11. Ulang Tahun Tante

22.2K 2K 49
                                    

10 Juni

Mereka adalah sebuah keluarga yang baik, hangat, ramah, intinya kesan pertama yang gue rasain ketika gue masuk kerumah itu adalah... Nyaman.

***

Iqbaal melirik jam tangannya untuk kesekian kalinya. Ia sudah menunggu di depan rumah (namakamu) sejak sepuluh menit yang lalu. Tapi, gadis itu belum juga keluar untuk menemuinya.

Iqbaal menghela napas dan turun dari mobil untuk memanggil (namakamu) agar cepat keluar. Dan langkahnya terhenti ketika ia melihat (namakamu) berjalan anggun kearahnya.

Gadis itu terlihat berbeda dari biasanya. Rambut yang disanggul kebelakan tanpa poni, kebaya putih semakin menambah keanggunan (namakamu) malam ini. Tidak ada yang pernah melihat (namakamu) seanggun ini sebelumnya.

(Namakamu) mendengus sebal karena Iqbaal menatapnya tanpa berkedip, bahkan saat dia sudah berdiri di depan Iqbaal. Laki-laki itu tetap tidak berkedip menatap dirinya.

Diam-diam ia jadi malu ditatap seperti itu. Apa iya dia secantik itu?

"Woy, biasa aja kali liatnya. Gue tau kok kalo gue cantik."

Iqbaal tersenyum, sadar dari lamunannya. "Pumpkin emang selalu cantik, udah cocok banget jadi Nyonya Peanuts," ucap Iqbaal dan kemudian membukakan pintu mobil untuk (namakamu).

"Ngarep mulu idup lo," ujap (namakamu) disertai kekehan pelan.

(Namakamu) masuk kedalam mobil dan beberapa detik kemudian Iqbaal menutup pintu dengan rapat. (Namakamu) menghela napas panjang dan merapikan kebaya putih yang ia kenakan saat ini.

"Eh, Peanuts! Beneran ya cuma makan malem doang nggak lebih?" (namakamu) menatap Iqbaal dengan tatapan penuh peringatan.

Iqbaal mengangguk. "Emang kenapa sih? Kalo guenya pengen lama-lama gimana? Ya, siapa tau aja besok Iqbaal dengan sikap dan sifat sengklek di hadapan lo ini kembali ke Iqbaal yang dulu. Ntar lo kangen lagi."

"Gue nggak bakal kangen sama Peanuts IQ jongkok kayak lo," balas (namakamu) dengan tegas dan yakin.

Iqbaal lagi-lagi tersenyum dan kembali fokus ke depan, sementara (namakamu) menatap keluar jendela.

Pikirannya tiba-tiba kalut. Ada perasaan yang memberontak ketika Iqbaal berkata seperti tadi, perasaan yang (namakamu) sendiri tidak mengerti apa.

Seperti, takut.

***

Aldi menarik napas panjang beberapa kali. Ia kembali menatap rumah Salsha yang tertutup rapat. Aldi meraih batu krikil yang ada di bawah kakinya, dan kemudian melemparnya kearah jendela kama Salsha.

Tuk! Tepat sasaran. Tapi, sampai hampir dua menit, Salsha tak juga membuka jendela untuk melihatnya. Aldi kembali meraih batu krikil dan melemparkannya lagi.

Dan kali ini Salsha merespon. Gadis itu membuka jendela dengan wajah kesal. Mungkin, lemparan-lemparan Aldi tadi mengganggu aktivitasnya.

"Salsha!" Aldi melambaikan tangannya pada Salsha agar gadis itu mau keluar dan menemuinya.

"Siapa, Sha?"

Aldi membulatkan matanya ketika melihat Ibu Salsha muncul tiba-tiba di samping Salsha dan menatap kearahnya. Dengan cepat, ia merunduk agar tak terlihat.

"Ee, kucing, Ma," jawab Salsha.

"Oh, Mama kira ada orang. Yaudah, Mama kedalam dulu." Salsha mengangguk dan membiarkan Ibunya pergi.

I Love You Mr. Dhiafakhri [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang