Empat Belas

2.1K 51 2
                                    

"Heh Bella,ntar lo pulang bareng gue. Gue udah bilang sama abang lo" ucap Davin dari belakang terdengar hampir seperti bisikan,karna sekarang sedang pelajaran Pak Mansyur yang terkenal garang tersebut. Bella hanya bisa menghembuskan napas nya keras. "Dosa apa gue punya teman kek begini" batin Bella.

"Ki,pulang jam berapa?" tanya Bella kepada Kia.
"10", jawab Kia singkat. "Hah?10 paan Ki?"
"9,8,7,6,5,4,3,2,1" jawab Kia yang semakin membuat Bella bingung,dan tak lama bel pun terdengar diseluruh sekolah itu
Kring.....Kring.....Kring.....

"Nah itu maksud gue Bel,gue ngehitung mundur. Hehe" cengir Kia. Mereka berempat kini berkemas dimeja masing-masing hendak keparkiran bersamaan. Gavin kini menghampiri Bella yang sudah selesai dan ingin beranjak pulang. "Udah Bell?yuk kita pulang?" tanya Gavin,dan dibalas anggukan oleh Bella.

"What!lo pulang bareng Gavin,Bell?yang bener aja?" tanya Tasya heboh,"Hm.." gumam Bella.

Kini mereka berlima menuju parkiran secara bersamaan,tetapi Bella dan Gavin jalan berdua didepan Nisa,Kia,dan Tasya.
Tiba-tiba Gavin menggenggam tangan Bella,tetapi sama sekali tak ada penolakan dari Bella. "Kok jantung gue detaknya lebih cepat yak?terus ngapain coba ni anak pegang tangan gue?-_-tapi kok gue malah merasa nyaman ya?" batin Bella,tentu ia sangat bingung dengan dirinya saat ini. Setelah sampai di parkiran Rizal,Belva,dan Devin tampak terkejut melihat Gavin dan Bella yang berpenganggan tangan sampai ke parkiran.

"Wah lu Vin parah. Mentang-mentang tu abangnya udah pulang duluan main gandeng aja. Kalau masih ada tu si Bagas habis kali lo" oceh Devin asal. "Lo berdua pacaran?" tanya Belva tiba-tiba.

"Ahh itu---" ucap Bella dan langsung dipotong oleh Gavin. "Menurut lo kak?kalau keliatannya kita kek pacaran ya berarti pacaran la" jawabnya santai,kini Bella melotot mendengar jawaban Gavin.
"Yuk sya pulang,lo kan mau gue anter" ucap Belva datar dan dingin kepada Tasya.

"Ayo Ki,lo mau disini terus gak mau pulang?" tanya Rizal yang sudah menghidupkan motornya. "Ah iya kak. Bell,gue duluan ya. Eh cowok petakilan,jagainnya temen gue,awas lu sampai temen gue kenapa-napa!" ucap Kia ketus kepada Gavin.

Dan kini hanya tinggal mereka berdua lah yang belum pulang. "Cepetan Vin,liat langit udah mendung loh" ucap Bella. "Ayo naik" ucap Gavin yang kini sudah menyalakan motornya.
Bella naik ke motor sport Gavin. "Pegangan Bell,ntar jatoh gue gak mau tanggung ya.". "Ah lo mah cari kesempatan aja." geruti Bella,bella hanya memegangi jaket Gavin. Kalau disuruh peluk ya dia mah ogah.

Baru setengah jalan kini mereka harus diguyur hujan lebat,yang sangat lebat. Gavin berusaha mencari tempat teduh,tetapi sialnya tak ada halte,toko atau tempat lainnya yang bisa mereka singgahi untuk berteduh. Setelah cukup jauh mereka menempuh perjalanan dengan hujan deras Gavin menemukan sebuah toko yang bisa mereka tumpangi untuk berteduh. Dan disini lah mereka ditoko tersebut,berteduh dengan pakaian sekolah yang sudah basah baus oleh air hujan. Bella hanya diam sedari tadi tak berbicara sedikit pun. Gavin yang menyadari hal tersebut kini melihat Bella,dan betapa terkejutnya Gavin yang melihat wajah pucat Bella,ya Bella tengah menahan hawa dingin yang masuk kedalam tubuhnya. Kini Gavin mengeluarkan jaket dari dalam tasnya yang separu basah. Gavin langsung memakaikan jaket tersebut kepada Bella tanpa meminta persetujuan dari Bella.

Tak ada penolakan dari Bella,dan kini Bella bersuara "Makasih ya,tapi lo gak dingin?" tanya Bella dengam suara yang bergetar,Gavin tahu Bella tengah menahan dingin. "Sama-sama,gue mah orangnya perhatian lo aja yang gak nyadar. Udah ga apa-apa. Gue cowok,bisa nahan kok" ucap Gavin dengan senyumnya.

Ketika Hujan telah reda,mereka langsung menuju rumah Bella,takut nya nanti hujan turun kembali dan mereka tak bisa pulang. Sesampainya didepan rumah Bella,Bella turun dari motor Gavin, "Makasih ya Vin udah nganterin gue,oh iya nih jaket lo" Bella ingin membuka jaket tersebut dan mengembalikannya kepada Gavin. "Bawa sama lo aja,udah ya gue mau pulang. Lo tu masuk ganti baju,terus jangan lupa minum obat ntar sakit." ucapnya penuh perhatian sembari mengacak-ngacak rambut Bella. Dan kini Gavin sudah tampak agak jauh dari rumah Bella,tampak Bella menahan rasa pusing yang bersarang dikepalanya dari tadi. Ketika sampai didepan pintu Bella hendak membuka pintu rumahnya tetapi pandangannya langsung kabur begitu saja dan semua menjadi gelap.

Satpam rumah Bella yang melihat sangat terkejut,dan berusaha memanggil siapa saja yang berada didalam rumah.
"Tuan...Nyonya...den Bagas atau siapa lah yang ada didalem,ini diluar Non Bella nya pingsan" ucap sang satpam dengan panik dan terus menggedor-gedor pintu rumah tersebut.
Dan terbukalah pintu tersebut,tampak wajah sang Bunda dan Bagas bingung menatap pak Satpam. "Ada apa sih pak Tar...." seketika sang Bunda melihat Bella yang tergeletak didepan rumah dengan keadaan tak sadarkan diri. "Bagas,cepat bawa adik kamu kedalam,yaampun" ucap sang Bunda dengan paniknya. Kini Bagas dengan cepat membawa Bella menuju kamarnya,Bagas tak kalah panik dengan sang Bunda yang melihat keadaan adik kesanyangannya tersebut.

Bunda Bella langsung menelpon dokter langganan keluarga nya tersebut. Setelah selesai mengecek keadaan Bella,sang dokter berkata "Bella tidak apa-apa bu,dia cuman kecapek'an. Kalau bisa,akhir-akhir ini kegiatan Bella dikurangi pokoknya jangan sampai Bella kecapek'an bu,karna kita semua tahu bahwa fisiknya sangat lemah dan mudah terserang penyakit." jelas panjang lebar sang dokter. "Makasih dok sudah menangani anak saya" ucap sang Bunda lembut,"Ya sudah ini resep obat yang harus dibeli diapotik untuk Bella bu,semoga Bella lekas sembuh.". "Ah iya baik lah dok,mari saya antar sampai depan".

Kini hanya menyisakan Bella dan Bagas didalam kamar Bella. Ponsel Bella bergetar diatas nakas sebelah kasur Bella. Bagas mengambil ponsel Bella,dan Gavin menelpon Bella dengan nama kontak 'Gavin Aneh Sayang😘' , tak pikir panjang Bagas menjawab telpon dari Gavin tersebut.

'Hallo cewek berhati es. Lo lagi apa?udah ganti baju?terus udah minum obat?"

"Lo apain adek gue sampai dia kek gini?!"

Disebrang sana Gavin tahu yang sedang berbicara dengan dirinya adalah Bagas,bukan Bella.

"Wess,santai kak. Kan tadi hujan,jadi kita sebelum berteduh itu udah ketimpa hujan duluan. Sekarang Bellanya mana kak?"

"Dia pingsan,pas sampai didepan pintu rumah. Sekarang lagi istirahat,tapi belum bangun. Mungkin bentar lagi. Lo pacaran sama adek gue?"

"Pacaran?hahah rencana nya sih gitu kak. Tapi gue masih belum meluluhkan tu hati es nya seutuhnya kak"

"Oh yaudah"

Telpon diputuskan oleh Bagas secara sepihak,karna ia malas mendengar ocehan dari Gavin. "Mudah-mudahan Gavin benar-benar bisa sayang sama lo dek,gue gak mau lo ngerasain yang namanya patah hati,karna sakit dek" batin Bagas sambil menatap Bella sendu. Sungguh Bagas sangat menyayangi adik satunya ini,ia tak ingin adiknya merasakan semua itu,Bagas akan berusaha untuk membuat Bella bahagia dan tersenyum. Karna Bagas tak mampu jika ia harus melihat sang adik menderita karna 'Cinta'.

Bella baru terbangun dari obat bius yang diberikan sang dokter tadi. Disampinnya ada kak Bagas yang tertidur diatas kursi samping kasurnya. "Hm,kak Bagas" ucap Bella ingin membangunkan sang kakak. "Hah iya dek?lo udah bangun?"ucap Bagas sambil mengucek matanya. Ketika Bagas hendak keluar kamar Bella,tetapi kamar Bella sudah dibuka oleh sang Bunda "Nah Bella udah bangun,nih ada teman-teman kamu katanya mau jengukin kamu. Nah masuklah nak" ucap sang Bunda mempersilahkan mereka untuk masuk. Kini Kia,Rizal,Tasya,Belva,Nisa,dan Davin sudah berada didalam kamar Bella.

"Gue denger lo lagi sakit ya Bel sampai pingsan gtu. Aduhh kok bisa sih Bell?" tanya Kia dengan paniknya. "Udah ga apa-apa kok gue. Cuma gak usah sampai terlalu capek aja kok" ucap Bella dengan senyumnya. Bella merasa heran dengan Kia dan Rizal,pasalnya mereka dari tadi selalu berdua,dan kini duduk pun mereka berdua sedangkan yang lain tidak seperti mereka.

"Lo berdua pacaran ya?" tanya Bella tiba-tiba kepada Kia. "Oh iya,kan Bella belom tahu ya berita barunya. Hahah,iya Bell mereka pacaran,baru kok. Tadi siang juga jadiannya." jelas Nisa sesekali tertawa karna melihat Kia yang malu-malu akibat penjelasannya tersebut.

Semua teman Bella sedang berkumpul menjenguknya saat ini,tetapi mengapa Bella merasa ada yang kurang dari semua ini?dia mengharapkan siapa untuk datang? Sungguh Bella sangat bingung terhadap perasaannya saat ini.

Dan ketika pintu kamar Bella terbuka,dan tampaklah.........















Bersambung......

A New Life (Completed) √जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें