10. Hidangan Makan Siang

16K 572 22
                                    

Part 10

Sesampainya dipasar, aku menjadi bingung memilih bahan apa yang akan aku masak nanti siang, karna berhubung kantongku yang pas-pasan. Akhirnya aku putuskan untuk memasak mie goreng bakso, telur dadar, tempe dan tahu krispy. Jadi kan menunya kelihatan banyak, tapi bahannya tidak menguras kantongku yang mulai menipis. Kan yang penting enak dan kenyang katanya meski gak mengandung daging sama sekali.

Aku bergegas mencari bahan-bahannya. Setelah semuanya kebeli, akupun memutuskan untuk segera pulang, karna hari mulai siang.

Sesampai dirumahnya, aku mengetuk pintunya namun tak ada sahutan dari dalam. Ketika aku mencoba membuka pintunya, ternyata tak dikunci. Aku pun melangkah masuk kedalam. Saat melewati kamarnya yang terbuka. Aku melihat kedalam dan ternyata dia tertidur dengan pulas. Aku menutup kembali pintunya dan berjalan kedapur.

Didapur, aku mulai menyiapkan bahan-bahan yang aku beli tadi. Tidak lupa juga aku memasak nasi buat makan kami. Setelahnya, aku lanjut lagi memasak. Satu persatu masakanku mulai selesai. Dari mie goreng bakso, telur dadar, dan terakhir aku menggoreng tahu dan tempe kerispy yang hampir selesai.

"Dari baunya enak nih", pujinya tiba-tiba dan kumenepuk dadaku pelan, karna kaget. "Bikin kaget aja", ucapku dan dianya mala tertawa.

"Kamu cuci muka dulu sana, habis itu kita makan siang.", lanjutku. Dia mengangguk dan mengambil tempe krispy yang barusan aku goreng terus memakannya, kemudian berjalan kearah kamar mandi.

Setelah selesai semua, aku menyiapkan semua makanan yang aku masak tadi diatas meja makan. Tak lama dia keluar dan duduk didepanku.

"Ayo makan", ajakku dan dia mengangguk. Aku mengambilkan nasi kepiringnya dan memberikan kepadanya. "Terima kasih.", ucapnya dan kumengangguk. Dia pun mengambil lauknya sendiri.

"Maaf nih, cuma seadanya", ucapku dan dia menghentikan makannya terus menatapku. "Segini saja sudah banyak dan enak-enak lagi. Gak nyangka ya, ternyata kamu hebat masak, kalau setiap hari makan enak bergini, bisa-bisa aku jadi gendut.", pujinya dan kutersenyum mendengar pujiannya. "Bisa aja mas, mujinya", ucapku. "Beneran!", ucapnya lagi. Akupun berterima kasih atas pujiannya dan kami melanjutkan kembali makan kami, diselingi obrolan santai.

Selesai makan, aku membereskan piring bekas makan kami dan membawanya untuk dicuci. Awalnya dia ingin membantuku, tapi aku tolak dengan alasan dia masih kelihatan lelah dan akhirnya dia menurut.

Selesai mencuci, aku beranjak keruang tamu. Diruang tamu, aku mendapatinya tengah serius menonton tv, sampai kehadiranku tak disadarinya.

"Serius amat, nontonnya?", godaku dan dianya mala kaget. "Iya nih.", ucapnya dan menatap kearahku. "Kamu uda selesai?", tanyanya dan kumengangguk pelan.

"Kondisi, mas gimana sekarang?", tanyaku. "Aku uda mendingan kok.", jawabnya. Kami pun sama-sama terdiam dengan mata yang fokus menatap kearah tv.

"Kalau gak ada yang perlu aku kerjakan lagi. Aku mau pamit pulang dulu, mas.", pamitku memecah keheningan.

"Kok buru-buru, memangnya ada urusan apa?", tanyanya penasaran dan kumenggeleng pelan. "Gak kok, cuma dirumah kan lagi gak ada orang.", jawabku dan dia menatapku bingung. "Terus ngapain buru-buru, kan gak ada orang juga.", tanyanya makin penasaran.

"Sebenarnya sih, tadi waktu dipasar. Aku melihat ada lowongan kerja.", jelasku jujur dan dia menatapku bingung. "Kok kamu cari kerja?, bukannya kamu akan segera kembali bekerja diluar kota.", tanyanya bingung.

"Sebenarnya, aku cari kerja cuma buat sementara aja kok, kan aku sudah terlalu lama disini dan tabunganku juga sudah mulai habis. Belum lagi aku harus beli tiket pesawat buat kembali kesana. Makanya tadi pagi aku cuma beli bahan masakan seadanya. Lagian lowongan itu, kerjanya gak seharian kok. Jadi aku tetap bisa berada disini untuk merawatmu.", jelasku padanya dan dia menatapku tajam.

"Kenapa kamu tidak pernah membicarakannya denganku tentang keuanganmu?", tanyanya tajam dan kumenggeleng pelan. "Ya gak mungkinlah, mas. Kan aku uda janji bakal ngerawat mas sampai sembuh, termasuk biayanya.", jelasku dan dia menggeleng pelan.

"Tapi gak bisa gitu dong. Aku juga tidak ingin membebanimu.", ucapnya dan kumenggeleng cepat. "Gak kok, mas. Aku gak pernah merasa terbebani dan mas tenang aja, aku pasti akan memenuhi janjiku untuk merawat mas, sampai mas sehat kembali.", lanjutku pasti dan dia menghela nafas.

*********

Next Part 11

Jangan lupa baca part selanjutnya,
Semoga suka😊

Maaf soal typo yang salah,
Terima kasih yang sudah membaca,
Jangan lupa vote & coment👦👮‍♂️

My New Instagram StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang