BAB 15

286K 14.5K 250
                                    

Seseorang yang sedari tadi memperhatikan mereka kini bangkit dari kursi yang didudukinya, melangkah, mendekati mereka.

"Kevin," panggilan itu membuat Kevin dan Nadira mengangkat wajahnya, menatap perempuan yang sekarang berada didepan meja mereka.

"Luna? Ngapain lo kesini?" tanya Kevin saat ini sudah berdiri. Nadira mengernyit tidak mengerti apa-apa.

"Seharusnya aku yang nanya sama kamu. Ngapain kamu kesini?!" perempuan bernama Luna itu berkata dengan nada suara yang cukup tinggi.

"Please Lun, jangan teriak-teriak." Kevin memandang sekitar, semua orang memandang kearah meja mereka.

"Kevin." panggil Nadira yang sedari tadi diam. "Dia siapa?"

"Di...dia..."

"Gue calon tunangan-nya, dan lo sendiri siapa?!"

Nadira semakin tidak mengerti dibuatnya.
"Dia Nadira. Dia pacar gue," celetuk Kevin, Nadira melotot tidak percaya. Bagaimana mungkin Kevin mengaku dirinya sebagai pacar lelaki itu.

"Oh, jadi ini alasannya. Karena cewek ini kamu batalin pertunangan kita? Iya?!" Luna menunjuk Nadira.

"Kalian itu kenapa sih?" tanya Nadira bingung sendiri.

"Lo nggak usah pura-pura nggak tau! Gara-gara cewek kayak lo Kevin membatalkan pertunangan kita!" ucap Luna dengan marah. Sekarang semua mata tertuju pada mereka, beberapa diantaranya saling berbisik-bisik.

"Ini semua nggak ada hubungannya sama Nadira. Gue sendiri yang mau pertunangan ini batal!" kali ini Kevin angkat bicara.

"Ayok, Nad. Kita pergi dari sini," Kevin menggenggam tangan Nadira membawanya pergi dari hadapan Luna. Kevin pun menghiraukan panggilan-panggilan Luna dari belakang.

Sesampainya didalam mobil Kevin terjadi keheningan yang cukup lama. Tidak ada yang mau memulai percakapan. Sampai Nadira memecahkan keheningan.

"Kev--"

"Aku minta maaf soal tadi, Nad." Kevin memotong ucapan Nadira.
"Kamu nggak apa-apa 'kan?"

"Aku nggak apa-apa kok," jawab Nadira. "Tadi itu siapa?" tanya Nadira hati-hati takut Kevin tersinggung.

Kevin menghela napas sejenak.
"Bukan siapa-siapa," jawabnya singkat. "Aku antar kamu pulang,"

Nadira mengangguk walaupun dibenaknya masih banyak pertanyaan yang ingin wanita itu tanyakan. Namun rupanya Kevin sedang tidak ingin membahas hal itu maka Nadira pun memilih untuk diam. Lain waktu jika mereka bertemu Nadira akan menanyakan.

***

Ramzan POV

Aku tidak mengerti apa yang aku rasakan. Aku memang sayang dengan Nadira tapi itu hanya sebatas adik saja, tidak lebih. Aku hanya punya rasa pertanggung jawaban yang sangat besar padanya. Karena kebodohanku pada malam itu.

Biar kuceritakan sedikit sebelum malam itu terjadi.

Aku melamar Lisi, memintanya agar wanita itu mau bersanding dengan ku, menjalin sebuah rumah tangga yang harmonis dengan anak-anak kita nantinya, namun semua itu diluar Dugaan ku. Lisi menolak dengan alasan bahwa dia harus mengurus adiknya sampai adiknya itu sarjana dan menggantikan posisinya menjadi Presiden Direktur di perusahan peninggalan keluarga mereka. Acara kencan kami pun sering kali dibatalkan oleh Lisi, apa lagi alasannya jika bukan karena harus menjaga adiknya.

Sampai malam dimana aku menghabiskan malam ku disebuah club ternama di Jakarta, saat itu aku benar-benar mabuk berat. Sampai aku tak sadar apa yang telah aku lakukan pada Nadira.

Because I'm... Where stories live. Discover now