Empat~

50.2K 3K 34
                                    

ARIC menutup pintu mobil. Lalu ia memijit tombol lock di kunci mobilnya. Dengan langkah gontai dan tas ranselnya yang disandangnya di bahu kanan, ia berjalan menuju kelasnya. Dengar-dengar sih dia kelas 3 IPA-2. Ia berjalan menuju kelasnya yang berada di dekat kantin. Kemarin Niko sudah membawanya untuk tur mengelilingi sekolah.

“Bro!”

Aric berbalik dan menemukan Niko yang sedang menyengir lebar. “Bisa gak sih tiap ketemu gue lo gak usah ngagetin gue terus?” Aric mendengus.

Niko terkekeh pelan. “Sori, Ric. Eh betewe lo kelas berapa, Ric?”

“Gue lagi berdiri di depan kelas apa emang?” Tanya Aric melirik pintu kelas yang hanya berjarak satu meter darinya.

Niko menoleh dan menganggukkan kepalanya. “Sama dong kayak gue. Kelas 3 IPA-2 juga.”

“Kok kita satu kelas sih?” Tanya Aric.

“Ya mana gue tau. Kita jodoh kali ya, Ric.” Sahut Niko mengedipkan sebelah matanya.

“Astaga, Nik. Gue masih normal. Oke.” Aric langsung membalikkan badannya dan berjalan memasuki kelas.

Niko mengekor Aric sambil tertawa ngakak. “Gue bercanda kali, Ric.”

Aric berjalan ke sebuah meja yang berada paling belakang di dekat jendela yang mengarah ke lapangan badminton. Ia menaruh tasnya di atas meja dan duduk. Niko duduk di sebelah Aric.

“Biasanya kalo disini denah tempat duduknya sesuai apa?” Tanya Aric.

“Yaa… kadang sesuai keinginan guru. Entar guru yang bakal ngacak. Kadang boleh milih sendiri. Kadang juga sesuai absen. Kadang sih nomor absen diacak, terus lo milih satu angka deh.”

“Oh. Gitu.”

Beberapa anak masuk ke dalam kelas 3 IPA-2. Aric memperhatikan satu-satu teman-teman sekelasnya. Dan ia berhenti di satu sosok yang baru memasuki kelas.

“Lo beneran suka sama Kinar ya, Ric?” Tanya Niko yang menyadari jika Kinar memasuki kelas.

Aric mendesah. “Itu kan Cuma surat cinta doang, Nik. Ya gak lah. Gue tuh stuck banget pas disuruh buat surat cinta. Dan pas Kinar lewat di depan gue, gue langsung mutusin kalo dia yang bakal jadi penerima surat gue.”

Aric melihat dari ekor matanya jika Kinar duduk di bangku nomor dua di barisannya. Lalu Aric menghela napas dan melempar pandangannya ke jendela.

-----------------------------------------------------------------

Kinar bersyukur ketika Bu Tia, wali kelasnya saat ini berjalan masuk ke dalam kelas. Sedaritadi Jasmine dan Eliza memang sedang menggodanya tentang surat cinta dari Aric yang kemarin itu. Lalu ketika mereka harus berpisah dengan Eliza karena Eliza tidak sekelas, Jasmine pun masih menggoda Kinar. Apalagi ketika Kinar baru menyadari jika Aric ternyata sekelas dengannya. Ini tambah ribet. Malah Jasmine tambah menjadi-jadi.

RELATIONSHITWhere stories live. Discover now