Delapan~

46.7K 2.7K 15
                                    

ARIC berjalan menuju parkiran sambil menundukkan wajahnya. Tadinya dia bawa jaket, tapi jaketnya sekarang ada di Ninda. Kini Aric merutuk-rutuk kenapa tadi ia tak memukul Bagas. Malah ia hanya diam saja ketika Bagas membuatnya babak belur. Jadi untuk apa selama ini Aric belajar ilmu karate, kalo dia ternyata malah gak gunain ilmu itu untuk membela dirinya.

Aric berhenti melangkah dan memicingkan matanya saat melihat seseorang yang berdiri di dekat mobilnya. Ia menggeram kesal ketika mengetahui siapa orang itu. Orang yang dilihatnya pun menyadari jika Aric sudah datang. Langsung saja ia menghampiri Aric.

“Aric, kok kamu lama bener sih?” Tanya Ninda yang langsung bergelayut manja di lengan Aric.

Aric hanya diam dan berjalan menghampiri mobilnya. Lalu ia menghentakkan lengannya dengan pelan.

Ninda kaget. Ia menatap Aric. Tapi ia langsung kaget melihat wajah Aric yang ternyata babak belur. “Ini kenapa?” Tanya Ninda hendak menyentuh pipi Aric yang lebam.

Aric langsung mencekal pergelangan tangan Ninda sebelum Ninda menyentuh pipinya. “Bukan apa-apa.”

Ninda mengerutkan kening. “Itu kenapa? Kamu berantem? Atau kenapa sih? Cerita ke aku!”

“Bukan apa-apa.” Jawab Aric dengan acuh.

Ninda mengerucutkan bibirnya. “Kenapa kamu? Kamu gak mau cerita sama aku? Kamu dipukulin ya?”

“Bukan urusan lo.” Kata Aric dengan nada agak tegas.

“Kok kamu kayak hardik aku sih.”

Aric memutar bolamatanya. “Kita putus.”

“Kenapa?” Tanya Ninda yang memang kaget.

“Pokoknya kita putus.”

Ninda sibuk mendesak Aric agar memberitahu alasan. Aric hanya bisa menghela napas. Ia berbalik dan langsung membuka pintu mobil. Di luar, Ninda sibuk mengetuk jendela mobil. Aric menghidupkan mesin, memundurkan mobil dan segera mengendarai mobil menuju rumahnya.

-----------------------------------------------------------------------------------------

Saat ini Kinar dan Eliza lagi makan berdua di sebuah food court. Tadi Kinar nemenin Eliza buat nyari boneka yang katanya buat kado ulangtahun sepupunya. Mereka berdua berbicara mengenai apa aja sambil makan. Dan kali ini mereka lagi ngebahas tentang klub mereka yang dirahasiakan dari semua siswa.

“Lo emang selalu berhasil jalanin misi lo itu. Maksud gue ya misi lo yang sesuai sama visi kita. Menyatukan cewek dan cowok yang cocok dan buat mereka saling menyayangi kalo bisa mencintai sampe mati. Gue merasa kita ini patut menyingkirkan posisi cupid yang biasanya nembakin panah cinta,” kata Eliza sambil mencomot kentang goreng yang ada di piring Kinar. “Ya soalnya kita selalu berhasil buat nyatuin mereka-mereka itu. Lihat aja tuh Miss Kiara sama Pak Bondan. Kan Kak Hazel yang nyatuin. Hampir mati-matian dia berusaha. Hampir juga putus asa. Tapi kita kan gak kenal sama yang namanya putus asa.” Eliza berhenti sejenak untuk menyeruput jus jeruk karena tenggorokannya tiba-tiba kering.

RELATIONSHITWhere stories live. Discover now