prolog

76 6 0
                                    

"Ngapain gua harus mempertahanin orang yang gua suka tapi nerima diri gua setengah-setengah? " -Alken

"Setidaknya hargain perasaan orang." -aku Hasna

"Ya karna, bukan berarti pacar itu segalanya bagi hidup semua orang. Pacar hanyalah pacar." -Alken

Aku bergeming, memikirkan kata-kata yang baru saja terlontar oleh mulutnya.

Memang benar, jika kita mempunyai seorang pacar janganlah terlalu bergantung kepada pacar. Karena, pacar hanyalah pacar.

Disini, aku bagaikan sosok figuran yang hanya keluar dan masuk dalam sebuah skenario kehidupan. Entah aku yang terlalu ikut campur, atau, aku yang terlalu serius bermain peran. Untuk kali ini, aku bukanlah siapa-siapa. Bukan pacar Alken, ataupun ada hubungan darah dengan Fania. Aku bukan siapa-siapa.

"Jangan buat pusing dengan keanehan jaman sekarang. Pikirkan masa depan yang menurut lo penting. Ngga perlu mengurusi hal-hal yang ngga penting. Hidup ini masih panjang. Jangan biarkan umur lo dimakan cuma-cuma oleh sebuah kalender." -Alken

Tapi.

Telah sirna semua.
Telah sirna kebahagiaanku.
Telah sirna kepercayaanku
Telah sirna keberanianku.
Telah sirna harapan-harapanku.
Telah sirna mimpi terbesarku.
Telah sirna hanya untuk ditakdirkan.
Telah sirna dalam waktu yang tidak bisa terkirakan.
Telah sirna karena memang sudah waktunya.
Telah sirna walaupun aku masih ingin berjuang.

Aku kecewa? Tidak.

Aku hanya sedih. Sedih karena aku masih ingin berharap. Berharap lebih dari yang aku inginkan kepadanya.

Tapi apa? Semuanya bahkan tidak ada yang mau bekerja sama. Alam dan semestapun sepertinya begitu.

Namun, bagaimana aku bisa untuk terus bisa berminat melawan beban buruk dan bisikan negative untuk mundur? Jika yang lainnya saja tidak mau membantu.

Tapi biarlah. Biarlah aku bekerja sendiri. Mungkin ini saatnya untukku agar bisa belajar lebih mandiri.

Mungkin ini terbaiknya.

Mungkin.

_ _ _

Project with hasnaramadhani_

●●●

Take a ShineWhere stories live. Discover now