Move#14

50.5K 7.8K 1.6K
                                    


Chapter Empatbelas: Rahasia





           Junaid menepuk kepala Cakra yang sudah melemparkan lawakan garing nan receh barusan. Dua orang itu berdiri di dekat ruang OSIS, menunggu Bobi yang sudah janjian dengan mereka.

Cakra tertawa, namun jadi memelan. Ia menyonggel lengan Junaid, kemudian menggerakkan dagu pada seorang pemuda yang berhenti di depan mading di depan ruang OSIS dan membaca kertas pengumuman.

Junaid diam sejenak, kemudian berdehem kecil. "Yoyo," panggilnya membuat pemuda tampan itu menoleh. "Si Bobi ada di kelas nggak?"

Yoyo menggeleng, "nggak tahu, gue belum ke kelas sih," jawab pemuda yang dijawab Junaid dengan bibir membulat. Yoyo kembali menoleh ke mading.

Junaid memandangi itu. Mengerti suaranya sudah cukup nyaring untuk Yoyo dengar, ia menoleh pada Cakra. "Coba chat Hanna mungkin dia lagi sama Bobi," katanya membuat Yoyo tersentak dan refleks menoleh. Tapi Junaid belagak tak sadar dan tetap memandang Cakra yang melebarkan mata menatapnya.

"Lah Kak Hanna kan lagi latihan gobs, dia nggak ikut," jawab Cakra polos.

Junaid merapatkan bibir, menahan untuk tidak menjitak pemuda ini. "Ya mungkin aja mereka bareng kan," kata Junaid membuat Cakra mengernyit, "....... walau udah putus."

Yoyo yang awalnya mencoba membaca pengumuman lagi langsung menegak. Kali ini cowok itu tak menoleh, justru terdiam dan menajamkan pendengaran.

"Kasihan juga sih kadang gue sama Hanna. Dimana-mana dihantuin Bobi mulu," kata Junaid dengan nada prihatin, "Sampai di luar sekolah pun mau nggak mau berurusan sama Bobi."

Cakra mengernyit, "lo ngomong apa sih Jun?" bisiknya bingung.

Junaid tak peduli dan kembali melanjutkan, "karena itu juga kan si Arga malah nggak terima. Dia malah nyelingkuhin Hanna. Padahal Hanna pikir Arga bakal ngerti," kata Junaid agak melirik, melihat Yoyo yang makin terpaku.

"Walaupun Hanna sama Bobi harus pura-pura pacaran untuk keluarga mereka, mereka nggak mungkin baper-baperan karena udah sahabatan banget bareng kita. Tapi si Arga brengsek itu nggak ngerti."

Cakra tenganga-nganga, "kok lo jadi ngomong panjang? Tumben? Ngomongin Kak Hanna sama Arga? Elo sakit?" tanya pemuda itu tertubi-tubi.

Junaid melengos keras, menatap Cakra tajam menyuruh pemuda itu diam saja sekarang. "Gue mikir deh Ka, si Hanna sekarang nutup hati banget masih trauma sama Arga kali ya?" Junaid melengos kecil, "padahalkan sekarang sinetronnya sama Bobi udah selesai. Mereka nggak perlu pura-pura lagi."

"Iya," jawab Cakra mengangguk, "terus kenapa?" lanjutnya dengan wajah polos.

Junaid menjilat bibir bawah, mencoba sabar. "Gue berharap ada cowok yang nggak kayak Arga buat Hanna. Yang ngerti posisi cewek itu kehidupannya seribet sinetron India."

Cakra langsung berseru mengerti, "oh.... Gitu," Pemuda itu melirik, memandang Yoyo yang kini terdiam dengan ekspresi melamun berhadapan dengan mading sekolah.

"Kak Yoyo, lo peka nggak?"

"Bangsat," Junaid tak tahan untuk tidak menjitak kepala pemuda itu geram, langsung menarik lehernya dan mencekiknya sambil mengulek kepalan tangan di kepala Cakra. "Gue udah nyusun kalimat panjang-panjang napa lo frontal anjeng?!?!?!?!?!?!??????"

"AMPUUNNNN!!! MAKANYA KALAU MAU NYINDIR ITU KASIH TAHU GUE DULU GUEKAN NGGAK TAHUUUU!!!" teriak Cakra meronta minta dilepaskan.

Yoyo yang beberapa saat lalu tersentak dan membeku, jadi tertawa melihat mereka. Ia lalu dengan tenang mendekat. "Udahlah, Jun," katanya menepuk pundak Junaid menyuruh Junaid melepaskan Cakra yang terus merengek.

Junaid mau tak melepaskan Cakra, menonjok lengan pemuda jangkung itu sebal. Cakra merintih kecil, kemudian segera memperbaiki rambutnya yang berantakan.

Yoyo tersenyum pahit, "thanks ya," katanya menatap Junaid yang jadi mendesah pelan. "Gue udah ngerasa ada yang Hanna sama Bobi rahasiain... ternyata ini toh," ucap pemuda itu lirih. "Ck. Gue udah mikir salah aja."

Junaid mendengus kecil, "elo nggak salah. Hanna aja yang masih gengsian kepala batu."

Yoyo tertawa renyah, "gue paham kok," katanya mengerti, "thanks ya Jun," ucap pemuda itu tulus, lalu menoleh pada Cakra, "elo juga. Thanks."

"Lah dia kan nggak ngapa-ngapain?" protes Junaid sebal.

Yoyo tertawa, "eh, nama lo siapa? Elo gengnya Hanna juga, kan?"

Cakra mengangguk, "gue Cakra. Degem kesayangannya Kak Hanna."

"Jijik Ka," sahut Junaid langsung mengumpat.

Yoyo menggeleng kecil, "Emang ya. Kalau satu kelompok sama Bobi tuh ya otaknya nggak beda jauh."

"Gue enggak!" seru Junaid segera. "Dia aja udah terjangkit virus. Pas kecil lo pake vaksin palsu sih Ka."

Cakra mengumpat, menggeram mengancam belagak ingin melemparkan tonjokkan.

Junaid langsung melotot, "apa?! Apa?! Lo mau apa?!" katanya membusungkan dada menatap Cakra menantang.

Yoyo menghela nafas dan kembali menggeleng kecil melihat itu. Berikutnya ia jadi diam. Mulai menyesali pemikiran salahnya selama ini. Pemuda itu merutuk, merasa bodoh sudah menjauhi gadis itu.





Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



2A3: Make A Move ✔ ✔Where stories live. Discover now