BAB 8

329K 17.2K 275
                                    

"Kalau kebahagiaan ini hanya sementara. Biarkanlah aku bahagia bersamanya untuk saat ini,"
(-Nadira)

Saat Ramzan baru selesai meeting bersama dengan client-nya disebuah restorant termahal dibilangan kota jakarta ini. Dia tidak langsung ke kantor, kalau sudah dikantor sudah pasti dia akan sibuk dengan tugas-tugsanya. Maka dari itu Ramzan ingin beristirahat sebentar dan menyuruh sekertaris-nya kembali duluan ke kantor.

Tapi, kali ini keputusan-nya tidak tepat. Dari sini dia melihat Dewi, dengan pakaian yang cukup seksi, juga dandanan-nya yang cukup menor. Pantas saja Nadira menyebutnya tante-tante toh memang benar dia seperti tante-tante.

Baru hendak pergi, Dewi sudah lebih dulu memanggilnya dan menahannya.
"Ramzan..."

Ramzan berdecak kesal pada perempuan ini.
"Apaan sih? Kan gue udah bilang jangan ganggu gue lagi," ucapnya sewot.

"Kamu kok gitu sih? Aku kan calo istri kamu?"

"Siapa yang bilang? Gue udah punya istri, bahkan udah mau punya anak!" ucap Ramzan tegas.

"Tapi kan mama kamu udah ngejodohin kita," ujar Dewi dengan nada yang menjijikan.

Ramzan sudah muak dengan semuanya. Dia tau kalau Dewi adalah pilihan mama-nya, bahkan sebelum dia bersama Alisia. Tapi, Ramzan sudah dewasa usianya saja sudah 27tahun, dia juga bisa mencari pendamping hidup-nya sendiri. Pilihan mama-nya pun tidak bagus.

Ramzan bangkit dari duduk, merapihkan jasnya. Sebelum pergi Ramzan barkata.
"Tapi, gue menolak perjodohan itu!" lalu pergi meninggalkan Dewi yang sedang kesal.

***

Di negara yang berbeda. Alisia masih saja diganggu oleh Harry. Seperti saat ini tak henti-hentinya Harry memperhatikan-nya.Belum lagi hari ini, hari tersialnya. Bagaimana tidak, dia harus meeting dengan Harry. Karena, perusahaan mereka bekerja sama.

Selesai meeting tadinya Alisia ingin langsung kembali kekantornya. Tapi, terhenti saat dengan sembarangannya Harry membawanya ke sebuah Cafe. Sesampainya di Cafe, Harry tidak berbicara apapun. Dia malah asik memandangi wajah Alisia, yang malah membuat Alisia kesal.

"Kalau mau ngomong cepetan! Saya harus kembali lagi ke kantor!" ucapnya yang sengaja dengan bahasa yang formal.

"Lis... Aku cuma mau jelasin semuanya sama kamu," ucap Harry lirih.

"Mau jelasin apa lagi?! Mau jelasin kenapa kamu pergi? Iya? Kemana kamu waktu itu, hah?! Saat aku butuh kamu buat jadi sandaran aku, disaat orang tua aku meninggal!" air mata tidak bisa lagi ditahan-nya. Harry yang melihat itu sangat menyesal.

Menyesal karena pernah meninggal kan perempuan yang dicintai nya.

"Maaf..."

"Maaf? Kata maaf nggak bisa ngebalikin semuanya!"

"Alis. Dengerin aku dulu, dulu aku memang bodoh. Aku dijebak oleh ibu tiri sialan itu! Aku kira dia akan benar-benar menyembuhkan Papa kalau aku pergi keluar Negri dan putus sama kamu," mendengar penjelasan Harry, entah kenapa Alisia menjadi tertarik untuk mendengarkannya.

Because I'm... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang