13. Menghilang Sehari

21.1K 2K 91
                                    

15 Juni

Dia kemana? Itu yang jadi pertanyaan gue selama satu hari ini...
Ah, jangan bilang gue kangen dia. Gue nggak kangen, kok!

***

"Mau permen karet?" Tanya Salsha seraya mengulurkan satu bungkus permen karet pada (namakamu).

(Namakamu) yang tengah sibuk menulis isi puisi yang akan ia bacakan di pensi nanti, hanya menggeleng dengan artian menolak tawaran Salsha. Kedua matanya terfokus pada layar laptop dan otaknya terus menangkap ide-ide yang berkeliaran di otak cantiknya.

"Nggak usah serius banget lah, (namakamu). Nulis puisi nggak sepanjang nulis novel." sahut Steffi yang muncul secara tiba-tiba di sampingnya.

"Iya sih, tapi kan gue harus total kalo mau berhasil,"  ucap (namakamu) melirik Steffi sekilas.

Salsha meniup permen karetnya dan satu detik kemudian matanya membulat melihat siapa yang datang menghampiri meja mereka. Salsha menyentuh tangan (namakamu) berkali-kali dan menunjuk kearah objek dengan dagunya.

(Namakamu) dan Steffi menatap kebelakang. Keduanya mendapati Ari berjalan dengan santai ke arah mereka.

"Ee, kayaknya kita harus pergi dulu deh, Sha," ujar Steffi.

Salsha mengangguk setuju. "Ayo!"

Salsha meraih tangan Steffi agar segera berdiri dan meninggalkan (namakamu) bersama Ari yang baru saja duduk di samping (namakamu).

(Namakamu) menghela napas, kembali fokus pada layar laptopnya dan menghiraukan Ari yang terus menatapnya.

"Masih marah?" tanya Ari.

"Nggak," jawab (namakamu) singkat.

Ari menghela napas. Kedua alisnya terangkat dan jarinya mengetuk-ngetuk meja. Ia bingung harus mulai bicara darimana.

"Bakal ikut pensi ya? Makanya sibuk banget sama laptop?" tanya Ari lagi.

(Namakamu) hanya diam tak menjawab pertanyaan Ari.

"Gue cuma nggak mau Iqbaal semena-mena sama gue. Gue nggak pernah bisa terima sikap dia yang seolah nganggep gue lemah. Dan asal lo tau, gue sering nantangi dia berantem itu karna lo, karna gue tau dia suka sama lo dari dulu. Dan itu buat gue susah dapetin lo... gue sayang sama lo dan gue nggak mau Iqbaal yang dapetin lo."

(Namakamu) menatap Ari dengan wajah datar, tangannya bergerak menutup laptopnya dan beranjak dari tempat duduk. Ia tidak mau mendengar apapun yang Ari katakan. Sejak hari itu, ia tidak pernah lagi percaya pada kata-kata Ari.

"(Namakamu)!" Ari mencoba memanggil (namakamu) agar berhenti dan berbalik kearahnya. Tapi, (namakamu) sama sekali tak mau mendengarnya dan tetap melangkah meninggalkannya.

***

"Yaah, hari ini bebeb gue nggak masuk. Cedih ue...," Bastian merangkul Aldi dengan ekspresi sedih. Lebih tepatnya mendramatisir suasana.

Aldi balas memeluk Bastian, seolah tengah menenangkan Bastian yang (sok) sedih karna Iqbaal tidak masuk sekolah hari ini.

"Gue juga sedih kok, Bas. Bebeb somplak gue tiba-tiba nggak masuk," ucap Aldi dengan nada sedih.

Bersamaan dengan ucapan Aldi. Salsha dan Steffi masuk, keduanya bergidik geli melihat tingkah Aldi dan Bastian yang saling berpelukan dan memasang tampang sedih.

"Si gendut sama si krempeng dua makin jadi," desis Salsha.

Kedua alis Steffi bertaut. "Krempeng dua?" tanya Steffi.

I Love You Mr. Dhiafakhri [Completed]Where stories live. Discover now