Move#6

61.5K 8K 281
                                    


Chapter Enam: Bekal




     Siang itu Hanna sudah hampir pingsan karena pergi kesana kemari. Setelah mengatur kedatangan Duta Muda Anti Narkoba Jakarta, gadis itu beristirahat sejenak ke kelasnya yang kali ini kosong karena banyak yang keluyuran kesana kemari.

Gadis bepipi bulat itu menjatuhkan pelan tubuhnya ke kursi, kemudian menempelkan kepala ke atas meja. Ia menghela nafas lelah dengan mata terpejam. Makin lama ia makin larut. Terpekur begitu saja.

Yoyo memasuki kelas yang sepi. Pemuda itu mengangkat alis, melihat Hanna sudah sampai di kelas dan tertidur di kursinya. Ia diam sejenak, kemudian melangkah mendekat sepelan mungkin.

Yoyo merunduk, melihat wajah pulas Hanna yang kelelahan. Pemuda itu mendesah pelan, merasa kasihan. Tangannya terjulur, namun berhenti di depan rambut Hanna. Mendengar dengkuran pelan ditambah gumaman kecil gadis itu.

Yoyo tersenyum menahan tawa. Menyadari gadis ini sudah benar-benar terlelap di kelas.

Lutut Yoyo perlahan tertekuk, lalu jatuh. Ia berlutut di depan meja gadis itu. Dengan tanpa suara, kedua tangannya terlipat di meja, dengan dagu yang ia tempelkan di atasnya. Matanya menatap gadis itu yang tertidur lelap di depannya. Yoyo ikut memiringkan kepala, menatap dekat kedua mata Hanna yang tertutup rapat dengan nafas teratur yang berat. Bulu mata lentik gadis itu membuatnya masih saja terlihat cantik walau sedang terpejam.

Cukup lama Yoyo memandangi wajah bulat itu. Berlutut di depan meja Hanna menikmati setiap inci wajah Hanna. Anak rambut Hanna sempat jatuh menutupi wajahnya. Jemari Yoyo perlahan meraih rambut halus itu dan menyematkan ke balik telinga Hanna.

Yoyo kembali menopang dagu dengan senyum samar. Menatapi dalam gadis ini yang sudah lelap. Kedua kelopak mata Yoyo meneduh.

Pemuda itu mengerjap beberapa saat, kemudian memajukan wajah.

"Eungg..."

Hanna bergumam pelan, membuat gerakkan Yoyo terhenti.

Pemuda itu langsung tersadar. Masih dengan posisi sudah sepersekian senti di depan wajah Hanna, ia menggigit bibirnya keras dan mengulumnya ke dalam, lalu kembali mundur menegakkan tubuh.

Yoyo menoleh kanan dan kiri, melihat situasi masih aman tak ada yang melihat. Tapi tetap saja ia merutuk, merasa malu sendiri tadi hampir saja khilaf—

Yoyo menggeleng kecil menyadarkan dirinya sendiri. Walau pipinya mulai memerah begitu saja dengan senyum tertahan yang bodoh.

Melihat gadis itu mulai bergerak dan meracau kecil, Yoyo segera melompat ke kursi di depan meja Hanna. Pemuda itu duduk tegak, memandang Hanna yang mulai mengangkat wajah masih dengan mata terpejam.

Hanna menempelkan punggung ke kepala kursi. Matanya perlahan terbuka dengan berat. Tapi berikutnya malah tertutup rapat lagi. Dengan posisi tegak kini, Hanna merunduk dan belum mau benar-benar bangun.

Yoyo terkikik kecil melihat itu. Ia merogoh hapenya, lalu dengan segera mengacungkan kamera hape ke depan Hanna yang kepalanya sudah bergerak-gerak kerap kali hampir jatuh.

Mendengar tawa tertahan, Hanna mengernyit dan perlahan membuka mata lagi. Kini sambil mendongakkan kepala, menyadari ada hape teracung di depan wajahnya.

Gadis itu membelalak, langsung memekik marah dan ingin merampas smartphone Yoyo tapi dengan gesit pemuda itu membalikkan tubuhnya dan tertawa puas.

2A3: Make A Move ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang