2. Pipi Merah

37.5K 2.6K 66
                                    

18 April

Mungkin, ini hari sial gue. Hari yang bener-bener nggak pernah bisa gue lupain sama sekali. Rasanya pengen lari setiap ketemu dia setelah kejadian hari ini. Gue malu banget parah!

***

Tawa Salsha meledak begitu saja setelah mendengar cerita (namakamu). Salsha hanya merasa geli dengan apa yang (namakamu) ceritakan hari ini. Cerita yang sempat (namakamu) tutupi darinya.

"Sumpah Iqbaal itu kelewat perhatian sama lo. Sampe tanggal lo dapet aja dia hafal. Jarang banget ada cowok kayak dia yang berani ngirimin pembalut sekardus plus dalemannya satu pack! Itu gila banget (namakamu)." Salsha benar-benar tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Tawanya belum juga reda, meskipun ia tahu itu membuat (namakamu) kesal.

"Seneng lo kalo gue di permaluin kayak gitu? Seneng?" Tanya (namakamu) dengan tatapan tajam.

Tapi, sepertinya tatapan itu sama sekali tak berpengaruh untuk Salsha. Salsha tetap saja tertawa keras, mentertawakan (namakamu) di pagi hari seperti ini.

(Namakamu) berdecak kesal melihat Salsha tak berhenti mentertawakannya. Dengan raut wajah kesal, (namakamu) beranjak dari duduknya meninggalkan Salsha yang masih saja mentertawakannya.

"Eh, mau kemana lo?" tanya Salsha ketika melihat (namakamu) melangkah pergi.

(Namakamu) mendengus kesal dan menoleh ke belakang. "Kemanapun yang bisa balikin mood gue lagi!" jawab (namakamu) ketus.

***

Iqbaal berjalan di koridor dengan sesekali melompat dan alis yang naik turun ketika berpapasan dengan para gadis yang menurutnya cantik. Dengan jaket cokelat yang ia gantung di pundak. Iqbaal mencoba terlihat cool di tengah sikap selengahannya yang hampir mirip dengan sahabatnya. Bastian.

Langkah Iqbaal terhenti saat kedua matanya melihat (namakamu) melangkah mendekat dari arah berlawanan. Senyum jahilnya kembali terlihat. Ia tidak pernah kehabisan ide untuk menjahili gadis itu.

"Pumpkin!" Iqbaal berlari kecil menghampiri (namakamu) yang menghentikan langkahnya.

Senyum Iqbaal semakin mengembang saat melihat (namakamu) berusaha berbalik menghindarinya. Ia menemukan sesuatu yang baru dari rencana sebelumnya.

Iqbaal menarik lengan (namakamu). Menghentikan laju gadis itu yang berusaha menghindar darinya. "Eits, mau kemana sih, hah? Mau ngindarin gue ya?" Tanya Iqbaal dengan senyum yang ia tahu menyebalkan di mata (namakamu).

(Namakamu) menghela napas, merasa kekesalannya mulai memuncak. "Mau lo apa sih, hah?! Gue lagi males tahu nggak berantem sama lo!"

"Dih, galak amat neng..." Iqbaal melepaskan jaket yang menggantung di bahunya sejak tadi. Lalu, melangkah lebih dekat dengan (namakamu).

(Namakamu) membulatkan matanya ketika Iqbaal justru memeluknya dengan sangat dekat. Jantungnya terpompa lebih cepat dari sebelumnya dan membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya kedua tangannya yang mengepal secara diam-diam.

Terikat. Iqbaal mengikat lengan jaketnya di pinggang (namakamu). Lalu, menyentuh bahu (namakamu) dan membisikkan sesuatu di telinga (namakamu) yang mungkin akan membuat (namakamu) 'sedikit' malu.

"Pumpkin, lo tahu nggak?" Tanya Iqbaal dengan suara berbisik.

(Namakamu) menatap Iqbaal dengan tatapan bertanya. Jarak wajahnya dengan Iqbaal yang begitu dekat membuatnya tidak bisa berkutik. Harus (namakamu) akui kalau Iqbaal memang sangat tampan. Ah, pikiran apa ini?! hati (namakamu) berteriak kesal.

I Love You Mr. Dhiafakhri [Completed]Where stories live. Discover now