BAB 18

283K 14.1K 701
                                    

Entah, hanya perasaannya saja atau apa. Yang jelas saat ini Nadira melihat Kevin mulai mendekatkan wajahnya. Nadira tertegun ingin rasanya ia menghindar, tetapi tubuhnya seakan kaku untuk bergerak. Hingga.....

"Maaf, mas, mbak, mohon segera turun antrian dibelakang masih panjang," ucap seseorang pria dengan sopan menunjuk kearah belakang. Mereka tidak menyadari bahwa mereka sudah berada didasar bianglala.

Dalam hati Nadira sangat bersyukur ada yang menolongnya, berbanding terbalik Kevin mengumpat Kesel dalam hati.

Nadira tersenyum ramah pada pria tadi, lalu turun terlebih dahulu kemudian disusul oleh Kevin dari belakang.

Rasa canggung membuat mereka saling diam satu sama lain. Hingga pada akhirnya Kevin lah yang memecahkan kecanggungan yang sedari tadi berlangsung.
"Hmm..., Nad, setelah ini kamu mau kemana?" tanya Kevin.

"Pulang saja, Kev. Hari sudah malam juga kayaknya sebentar lagi akan hujan," jawab Nadira sambil menatap kearah langit yang memang mendung.

Kevin mengangguk.
"Baiklah,"

***
Nadira pov.

Kevin memberhentikan mobilnya tepat di depan lobby apartemen. Aku menoleh kearahnya yang ternyata ia sudah menatap ku. Aku tersenyum padanya.

"Terima kasih untuh hari ini, Kev." ucapku tulus padanya. Ku lihat ia tersenyum sambil mengusap puncak kepala ku.

"Tidak masalah, Nad."

"Kalau begitu aku turun ya, kau hati-hati dijalan," pamit ku. Sejak kejadian di bianglala tadi, entah kenapa rasanya canggung sekali berada di dekat Kevin. Bukan bermaksud menghindar. Hanya saja...entahlah aku saja tidak mengerti.

Saat aku ingin membuka pintu mobil Kevin menahan tangan ku hingga membuat ku kembali menoleh kearahnya dengan tatapan seakan bertanya "kenapa?"

Kulihat Kevin menundukan kepalanya membuat ku mengernyit bingung.

"Kev, ada apa?" tanyaku.

Kevin mengangkat kembali kepalanya, menghela nafas sejak. Aku hanya menyaksikan, menunggu kata-kata yang ingin Kevin katakan.

"Maafkan aku, Nad." lirih Kevin sambil memelukku. Aku tersentak kaget dibuatnya, namun hanya sebentar saat aku merasakan bahwa Kevin sangat tulus mengatakannya.

Lagi pula, Kevin tidak perlu meminta maaf. Dia sama sekali tidak salah apapun. Dia pria yang sangat baik, aku beruntung memiliki teman sepertinya.

Aku mengusap punggungnya.
"Tidak perlu meminta maaf, Kev. Kau tidak salah apa-apa," kataku sedikit terkekeh. Kurasakan pelukkan mulai terlepas.

Dia memandangi ku dalam. Tidak ada debaran apapun saat ia memandangku seperti itu. Sangat berbeda jika kak Ramzan yang menatapku maka aku akan merasakam debaran-debaran asing. Bahkan berada didekat kak Ramzan pun debaran itu akan hadir.

Nyatanya, dihadapan ku ini bukan kak Ramzan melainkan Kevin maka debaran-debaran itu tidak muncul.

Ya, Tuhan...
Bahkan saat bersama Kevin pun aku masih saja memikirkannya.
Fokus Nadira fokus, batinku.

"Tentang apa yang aku ucapkan di bianglala itu aku serius, Nad." ujarnya disertai menggenggam tangan ku.

Aku menghela nafas.
"Aku tidak bermaksud menolak mu, Kev. Hanya saja ada hal yang tidak bisa aku sampaikan,"

"Tentang apa?"

"Tentang semuanya." jeda. "Lagi pula kau juga sudah punya Luna, Kev. Seharusnya kau bisa membuka hati mu untuk Luna, bukan untuk ku." lanjutku kemudian.

Masih ingat Luna? Wanita yang pernah bertemu dengan ku dan Kevin saat kami sedang berada di restoran. Ya, menurutku Luna lebih pantas untuk Kevin. Sepertinya Luna wanita yang baik, hanya saja tertutup. Dan Luna sempat mengatakan bahwa Kevin itu tunangannya bukan? Jadi, kurasa mereka memang serasi.

"Apa aku tidak pantas untuk mu?" tanya Kevin.

Aku menggeleng cepat.
"Bukan kau, tapi aku Kev. Ada saatnya nanti kau mengetahui semuanya,"

"Kalau begitu aku keluar ya," lanjutku kemudian.

"Setelah ini kita masih bisa seperti sebelumnya kan, Nad?"

Aku menggaguk sambil tersenyum
"Tentu saja," setelah mengucapkan itu aku turun dari mobil Kevin.

Sebenarnya aku kurang yakin dengan jawaban ku. Pasti setelah ini ada rasa canggung diantara kami, tapi itu bukan alasan untuk kami berjauhan bukan?
Tidak, kami bukan lagi remaja labil. Jadi tidak akan ada yang menjauh setelah pengukapan tentang perasaan Kevin.

***

Pagi hari...

Aku sudah bangun dari beberapa jam yang lalu. Dan kini aku sedang menyiapkan sarapan untuk ku, kak Ramzan, dan Kak Lisi.

Setelah menyajikan semua hidangan. Aku kembali ke kamarku untuk membersihkan diriku.

Lalu, setelah selesai aku kau kembali keruang makan. Ternyata disana sudah ada kak Ramzan dengan balutan kemeja dan jasnya. Ia menoleh kearah ku dan tersenyum. Senyum yang sangat indah menghiasi wajah tampannya.

"Pagi" sapa kak Ramzan. Ya, Tuhan kenapa aku jadi deg-degan seperti ini?

"Pa--pagi juga kak," jawabku dengan gugup.

"Kemarilah sarapan bersama ku,"

Sarapan bersama?
Sarapan bersama kami bahkan masih bisa dihitung dengan jari. Aku lebih sering sarapan setelah kak Ramzan dan kak Lisi berangkat kerja. Mereka yang lebih sering sarapan bersama.

"Nadi, sampai kapan kau akan terus berdiri disana? Kemarilah."

Aku tersadar dari lamunan ku.
Berjalan menuju meja makan, lalu duduk tepat dihadapan kak Ramzan. Ku lihat kak Ramzan mulai menyantap makanannya.

Tapi tunggu, dimana kak Lisi? Tumben sekali. Tidak mungkin dia belum bangun.

"Emm...kak, dimana kak Lisi?" tanya ku pada kak Ramzan. Kak Ramzan menatapku. Sebelum menjawab ia mengambil gelas yang berisi air putih, lalu meminumnya.

"Dari semalam Lisi tidak pulang. Katanya dia menginap dirumah temannya," jawab kak Ramzan.

Teman kak Lisi? Apa kak Lisi punya teman? Kalau benar lalu siapa teman kak Lisi itu?
Akan ku tanya nanti.

"Apa jadwal mu hari ini?" tanya nya.

Aku menggeleng.
"Tidak ada. Hanya saja jam sepuluh nanti aku akan memeriksa kandungan,"

"Jam sepuluh?"

Aku mengangguk.

"Kau pergi bersamaku kesana, tunggu aku."

Aku terkesiap. Kak Ramzan mau menemani ku? Benarkah?
Mimpi apa aku semalam. Pagi ini benar-benar pagi yang sangat indah.

"Kak Ramzan mau menemaniku kerumah sakit?"

Ia menjawab dengan anggukkan kepala. Perlahan aku menyunggingkan senyumku semakin lebar.

Ya, Tuhan. Setidaknya semua ini akan menjadi sebuah kenangan untukku sebelum semuanya benar-benar berakhir. Untuk pertama kalinya aku merasakan ditemani suami ku saat aku ingin mengecek kandungan ku.

Kak Ramzan memang selalu menjadi yang pertama dalam semua hal di hidup ku saat ini.

***

Wuaaaa akhirnya aku update😂
Tolong pengertian ya cinta-cintakuhh. Aku udah mulai sibuk hehe, so sorry for late update.

Btw, guys. Menurut kalian siapa yang cocok jadi cast mereka?

Cast yang pernah aku kasih itu aku batalin deh wkwk. Yang punya rekomen yang pantes jadi mereka siapa aja? Komen di nama mereka ya.

- Nadira

-Ramzan

-Lisi

-Harry

-Kevin

-Luna

Oke guys, see you😘

Because I'm... Where stories live. Discover now