Empat Belas~

35.8K 2.3K 54
                                    

ARIC menutup pintu mobil. Segera ia memijit tombol untuk mengunci mobil. Matanya langsung menangkap Vivid yang sedang berjalan dengan langkah cepat ke kosan Kinar dengan menjinjing sebuah ransel dan koper.

Aric pun berjalan menuju kosan Kinar dengan langkah gontai sambil memainkan kunci mobil. Di teras rumah yang berwarna biru pucat itu, terlihat Kinar menyambut kedatangan Vivid.

“Udah semua kan barang lo?” Tanya Aric melirik koper dan ransel Vivid yang kembung.

Vivid mengangguk. “Yup. Udah semua.”

“Tadi lo janji sama gue, sebulan ini lo gak bakal balik-balik ke rumah kan?” Tanya Aric.

“Iya. Lo tenang aja. Hidup lo bakal tenang selama sebulan.”

Aric hanya manggut-manggut. Kinar tadi masuk sebentar ke dalam. Kini ia keluar lagi.

“Jadi mau sendirian nih di kamar?” Tanya Kinar pada Vivid.

“Iya. Entar kalo aku ketakutan atau kesepian, aku langsung ke kamar kakak kok. Kamar kakak dimana?” Tanya Vivid.

“Pas di samping kanan kamar kamu.”

Vivid langsung tersenyum lebar. Ia menyeret kopernya. Kinar menawarkan untuk mengantarnya ke kamar, tapi Vivid menolak karena ada Kak Rena di ruang tamu, Vivid langsung berkenalan dengan Kak Rena dan mereka berbincang.

Kinar menyuruh Aric duduk di kursi teras. Sedangkan ia sendiri duduk di pagar semen dekat pintu.

“Kok dia gak mau sekamar sama gue?” Tanya Kinar.

Aric mengangkat bahunya. “Gak tau. Biasalah. Anak bau kencur kayak dia kan suka labil.”

Kinar manggut-manggut. “Tante Vera nggak ikut?”

Aric mengangkat alisnya ketika Kinar bertanya tentang mamanya. “Oh. Nyokap gue tadi lagi ada tamu di rumah. Dia nyuruh gue buat nganter Vivid. Mungkin besok dia bakal kesini.”

Mereka terdiam sejenak.

“Oh, ya. Besok gue jemput lo. Kita pergi bareng.” Kata Aric.

“Eh. Gak usah. Gue bisa naik angkot kok.” Tolak Kinar.

“Gak apa. Gue bakal jemput pagi-pagi. Soalnya sekalian mau lihat Vivid besok gimana. Biasanya kalo pagi-pagi dia yang heboh gak tau kenapa.”

Kinar menghela napas. “Ya udah deh. Serah lo.”

“Makan di luar yuk.” Ajak Aric seraya bangkit.

“Gak deh. Makasih. Gue masih kenyang.”

RELATIONSHITWhere stories live. Discover now