BAB 10

326K 14.8K 159
                                    

"Boleh ya, kak." bujuk Nadira pada Ramzan yang sedang sibuk dengan laptop-nya.

"Tidak, Nadi,"

"Ini hanya sebentar, kak. Aku akan pulang jam sembilan malam," bujuk Nadira lagi.

Nadira ingin pergi ke acara ulang tahun sahabatnya, Dijah. Tapi, Ramzan tidak mengizinkannya, dengan alasan karena pesta itu diadakan jam tujuh malam dan selesai jam dua belas malam. Nadira bahkan sudah bilang bahwa dia tidak akan pulang sampai jam dua belas malam, hanya sampai jam sembilan. Tapi, Ramzan tetap-lah Ramzan yang tidak akan pernah mengizinkan Nadira keluar dan pulang malam.

Kemarin pesta topeng. Sekarang acara ulang tahun. Besok apa lagi yang ingin Nadira datangi?

Nadira tidak akan pernah menyerah untuk membujuk serta merengek pada Ramzan agar dia mendapat izin dari Ramzan. Ini ulang tahun ke delapan belas sahabat-nya, sahabat mana yang tega jika sahabat-nya ulang tahun tidak datang, walaupun hanya menyetor muka.

"Kak, aku pergi jam tujuh malam dan aku akan pulang jam sembilan malam, ini hanya dua jam kak Ramzan," tidak menghiraukan ucapan Nadira, dia lebih memilih menyibukkan dirinya didepan layar laptop.

"Atau satu jam, deh, ya?" Nadira menunjukkan jari telunjuknya membentuk angka satu.

"Lagian juga di pesta-nya nggak ada minuman alkohol yang ada di pesta topeng, kok. Palingan cuma jus doang kak, jadi nggak akan bahaya buat baby-nya," Nadira masih saja sibuk membujuk Ramzan.

Ramzan menghela nafas mencoba untuk bersabar, dia mengalihkan tatapanya ke arah Nadira.

"Dengar, mau pesta itu ada minuman alkohol atau nggak, tetep aja kamu nggak boleh kesana!" ujarnya, terdengar seperti perintah.

"Tapi, kenapa? Karena aku hamil?"

"Iya! Salah satu alasannya itu!"

Sekarang gantian Nadira yang yang menghela nafas.
"Ihh! Emang kenapa sih kalo lagi hamil? Perasaan kalo aku liat ibu hamil lainnya nggak bakal segitunya deh kak,"

Ramzan menyerah.

Toh, percuma saja jika dia tetep melarang Nadira, yang ujung-ujung-nya juga pasti Nadira yang menang dan dia yang akan mengalah. Belum lagi saat ini wajah Nadira sudah mendung, tidak ada suami yang tega melarang istrinya sampai menangis, bukan? Belum lagi Nadira sedang hamil yang otomatis sifat labil-nya akan naik-turun karena hormon kehamilannya.

Percayalah, surga sesungguhnya bagi seorang pria adalah ketika dia harus ekstra bersabar menghadapi wanita hamil!

"Kapan acara-nya dilaksanakan?"

"Besok," jawab Nadira dengan mantap.

"Lalu? Sekarang apa yang mau kamu lakukan?" tanya Ramzan lagi.

Nadira tersenyum penuh arti.
"Beli kado,"

"Baiklah, ayok."

Ramzan bangkit dari duduk-nya, dan menarik lembut pergelangan tangan Nadira. Mengajaknya ke salah satu Mall terbesar di Jakarta.

***

Seorang pria menyambut kedatangan seorang wanita kekantornya.

Dengan seringaian jahat yang ia punya, ia mendekat ke arah wanita itu sambil memasukkan kedua telapak tangannya ke saku kantong celana panjang bahan.

"Long time no see," si wanita yang mendengar sapaan tersebut, membalas dengan seringaian yang ia punya.

"Gue ke sini mau minta lo buat kerja sama," katanya dengan angkuh.

"What?"

Because I'm... Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz