8. Merawatnya Sakit

16.6K 566 7
                                    

Part 8

Sesampainya dirumahnya, aku segera masuk kedalam. Didalam, ternyata dia sudah sadarkan diri dan sedang duduk diatas sofanya. Aku berjalan menghampirinya dan dia menatap tajam kearahku.

Aku menaruh belanjaanku diatas meja dan mencoba menyentuh keningnya, untuk memastikan panasnya sudah turun atau belum. Awalnya dia menolak dengan menjauhkan kepalanya, karna kesal dengan sikapnya. Aku langsung saja menempelkan tanganku kekeningnya dan ternyata panasnya sudah menurun.

Aku pun segera mengobati luka lecet dikepalanya, akibat benturan tadi.
"Buat apa kamu disini?", tanyanya tajam.

"Mengobati bapaklah, memangnya mau ngapain lagi?", jawabku kesal.

"Ngapain kamu merawatku segala, terus kenapa aku bisa ada diatas sofa ini?", tanyanya masih tajam.

"Bapak, itu lagi sakit dan tadi itu bapak pingsan didepan. Aku membawa bapak masuk kedalam, habis itu aku keluar lagi untuk membeli obat dan beberapa kue untuk bapak makan, sebelum bapak minum obatnya. Jadi bapak tenang aja, aku gak akan macam-macam, selama bapak pingsan tadi.", ucapku menjelaskan dan dianya hanya diam menunduk.

Aku segera berjalan kedapur untuk mengambilkan segelas air putih dan menyiapkan obat yang aku beli tadi, terus membawanya kedepan. Didepannya, aku memberitahunya agar memakan kuenya terlebih dahulu, sebelum meminum obat dan dia pun mengangguk nurut.

Setelah semuanya beres, aku berpamitan pulang. Saat berada didepan pintu dan ingin membukanya, tiba-tiba dia memanggilku.

"Ada apa?", tanyaku dan dianya menunduk. "Terima kasih dan maaf soal tadi.", jawabnya pelan dan kumengangguk pelan. "Tenang aja, uda aku maafin kok.", ucapku dan dianya mengangguk tersenyum.

"Besok aku masih boleh datang dan merawat, bapak?. Soalnya aku dengar bapak itu sendirian dan sekarang lagi sakit pula, hitung-hitung nebus kesalahan dan dosaku waktu itu.", lanjutku ragu dan dia mengangguk pelan. "Benar, pak?", tanyaku tak percaya dan dia kembali mengangguk.

"Kalau gitu aku pulang dulu, jangan lupa obatnya diminum.", pamitku. "Hati-hati", ucapnya dan kumengangguk senang.

Sesampainya dirumah, aku senyum-senyum sendiri. Akhirnya dia sudah gak marah lagi kepadaku dan yang membuatku tak percaya dia mengijinkanku untuk merawatnya. Akupun bergegas mandi dan beristirahat kemudian, karna besok aku berniat bangun pagi.

Besoknya, pagi-pagi aku sudah bangun untuk membuatkannya sarapan berupa bubur. Aku berniat untuk mengunjunginnya lebih pagi, karna pikirku semalam dia hanya makan kue dan pagi ini pasti sudah lapar kembali.

Setelah, menyiapkan bubur untuknya. Aku bergegas mandi dan sarapan, kemudian aku bersiap-siap untuk menuju kerumahnya.

Sesampainya didepan rumahnya, aku bergegas mengetuk pintu. 'Jadi teringat masalah kemarin, waktu dia mengusirku.', batinku.

Tak lama, dia membukakan pintu dengan pakain semalam, sepertinya dia baru bangun. "Pagi, pak.", sapaku dan dia mengangguk. "Boleh masuk", tanyaku dan dia mengangguk gugup.
"i...ya silakan.", ucapnya gugup dan aku pun mengikutinya masuk kedalam.

"Ini bubur buat sarapan bapak yang aku buat sendiri. Semoga bapak menyukainya.", ucapku menyerahkan bubur itu kepadanya. Dia pun menerimanya dan mengangguk tersenyum.

"Bapak, uda mandi?", tanyaku disaat dia tengah menyantap buburnya dan dia menggeleng pelan. "Ya sudah, bapak habisi buburnya aja dulu. Aku mau siapkan air panas untuk bapak mandi.", ucapku dan dia mengangguk. "Terima kasih.", ucapnya dan lanjut memakan buburnya.

Aku bergegas kedapur untuk merebus air, buatnya mandi. Didapur kumenunggu sampai airnya mendidih dan menuangkannya keember. Terus aku campur dengan sedikit air dingin, agar airnya menjadi hangat. Saat kurasa airnya pas, tidak terlalu panas dan dingin. Aku bergegas keruang tamu untuk memanggilnya dan ternyata dia sudah selesai menghabiskan buburnya.

"Pak, air panasnya uda aku siapkan dikamar mandi, jadi sekarang bapak bisa langsung mandi.", ucapku memberitahunya dan dia mengangguk.

"Nanti selama bapak mandi, biar aku tunggu diteras depan aja dan bapak bisa mengunci pintunya, jika merasa tidak nyaman.", ucapku dan dianya mala tertawa mendengar penuturanku. "iya, terima kasih dan kamu gak perlu keluar kok. Aku gak sampai segitunya takut kepadamu.", ucapnya dan kumengangguk.

Setelah dia masuk kekamar mandi, aku pun membereskan peralatan makannya, karna melihat sekeliling ruangan yang kotor. Aku pun bergegas membersihkannya. Didapur juga banyak piring bekas makan yang belum dicuci, aku pun bergegas mencucinya. Dikeranjang pakaian juga sudah penuh dengan pakaian bekas pakainya, termasuk beberapa pakaian dinasnya. Aku kumpulkan semua dibaskom besar dan mulai mencucinya terus aku jemur diluar.

*********

Next Part 9

Jangan lupa baca part selanjutnya,
Semoga suka😊

Maaf soal typo yang salah,
Terima kasih yang sudah membaca,
Jangan lupa vote & coment👦👮‍♂️

My New Instagram StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang