1. Si Jahil

83.2K 3.3K 217
                                    

12 April

Gue nggak tahu apa yang sebenarnya menarik dari diri gue. Ya, gue cantik, modis, rambut gue panjang, kulit gue putih bersih. Tapi plis gue bukan kuntilanak. Nggak ada sejarahnya kuntilanak secantik gue. Mungkin, kalian akan berpikir gue idola di sekolah. Iya, itu emang bener. Bener banget. Banyak cowok yang ngejar-ngejar gue dan ngebet jadi pacar gue. Tapi, itu dulu... dulu sebelum si sedotan gangguin gue. Sedotan buntu yang paling nyebelin sedunia. Dia selalu ngegangguin gue dan ngejahilin gue tujuh hari seminggu. Selama setahun terakhir. Kalo kalian pengen tau isi hati gue... hhh, gue pengen makan orang kalo ketemu sedotan sok ganteng itu!

***

Kriiiing... suara yang setiap hari selalu di nanti semua siswa SMA Nusa ketika tengah fokus pada pelajaran akhirnya berbunyi nyaring, memenuhi setiap sudut ruangan dan membuat gedung yang semula hening seperti tak berpenghuni, seketika riuh dengan suara teriakan gembira dari setiap kelas.

(Namakamu) mengulurkan tangannya kebelakang saat Pak Andri sudah keluar dari kelas. Ia berniat mengambil tasnya untuk memasukkan semua alat tulis serta bukunya sebelum ia pergi ke kantin. Tapi, rasanya ada yang aneh.

(Namakamu) menatap kebelakang dan mendapati tasnya sudah tidak ada di tempat. Sontak saja kedua mata (namakamu) membulat panik. Pasalnya, baru semenit yang lalu ia meletakkan buku tulis yang lain kedalam tas. Dan sekarang, tasnya hilang begitu saja.

"Kenapa lo?" Salsha yang duduk di depan (namakamu) segera bertanya saat melihat raut wajah panik sahabatnya.

"Tas gue ilang!" jawab (namakamu) panik.

"Hah? Nggak mungkin tas lo hilang di kelas."

"Serius, Sha! Tas gue nggak ada." (Namakamu) beranjak dari duduknya. Mencoba mencarinya di kolong meja. Memutar-mutar tubuhnya agar dapat melihat keseluruh kelas. Namun, ia sama sekali tak melihat ada tasnya.

Salsha berdehem, matanya tertuju pada satu titik. Salsha meraih tangan (namakamu) dan menunjuk kesatu arah. Memperlihatkan sesuatu yang membuat (namakamu) terkejut dan hanya bisa diam selama beberapa detik.

Bayangkan saja, tasnya di gantung di dekat jendela kaca yang paling atas dan otomatis (namakamu) tidak bisa mengambilnya. Mulai dari buku tulis hingga buku paket terselip di lubang-lubang ventilasi udara yang terdapat diatas jendela kelas.

Melihat semua itu, tuduhan (namakamu) mengarah pada satu orang. Orang yang sudah membuatnya kesal selama setahun terakhir. Orang yang selalu membuatnya darah tinggi dari pagi hingga pagi lagi. (Namakamu) mengepalkan kedua tangannya dan membalik badan. Menatap laki-laki itu dengan tatapan menyipit tajam.

"IQBAAAAALLLL! Awas lo ya!" teriak (namakamu) penuh dengan nada kekesalan.

(Namakamu) melangkah menghampiri Iqbaal yang seperti tak mendengar sesuatu saat (namakamu) berteriak. Braak! (Namakamu) menggebrak meja Iqbaal dengan penuh amarah yang meluap.

Iqbaal sama sekali tak bereaksi takut atau apa saat (namakamu) menggebrak mejanya dengan keras. Iqbaal malah menggoda (namakamu) dengan senyum manisnya dan sebuah kecupan jarak jauh.

"Apa sayang? Kangen ya?" goda Iqbaal.

"Najis! Turunin nggak tas sama buku gue?!" (Namakamu) menatap Iqbaal tajam. Berharap Iqbaal takut dengan tatapannya kali ini. Tapi, sepertinya percuma. Mau setajam apapun ia menatap seorang Iqbaal. Iqbaal Dhiafakhri tidak akan pernah takut.

Iqbaal melirik tas (namakamu) yang tergantung tinggi, lalu tersenyum miring.

"Tas ya? Emangnya gue yang nyantolin tas hello kitty lo di sono?" tanya Iqbaal.

I Love You Mr. Dhiafakhri [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang