BAB 19

309K 14K 295
                                    

Cek mulmed itu cast mereka yaa...

Happy reading

***

Ini sudah satu bulan berlalu sejak kejadian dimana Kevin menyatakan perasaannya pada Nadira. Dan sejak saat itu pula mereka lost contact, entah siapa yang memulai yang jelas Nadira sangat tidak menyukai akan hal itu. Nadira sudah pernah mencoba memulai menyapa Kevin lewat semua sosmed, namun tidak satu pun ada balasan dari Kevin. Nadira sangat merasa bersalah akan hal ini.

Belum lagi, sudah satu minggu kakaknya---Lisi---tidak pulang. Tidak pula menghubunginya. Saat dia mencoba menghubunginya selalu tidak ada jawaban dari seberang sana. Nadira menanyakan hal itu pada Ramzan, tapi Ramzan bilang Lisi sedang ada beberapa pekerjaan diluar maka dari itu ia tidak sempat menghubungi Nadira.

Namun, Nadira merasa perasaanya tidak enak sejak seminggu lalu. Ia takut akan terjadi sesuatu pada kakaknya. Semoga kakaknya itu baik-baik saja dimana pun ia berada.

Nadira mengelus perut buncitnya. Benar apa yang Lisi kata 'kan perutnya akan membesar saat usia kandungannya sudah lima bulan. Dan lihatlah sekarang perutnya sudah membesar, usianya kini telah menginjak lima bulan. Nadira juga merasa cepat lelah padahal ia hanya melakukan aktivitas kecil. Ramzan pun kini telah berubah menjadi lebih over protective. Banyak sekali perintah-perintah yang tidak boleh Nadira langgar.

Nadira sangat senang akan hal itu. Setidaknya ia merasakan menjadi seorang istri yang sesungguhnya bukan hanya sebagai istri sementara saja.

"Nadi, aku berangkat kerja dulu. Jangan lupa minum vitamin dan juga obatnya. Jangan melakukan hal-hal yang membuat mu cepat lelah. Perbanyak meminum air putih, jika kau ingin keluar hubungi aku. Oh, iya, satu lagi, habiskan sarapan mu. Nanti akan ada astiten rumah tangga baru yang akan melakukan semuanya di apartemen ini. Jadi kau tidak perlu melakukan apa Pun....," dan blablabla. Masih banyak lagi yang Ramzan katakan.

Nadira memutar bola mata nya malas. Selalu saja kata-kata itu yang dilongtarkan Ramzan. Nadira tidak boleh ini, tidak boleh itu, harus ini, harus itu. Ramzan kini telah berubah menjadi nenek-nenek tua yang bawel. Nadira menjadi terkekeh sendiri. Ramzan yang melihat itu menatap tajam Nadira.

"Aku serius, Nadi." ucapnya sambil melangkah masuk kamar, menghampiri Nadira yang sedang duduk di atas ranjang.

"Iyaa, kak Ramzan, aku akan melakukan apapun yang kau katakan," jawab Nadira sambil tersenyum.

"Bagus. Jadilah istri yang penurut karena aku tidak suka dibantah," Ramzan duduk dipinggir ranjang lalu mengelus serta mencium perut buncit Nadira, kemudian berganti mencium kening Nadira.

"Aku berangkat," Ramzan bangkit ingin melangkah, namun pegangan pada lengannya membuat ia menghentikan langkahnya, berbalik menatap Nadira dengan sebelah alis terangkat seolah berkata 'ada apa?'

"Boleh aku memeluk mu?" Ramzan mengernyit sebelum akhirnya ia mendekati Nadira kembali dan memeluk istrinya itu, walaupun sedikit susah karena terhalang perut buncit Nadira.

"As you wish my lady," jeda. "Kenapa akhir-akhir ini kau menjadi manja sekali?" tanya Ramzan dalam pelukkan.

Nadira tersenyum, menghirup dalam aroma memabukkan milik Ramzan yang sangat ia suka.
"Entahlah, aku hanya ingin berdekatan dengan kak Ramzan seperti saat ini," jawabnya.

Ramzan melepaskan pelukkan mereka, lalu mencium kening Nadira sebelum ia benar-benar hilang di balik pintu kamar Nadira. Meninggalkan Nadira yang sedang tersenyum dengan hati yang berbunga-bunga.

Because I'm... Where stories live. Discover now