20. Hadiah Untuk Peanuts

18.4K 1.9K 187
                                    

17 Juli

Agenda gue sepulang sekolah hari ini, ditemenin sama Steffi buat nyari kado. Besok, tepat sebulan gue jalan bareng sama Peanuts. Dan hari ini, gue mau beliin dia sesuatu. Tapi, apa?

***

(Namakamu) memilih beberapa jam tangan yang menurutnya cocok untuk Iqbaal. Ia sebenarnya masih bingung dengan hadiah yang akan ia berikan pada Iqbaal besok. (Namakamu) mengalihkan pandangan kearah Steffi yang kini berada di stand baju di sebelah.

"Steffi, bantuin gue milih. Malah asik sendiri " desisnya kesal.

Steffi tertawa kecil dan melangkah menghampiri (namakamu). Steffi melihat beberapa jam tangan yang berada di atas etalase. Jam-jam hasil pilihan (namakamu).

Steffi menghela napas. Menarik (namakamu) mendekat dan kemudian berbisik. "Kenapa nggak lo beliin sepatu aja? Lo kan udah pernah ngasih dia gelang," bisik Steffi.

"Oh iya, jadi gimana? Gue udah milih beberapa tuh."

"Cancel aja. Bilang aja, kalo gue nggak suka sama model-modelnya," bisik Steffi lagi.

(Namakamu) kembali melangkah pada laki-laki setengah baya penjual jam tangan itu. (Namakamu) meminta maaf dan membatalkan semua jam tangan yang sebelumnya sudah ia pilih.

Steffi langsung menarik (namakamu) menjauh dari toko jam itu dan membawanya masuk kedalam toko sepatu.

"Iqbaal suka warna apa?" tanya Steffi.

"Putih sama ungu," jawab (namakamu).

"Yakali kita mau beliin dia sepatu warna itu. Hitam putih aja ya?" Steffi meraih salah satu sepatu dengan warna hitam di badan sepatu dan putih pada alasnya.

(Namakamu) tersenyum. "Yakin Iqbaal bakal suka?" tanya (namakamu).

Steffi menaikkan kedua bahunya. "Kebanyakan cowok selalu suka kalo dibeliin sepatu sama doinya," jawab Steffi.

"Yaudah, gue percaya aja sama lo. Yang penting, Iqbaal suka."

Steffi tersenyum merangkul (namakamu). "Gitu dong, gue jamin Iqbaal suka!"

***

Iqbaal membuka gorden kamarnya yang tidak dibuka sejak pagi. Siang yang selalu ia rindukan selama beberapa hari ini. Sejak beberapa hari yang lalu, ia kembali terkurung di tempat seperti ini.

"Nggak istirahat?"

Iqbaal menoleh ke belakang. Melihat Bella yang tengah meletakkan nampan berisi makanan dan susu di atas nakas.

Iqbaal tidak bersuara. Melangkah menuju lemari dan meraih salah satu jaketnya. Iqbaal meraih kunci motor yang tadi pagi diletakkan kakaknya.

"Mau kemana? Lo nggak boleh pergi."

Baru saja Iqbaal sampai di ambang pintu. Kakaknya sudah menghalangi jalannya. Ekspresi wajahnya datar. Namun, tatapannya sarat akan rasa takut. Iqbaal merapikan jaketnya dan menyingkirkan tangan kakaknya yang menghalangi jalannya.

"Gue harus ketemu Pumpkin," jawabnya dengan suara yang masih serak.

"Lo sakit-"

"GUE NGGAK SAKIT!!" Iqbaal membentak dengan keras. Memotong kata-kata kakaknya dengan tatapan penuh amarah. Ia tidak suka dengan perkataan kakaknya yang baru saja ia dengar.

Iqbaal menarik napas panjang. Tubuhnya melemas dan ringisan kecil seperti beberapa hari yang lalu kembali terdengar. Rasanya, tubuhnya seperti tak bertulang dan perlahan mulai luruh.

I Love You Mr. Dhiafakhri [Completed]Where stories live. Discover now