Move#2

80.7K 10K 649
                                    


Chapter Dua: Si Cewek Gamon





      Hanna menangis. Gadis itu menekuk kedua lututnya, memeluknya erat dengan isak tak terkendali. Rambut hitam panjangnya terjatuh lemas, menutupi wajah bulat yang basah air mata itu. Ia tersedu, mengeluarkan semua sesak di dadanya sedari tadi. Sendirian di kamar itu, gadis itu makin merasa dingin dan sepi.

Rumah kosong. Ayah dan Ibu yang tak ada. Dan kekasih yang berkhianat.

Apalagi yang bisa lebih dingin?


Suara bel berbunyi membuat gadis itu tersentak. Ia terdiam, mengangkat wajah.

Bel kembali berbunyi membuat Hanna merasa getar yang aneh. Gadis berpipi bulat itu mengusap wajah basahnya, segera berdiri. Dengan isak tertinggal, kakinya menapaki lantai rumah dan menuju pintu.

Para pembantu dan supir sedang berlibur, membuat gadis itu kini melangkah sendiri untuk membuka pintu.


Matanya melebar melihat ke arah pagar rumah, dimana tiga wajah familiar ada di sana. Mereka meringis, mengacungkan sekotak kertas berlogo pizza.


"PIZZA IS COMING!!!"



Garis wajah gadis itu berubah.

Hatinya berdesir.

Yang tak lama kemudian terkekeh kecil memandangi tiga pemuda jangkung itu.



**



Hanna memandangi mereka. Bobi temannya sejak lama yang kembali jadi teman kelasnya, Junaid yang satu kelas dengannya di kelas sepuluh bersama Bobi, juga Cakra si adik kelas yang saat MOPD dikerjai Bobi Junaid dan dibela Hanna malah jadi mengekori mereka kemanapun.

Seperti sekarang. Ketiganya datang untuk Hanna.


"Pipi lo kenapa?" tanya Hanna menyentuh pipi bulat Cakra, membuat pemuda itu tersentak dan refleks meringis. Hanna melebarkan mata, tersadar bengkak samar itu bekas pukulan.

Bobi dan Junaid yang makan di depannya segera menunduk, kompak belagak tak tahu menahu menuang saus sambal ke potongan pizza. Sementara Cakra melirik, melemparkan tatapan sebal karena hanya dia yang jadi sasaran.

"Lo berantem? Ngapain sih? Elo baru sebulan jadi anak SMA!" omel Hanna begitu saja, menjitak pelan kepala Cakra. "Makanya kan, nggak usah gaul sama ni dua curut."

Cakra mendecak kecil, meringis memegangi kepalanya. "Guekan... juga nggak terima..." cicitnya kecil membuat Hanna mengernyit. "Lo disakitin."

Kalimat itu membuat Junaid tersedak. Cowok tampan berwajah dingin tersebut melotot pada Cakra. Memberi isyarat bahwa mereka sudah sepakat merahasiakan ini dari Hanna.

Hanna tertegun. Cukup lama sampai ia menyadari. Gadis itu menolehkan kepala, memandang Bobi yang masih belagak masa bodoh.

"Lo ngapain Arga?" tanya Hanna dingin.

Bobi mengangkat wajah, memasang ekspresi bodoh. "Hm? Arga siapa?" tanyanya polos, lalu menoleh pada Junaid. "Arga siapa, Ned?"

"Tau," jawab Junaid mengedikkan bahu, menoleh pada Cakra. "Arga siapa sih, Ka?"

2A3: Make A Move ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang