Dua Puluh Dua~

29.6K 2.1K 52
                                    

"WAH. Cantik banget ya, Kin. Cocok deh di badan kamu." Kata Kak Rasya tersenyum.

Kinar ikut tersenyum dan menatap kebaya merah muda yang cantik itu di atas kasurnya. Kebaya itu adalah kebaya milik Kak Naomi. Kak Naomi memberikan kebaya itu ke Kinar. Kinar pun memutuskan untuk memakai kebaya itu pada saat acara perpisahan.

"Cocok di aku ya, Kak?" Tanya Kinar.

"Iya, Dek. Cocok banget. Badan kamu kan ramping. Terus warna kebayanya cocok sama kamu. Cobain dulu deh." Kata Kak Rasya.

"Beneran cocok sama aku?" Tanya Kinar.

Kak Rasya mendecakkan lidahnya. "Dih. Gak percayaan amat sih. Manda! Manda!"

Yang dipanggil pun masuk ke dalam kamar Kinar dan menaikkan alisnya. "Apaan manggil-manggil?"

"Nih, Kinar dapat kiriman kebaya dari kakaknya buat kebaya acara perpisahan. Kebayanya cocok di dia kan?" Tanya Kak Rasya menunjuk-nunjuk kebaya merah muda dan Kinar.

Manda mengusap-usap dagunya. "Hmmm. Warnanya bagus. Badannya si Kinar kan juga bagus. Ya bagus kok! Cocok di Kinar."

"Tuh, kan. Gak percayaan amat sih nih anak. Dibilang cocok malah gak percayaan." Kak Rasya menggelengkan kepalanya.

Kinar menyengir lebar.

"Ganggu gak gue?"

Mereka bertiga menolehkan kepala dan menemukan Kak Ola yang berdiri di ambang pintu.

"Gak sih. Selagi lo gak buat ribut. Ada apaan?" Tanya Kak Rasya.

"Tuh ada orang di depan mau ketemu sama Kinar." Sahut Kak Ola. "Maksa banget pengen ketemu. Langsung temuin tuh orang. Kalo gak langsung nyelonong masuk dianya."

Kinar pun segera keluar dari kamar dan berjalan ke teras. Dilihatnya ada seorang pria yang berdiri di depan rumah. Siapa sih tuh orang?

"Maaf, Anda mencari saya?" Tanya Kinar dengan pelan.

Pria itu mengangguk. "Bisa ikut saya?"

Kinar terdiam. "Kemana?"

"Bisa ikut saya?"

Kinar kembali diam. Nih orang siapa sih? Kok langsung nanya gitu. Apa penculik ya?

"Saya tidak akan melakukan hal buruk kepada Anda. Bisa ikut saya?" Tanya pria itu lagi.

Kinar pun akhirnya mengangguk pasrah. Dia pun mengekor pria itu yang berjalan menuju mobil sedan abu-abu yang terpakir manis di pinggir jalan.

Pria itu membukakan pintu mobil bagian penumpang belakang dan menyuruh Kinar masuk.

------------------------------------------------------------------------

Sudah Kinar duga. Dan dugaannya memang tepat. Pria tadi memang anak buah dari ayahnya. Dan sekarang apa? Kinar sudah berada di dalam rumah megah mewah. Ia pernah memasuki rumah ini sekali. Dan ini rumah ayahnya.

Kinar duduk di ruang tamu yang besar dan penuh barang mewah dan antik. Dia menatap sekitar ruangan itu sampai tak menyadari jika seseorang sudah duduk di sofa berlengan satu di hadapannya.

Seseorang berdeham membuat perhatian Kinar teralih pada orang itu.

Kinar langsung menelan ludahnya dan tak nyaman duduk di sofa panjang itu.

"Kemana saja selama sebulan ini? Mencoba menghilang?"

Kinar hanya diam.

"Kau tidak akan pernah bisa menghilang! Jangan pernah coba kabur dariku!"

RELATIONSHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang