BAB 17

277K 13.6K 160
                                    

Chapter kali ini kayaknya gk nyambung sm chapter 16. gk nyambung? Sambungin aja Wkwk :"v

Oke guys,

Happy Reading!

***

Kini kedekatan Nadira dan Kevin masih terus berjalan. Kevin jadi lebih sering mengirimkan-nya pesan, walaupun hanya sekedar pesan basa-bisi saja.

Nadira juga belum memberitahu Kevin tentang kehamilan-nya dan pernikahaan-nya, dia hanya tidak ingin jika Kevin mengetahui itu akan membuat Kevin salah paham dan menjauhinya.

Nadira memang hanya menganggap Kevin sahabat, namun bagi Nadira jika berpisah dengan sahabat karena statusnya itu akan membuatnya sedih. Dia tidak ingin Kevin menganggapnya pembohong, gadis murahan, dan sebagainya. Maka dari itu Nadira belum mengatakan yang sebenarnya. Mungkin, bila waktunya sudah tepat Nadira akan mengatakan yang sejujurnya.

Baru saja Nadira menyelesaikan penampilanya, ponsel-nya berbunyi tanda ada pesan masuk. Di ambilnya ponsel itu yang terletak diatas meja hias.

Kevin: lagi sibuk tidak?

Nadira membalas pesan itu.

Nadira: kurasa untuk hari ini tidak, kenapa?

Send. Selang beberapa menit pesan balasan dari Kevin muncul.

Kevin: mau jalan-jalan bersama ku? Jika iya, aku akan menjemputmu.

Nadira: tidak perlu, Kev. Kita ketemuan saja di caffe coklat.

Kevin : baiklah, see you.

Setelah pesan terakhir dari Kevin, Nadira menuliskan pesan untuk kakaknya dan juga Ramzan. Lalu Nadira memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil.

***

Dering ponsel Lisi berbunyi, pertanda ada panggilan masuk. Di ambilnya ponsel itu, menatap layar ponsel. Nomor asing.

Lisi mengerutkan keningnya, setahunya dia tidak pernah memberikan nomor telepon ke sembarangan orang. Lisi tidak menjawab panggilan itu, meletakkan kembali ponselnya di atas meja kerjanya.

Namun ponselnya itu terus saja berdering, membuatnya kesal. Dengan rasa kesel Lisi menjawab panggilan itu.

"Hallo, ini siapa ya?" tanya Lisi dengan nada kesal.

"Alis..."

Deg! Lisi sangat hafal dengan suara itu, bahkan tidak ada satupun orang yang memanggilnya Alis selain...
Harry.

Ya, Lisi yakin orang yang berada di sebrang sana itu Harry.

"Harry?"

"Ternyata kau masih mengenali suara ku,"

"Kamu dapat dari mana nomor ku? Dan untuk apa kau menghubungiku?"

"Kau masih sama seperti dulu, jutek. Haha..."

"Kalau tidak ada yang penting, aku matikan panggilan ini."

"Tunggu sebentar, Alis. Jika kau tidak sibuk, temui aku di restoran yang terletak disebrang kantor mu,"

"Tidak bisa. Hari ini aku sangat sibuk,"

"Aku mohon Alis, sebentar saja."

Because I'm... Where stories live. Discover now