BAB 7

370K 18.2K 501
                                    

Dewi-atau lebih tepatnya wanita yang bertemu dengan Nadira, dikantor Ramzan itu. Jadi sangat sering berkunjung ke apartement Ramzan, hanya sekedar untuk menanyakan keberadaan Ramzan. Nadira dengan sabarnya selalu menjawab 'kak Ramzan-nya nggak ada disini tante, lagi kerja.'

Dan pastinya si Dewi itu akan balik lagi ke esokkan harinya dan menanyakan hal yang sama. Nadira tidak sempat memberi tahu Ramzan, karena akhir-akhir ini Ramzan selalu pulang larut malam. Atau lebih tepatnya saat perusahaan-nya mulai bekerja sama dengan perusahaan Pak Jaya.

Saat ini Nadira sedang asik memainkan ponsel-nya. Suara bel mulai terdengar, tanpa harus membukanya Nadira sudah tau pasti itu si Dewi.

"Ck, kebiasaan deh tuh si tante-tante. Nggak ada kerjaan kali ya dirumah, sampe rajin banget kesini,"gerutu-nya sambil berjalan menuju pintu.

Dan benar saja saat pintu sudah terbuka sempurna, wajah Dewi-lah yang Nadira liat. Sebelum Dewi bersuara ucapan Nadira memotongnya terlebih dahulu.

"Kak Ramzan-nya nggak ada tante, lagi kerja. Kalau mau ke kantor-nya aja langsung jangan kesini mulu, capek tau bukanin pintunya terus ngomong hal yang sama,"

Dewi malah menatapnya sinis.
"Masih kecil udah kurang ajar sama yang lebih tua, kenapa ya kok Ramzan mau sama kamu?. Bocah ingusan," ucapnya.

Kesabaran yang Nadira punya habis sudah. Menghadapi cewek kaya Dewi ini. Nadira maju dan bersekedap dada.

"Biarin aja kalau saya bocah ingusan, yang penting saya udah nikah. Nggak kaya tante ini udah cukup umur belum nikah, tapi kerjaan-nya gangguin suami orang." ucapan Nadira menohok hati Dewi. Baru hendak membalas.

Pintu sudah ditutup duluan. Untung saja tidak kena muka Dewi. Dengan rasa kesalnya Dewi pergi dari apartement Ramzan.

Dari balik pintu, Nadira malah tertawa. Dia tertawa karena membayangkan bagaimana ekspresi Dewi saat dia menutup pintu itu.

Nadira berjalan kembali ke sofa ruang tengah. Menghempaskan bokongnya ke atas sofa.

Suara merdu Justin Bieber yang menyanyikan lagu Sorry berdering menandakan ada panggilan masuk dari ponsel Nadira. Dilihatnya nama Lisi yang tertera pada layar ponselnya. Tanpa banyak berpikir Nadira langsung menggeser layar itu, dan menempelkan ponselnya ke telinga dengan seulas senyum.

"Hallo?"

"Hallo sayang... Gimana keadaan kamu? Maaf ya kakak baru bisa hubungin kamu sekarang. Kakak banyak kerjaan,"

"Alhamdulillah... Aku baik kak. I miss you so much my sister,"

"Hahaha... I miss you too, udah dulu ya, sayang. Nanti kalau ada waktu luang kakak hubungin lagi. Bye..."

"Yah kok bentar banget sih. Ya udah deh, bye kak..."

Tutt... Tutt... Tutt...

Walaupun hanya sebentar percakapan yang terjadi melalui telepon. Nadira tetap merasa senang, sudah lama dia tidak berbicara dengan Lisi. Nadira selalu mencoba menghubungi Lisi, namun Lisi selalu tidak mengangkat telepon dari-nya. Karena, kesibukan Lisi. Dan Nadira memaklumi itu.

_________________***_______________

Di negara yang berbeda. Lisi, setelah selesai menghubungi adik kesayangnya, keluarga satu-satu-nya yang ia miliki. Ada waktu luang sebelum Lisi melaksanakan meeting-nya. Dan sekarang waktu-nya untuk meeting. Lisi merapihkan pakaiannya, bangkit dari kursi kebesaran yang perempuan itu duduki, lalu berjalan menuju meja sekertaris-nya yang ada didepan ruangan-nya.

Because I'm... Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz