10. Baik-Baik Saja

24.2K 2K 178
                                    

09 Juni

Kemarahan gue ke dia bukan tanpa alasan. Dan alasan itu cuma gue yang tau. Tapi, gue cukup lega karna dia baik-baik aja. Iya, dia baik-baik aja:')

***

(Namakamu) menutup bukunya setelah bel istirahat berdering dan guru keluar dari kelas. (Namakamu) memasukkan kembali semua alat tulisnya dan menatap kearah Salsha yang sudah menunggunya sejak tadi.

"Sha, kayaknya gue nitip roti sama air mineral aja deh, gue lagi males ke kantin," ucap (namakamu).

Salsha menghela napas. "Ya udah, lo mau dibeliin roti berapa?"

"Satu aja."

Salsha mengangguk dan kemudian beranjak pergi keluar kelas.

(Namakamu) meraih ponselnya. Membuka akun facebook miliknya dan melihat-lihat status baru yang menghiasi berandanya. Ada status melucu, minta chat, memuji idola, galau, memperingati tanggal putus dengan pacar, dan beberapa status lainnya. Dan jari (namakamu) berhenti ketika menemukan status dari akun 'Peanuts-nya Pumpkin'.

Peanuts-nya Pumpkin
'Mungkin selama ini gue sibuk bahagiain orang lain, sampai gue lupa gimana caranya ngebahagiain diri gue sendiri:') btw, ada yang mau jadi pacar gue? Tapi, kalo udah jadi pacar jangan ngarep jadi jodoh. Karna gue udah ditakdirin Tuhan jadi jodohnya Pumpkin😛'

(Namakamu) tersenyum tipis membaca status facebook Iqbaal yang baru saja dikirim dua jam yang lalu. Perasaan itu masih saja belum hilang. Rasa... entahlah, (namakamu) sulit mendeskripsikan perasaannya saat ini. Entah bersalah atau kecewa pada dirinya sendiri. Ia tidak mengerti.

(Namakamu) melihat seseorang meletakkan kantong kresek putih berisi roti dan air mineral. (Namakamu) menengadahkan kepalanya dan mendapati Iqbaal berdiri di hadapannya dengan senyum dan alis terangkat.

"Salsha lagi makan, jadi gue nawarin diri buat nganterin pesenan lo." Iqbaal menarik kursi dan duduk disamping meja (namakamu). Kedua matanya terus memperhatikan (namakamu) yang kini membuka bungkusan roti.

Perlahan, senyum tipisnya terlihat. (Namakamu) tampak cantik di matanya dan memancingnya untuk tersenyum. Iqbaal tidak mau membahas perasaan itu lagi. Sudah cukup rasa sesak itu memeluknya setiap hari setelah hari minggu itu. Iqbaal tidak mau terus memperlebar luka yang ia buat sendiri pada hari itu.

"Lo kenapa ngeliatin gue kayak gitu sih?" tanya (namakamu).

"Gue cuma kangen sama lo. Kita jadi canggung setelah kejadian hari minggu. Iya, bukan kejadian aneh sih, gue cuma ngungkapin sayang sama lo dan lo jujur kalo lo nggak sayang sama gue yang sekarang, tapi lo sayang sama Iqbaal yang dulu." Iqbaal tersenyum lebar.

"Pumpkin, seandainya gue kembali ke Iqbaal yang dulu... apa lo bakal sayang lagi sama gue? Kalau seandainya Iqbaal yang sekarang hilang dari hidup lo, apa lo bakal bahagia?" Ada sebuah harapan yang terselip dari pertanyaan-pertanyaan yang Iqbaal lontarkan.

(Namakamu) meraih air mineral di hadapannya dan meminumnya sampai tenggorokkannya terasa lega. Pandangan (namakamu) kini fokus pada Iqbaal. Bertanya-tanya kenapa Iqbaal menanyakan hal itu.

(Namakamu) mengangguk dengan sangat jelas. "Gue lebih suka Iqbaal yang dulu. Lo kan tau jawaban gue tentang perasaan gue kan? Gue sayang sama Iqbaal yang dulu. Gue nggak suka sama Iqbaal yang sekarang. Kalo seandainya lo kembali jadi Iqbaal yang dulu, kemungkinan besar gue bisa kembali sayang sama lo," jawab (namakamu).

"Gitu ya?" Iqbaal meraih roti di tangan (namakamu), lalu menaikkan kedua kakinya di atas meja (namakamu) dan memakan roti milik (namakamu) dengan santai.

I Love You Mr. Dhiafakhri [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang