4. Awal Pertengkaran

19K 618 24
                                    

Part 4

Dianya langsung menghampiriku.  "Jadi yang menabrak tempat sampah ditoilet tadi itu kamu?", tanyanya tajam dan kumengangguk mengiyakan. "Jika iya, kenapa?. Enak ya?. Kelihatannya menikmati sekali tuh?, pasti sudah lama ya, tidak dikeluarin?", ucapku semakin berani dan membuatnya menatapku berang.

"Jadi kamu ngintip aku?", tanyanya semakin tajam dan kembali kumengangguk mengiyakan. Seketika itu raut wajahnya berubah semakin garang. "Jadi apa maumu sekarang?, kamu mau cerita kesemua orang atau kamu mau lapor kepimpinan saya?, kamu mau bikin saya dipermalukan.", tanyanya dan kutersenyum kecil. "Kalau iya kenapa?", jawabku menantangnya dan seketika itu dia tertawa.

"Laporin saja sana, gak akan ada orang yang bakal percaya sama kamu, lagian kamu juga gak ada bukti.", tantangnya tidak takut.

"Kok bapak yakin sekali, aku tidak memiliki bukti?", ucapku menantangnya kembali dengan mengeluarkan hpku.

"Jadi kamu merekamku?", tanyanya kaget dan kumengangguk tersenyum. Dia semakin kesal, kemudian langsung mencekram kerah bajuku dan berusaha merebut hpku dari tanganku.

Saat aku mencoba meloloskan diri, dia langsung menonjokku yang membuat hp dalam gengamanku terjatuh begitu saja. Ketika aku berusaha mengambil hpku yang terjatuh. Dia mencoba memukulku kembali dan untungnya aku berhasil menghindar.

Kejadian tersebut menarik perhatian orang disekitar parkiran itu dan seorang polisi yang melihat kejadian itu, segera datang menghampiri kami.

Cepat-cepat aku mengambil hpku dan aku masukan kembali kedalam tasku. Aku juga segera mengelap darah diskitar wajahku agar polisi itu tidak curiga.

"Ada apa ini?", tanya polisi yang menghampiri kami dan dianya terdiam, tanpa berani berkata.

"Tidak pak, cuma salah paham aja, maaf nih bikin keributan disini.", jelasku berusaha menutupi yang sebenarnya terjadi diantara kami.

Dia memandang kearahku sekilas atas jawabanku. "Benar itu, pak?", tanya polisi itu padanya dan dia menggangguk ragu.

"Tapi mukamu ada lebam bekas pukulan, mas. Apa kalian barusan berkelahi?", tanya polisi itu kembali karna melihat luka lebam pada wajahku.

"Tidak pak, ini tadi saya jatuh kesandung saat jalan tadi dan bapak ini yang menolongku.", jawabku kembali berbohong dan polisi itu mengangguk paham.

Setelah itu, cepat-cepat aku pamit dan segera pergi meninggalkan mereka. Takut polisi itu semakin curiga dan bertanya macam-macam kepadaku.

Diperjalanan pulang, tiba-tiba ada yang memotong lajur motorku dan berhenti tepat didepanku. Aku pun ikut menghentikan motorku dan saat aku melihat pengendara motor itu, ternyata itu dia. 'Buat apa dia mengikutiku atau jangan-jangan dia ingin memukulku lagi dan berusaha kembali merebut hpku.', batinku.

Dia segera turun dari motornya dan berjalan menghampiriku yang masih berada diatas motorku.

"Kenapa tadi kamu gak jujur aja, biar aku dipermalukan sekalian.", tanyanya langsung dan menatapku tajam.

"Karna aku tidak bodoh, pak. Jika sampai aku melakukan itu, hidup bapak bakal hancur dan aku tak ingin sampai itu terjadi.", jelasku dan dia menatapku bingung.

"Terus kenapa kamu merekamku?", tanyanya penasaran. "Karna aku suka.", jawanku santai dan dia menatapku tajam. "Jadi apa maumu?", tanyanya tajam. "Bapak!", jawabku pasti. "Aku?", tanyanya bingung dan kumengangguk pasti. "Iya, bapak yang aku mau. Aku ingin memuaskan bapak dan jika bapak menolak, baru aku sebarin video itu.", ancamku dan seketika itu raut mukanya berubah berang dan dia mencoba memukulku lagi.

"Bapak mau mukul aku, mau bunuh aku, silakan dan yang perlu bapak ingat, video bapak ada padaku." ancamku kembali padanya.

"Ternyata dari awal kamu memang sudah mengincarku dan itu terlihat dari caramu menatapku. Dasar banci, sialan, anjing, tak tahu malu!", marahnya padaku.

"Terserah bapak mau bilang aku apa, tapi yang perlu bapak ingat, aku punya sesuatu yang bisa hancurin bapak dan sampai video ini tersebar, bukan cuma orang dilingkungan kerja bapak yang akan tahu, tapi semua keluarga bapak, termasuk kedua orang tua bapak juga akan tahu dan bisa dipastikan hidup bapak bakal hancur-sehancurnya.", ancamku padanya dan dianya cuma diam tanpa bereaksi apa-apa.

Sebenarnya ada perasaan bersalah dan tidak tega melakukan hal ini padanya, namun mau bagimana lagi. Semua sudah terlanjur dan aku harus meneruskannya.

"Kalau gitu, aku permisi dulu, ini nomor hpku, siapa tahu bapak berubah pikiran.", pamitku dan memberikan kertas berisi nomor hpku padanya. Kemudian aku menjalankan motorku pergi meninggalkannya berdiri mematung.

*********

Next Part 5

Jangan lupa baca part selanjutnya,
Semoga suka😊

Maaf soal typo yang salah,
Terima kasih yang sudah membaca,
Jangan lupa vote & coment👦👮‍♂️

My New Instagram StoryWhere stories live. Discover now