16. Rindu

20.7K 2K 106
                                    

26 Juni

Gue bersyukur banget karna sekarang Iqbaal udah berenti ngejailin gue, bikin gue kesel, ngirimin paket aneh kerumah. Sekarang, dia sering banget ngasih barang-barang kecil atau puisi-puisi absurd. Haha... Dia jadi gemesin banget pokoknya><  eh, gue jadi alay?

***

(Namakamu) mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di atas meja, menunggu Iqbaal datang bersama pesanannya.

Tak lama, senyumnya mengembang saat Iqbaal datang dengan nampan berisi bakso pesanannya. (Namakamu) bertepuk tangan kecil saat Iqbaal meletakkan mangkok bakso di hadapannya lengkap dengan segelas es jeruk.

"Gue yang racik loh," ucap Iqbaal bangga.

"Nggak nanya," balas (namakamu) cepat dan meraih sendok garpu di hadapannya.

Iqbaal berdecak. "Gue ngasih tau."

"Nggak mau tau."

Iqbaal menghela napas, meraih es jeruk (namakamu) dan meminumnya sedikit. Gadis itu membuatnya sedikit kesal. Seperti tidak menghargai karyanya.

(Namakamu) menggigit pentol bakso yang ia tusuk dengan garpu. Mengunyahnya dengan pelan dan kemudian merasakan rasanya yang menurutnya sama saja dengan yang biasa ia makan.

"Nggak ada bedanya," ucap (namakamu) berkomentar.

Iqbaal mendesah kesal. "Kalo baksonya ya jelas sama aja, Pumpkin! Cobain kuahnya." Iqbaal menggeram kesal dan kedua tangannya bersiap mencubit kedua pipi (namakamu). Tapi, gadis itu berhasil menghindar.

"Mau nyubit mulu lo!"

"Lo bikin gue gemes."

"Lo bikin gue eneg." (namakamu) memasukkan bakso kedalam mulutnya dengan kesal.

"Tapi, lo sayang."

"Kata siapa? Gue nggak pernah ngomong sayang sama lo. Lo aja yang kepedean."

"Nggak usah berkelit Pumpkin. Buktinya kan ini pas dirumah pohon sama didorong AlBas," ucap Iqbaal dan bibirnya bergerak membuat gerakan mencium yang langsung membuat (namakamu) bergidik geli.

"Geli!"

Iqbaal beranjak dari duduknya dan melangkah pergi. Ia sengaja meninggalkan (namakamu) dengan harapan gadis itu akan mengejarnya dan meminta maaf karna sudah membuatnya kesal.

Tapi, yang Iqbaal harapkan sama sekali tak terjadi. (Namakamu) masih tetap sibuk dengan baksonya. Iqbaal akhirnya menghela napas, menyerah.

"Kasian ya lo berdua, pacaran tapi tetep berantem terus. Nggak pernah akur." Ari tiba-tiba muncul di hadapan Iqbaal, saat Iqbaal baru saja keluar dari kantin.

Iqbaal mendengus kesal melihat Ari berdiri sombong di hadapannya. Laki-laki yang paling ia benci di sekolah ini. Laki-laki yang selalu menyulut emosinya jika sudah menyangkut apapun tentang (namakamu).

"Cara pacaran kami beda, bro. Nggak norak kayak yang lain, sok-sokan pake Aku-Kamu, sok-sokan romantis di depan umum padahal hubungan lagi nggak mulus. Gue sama (namakamu) emang tiap hari berantem. Tapi, saat berantem itu kami bisa tau kalo kami bener-bener saling sayang dan perhatian satu sama lain. Lo nggak ngerti yang gitu-gituan ya? Jelas lah, lo kan pacarannya sama jablay atau janda, ya kan?" Iqbaal menepuk bahu Ari dan tersenyum miring. "Tobat bro, Insyaf. Bentar lagi kiamat, hati-hati lo nggak dapet perawan manis kayak cewek gue."

Ari menggeram kesal. Iqbaal benar-benar memancing amarahnya. Dengan kasar, Ari mendorong Iqbaal sampai punggung Iqbaal menghantam dinding dengan keras. Iqbaal sangat tahu kalau ia menaruh punya perasaan lebih pada (namakamu). Dan Iqbaal sengaja memanas-manasi hatinya.

I Love You Mr. Dhiafakhri [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang