aric dan Kinar sekelompok. Mereka berdua sudah memakai celemek berwarna biru. Meja mereka berada di barisan dua dari belakang. Kinar menatap bahan-bahan yang ada di atas meja. Ada mie, telur, sayur-sayuran, dan banyak lagi. Kinar langsung memutar otaknya untuk berpikir akan memasak apa.

"Jadi kita masak apa nih?" Tanya Aric ketika Bu Ratih sudah selesai mengoceh di depan kelas.

Kinar menatap bahan-bahan secara bergantian. "Kita masak martabak mi aja."

Aric mengerutkan kening. "Martabak mi? Serius lo?"

Kinar mengangguk dan menyambar kol. "Yap. Tapi kita pake sayur-sayuran di dalamnya. Biar sehat gitu."

Aric manggut-manggut. Ia menyambar tomat dan memotong menjadi dadu. Sedangkan Kinar sedang mencincang kol. Mereka pun sibuk memotong entah apa. Pokoknya sayur-sayuran di atas meja, semuanya mereka cincang sambil ketawa gak jelas. Anak yang lain sibuk memasak dengan tampang serius. Hanya Aric dan Kinar yang agak lain dari yang lain.

Aric mengocok telur. "Jadi ini langsung dimasukin semuanya kan ke dalam telur?"

"Yup." Sahut Kinar seraya memasukkan semua bahan yang sudah mereka cincang dan juga mi yang sudah di rebus ke dalam telur.

"Ngerasa gak kalo masakan kita yang paling simple?"

Kinar mengangkat alis. "Jadi, kalo paling simple kenapa? Salah? Yang penting kita ini udah masak. Daripada gak masak, kena jitak sama Bu Ratih entar. Intinya yang penting udah usaha. Gak usah pikirin penilaian. Dan yang terpenting dari semuanya, makanan yang kita bikin itu bisa dimakan."

Aric kembali manggut-manggut. Kinar menyalakan kompor dan mulai memasukkan semua bahan ke dalam kuali-atau entah apa itu namanya. Sambil memasak, mereka ketawa-ketawa karena menyadari jika masakan mereka paling berbeda. Yang lain pada masak spagethi, buat kue, atau entah apa.

Dan ketika waktu hampir selesai, Kinar dan Aric sudah selesai. Mereka sudah menghias makanan mereka. Bu Ratih berhenti di depan meja mereka dan menatap martabak mie yang dihias dengan bentuk muka senang.

Bu Ratih mengerutkan kening. "Martabak mie?"

Aric dan Kinar mengangguk. Lalu Kinar menyahut. "Yang penting kami sudah usaha. Kami hanya mencoba. Gak mikirin hasilnya gimana."

Bu Ratih manggut-manggut. Ia mengambil sebuah garpu. Di saat yang lain belum selesai dan masih sibuk menata makanan, Bu Ratih sudah mulai mencicipi makanan mereka berdua. Bu Ratih mengunyah potongan kecil martabak mie. Ia bergumam pelan.

Kinar dan Aric saling menyenggol lengan.

"Hmmm... Ya rasanya seperti martabak mie biasa. Tapi ini perpaduan yang unik karena kalian memasukkan beberapa jenis sayuran yang cocok untuk martabak mie. Ya bisa dibilang martabak kalian lumayan." Kritik Bu Ratih. "Kalian sudah mencoba?"

Kinar dan Aric saling pandang. Lalu mereka menggeleng dan tersenyum kecil. "Belum."

"Nah. Kenapa belum nyoba?" Tanya Bu Ratih. Lalu Bu Ratih memicingkan mata. "Apa kalian memasukkan sesuatu ke dalam makanan ini?"

Kinar dan Aric langsung menggelengkan kepala mereka. "Bu, mana mungkin kami tega begituan sama ibu. Kami kan sayang sama ibu."

Bu Ratih mendencakkan lidah. Ia bergumam pelan dan langsung berjalan menuju meja yang ada di belakang. Kinar langsung menyambar garpu. Ia segera memotong kecil martabak mie dan memasukkan ke dalam mulut. Ia menganggukkan kepalanya.

RELATIONSHITWhere stories live. Discover now