chapter seven

9 2 0
                                    

Meet my cousin, Sandra

Alken.

Gua suka sama lo.

"Yehh, lu mah berani nya di kaca sih!" ujar seseorang tiba-tiba yang sudah berada di ambang pintu kamar ku.

"Apa si lu?" tungkas ku kesal.

Ia mendekat ke arah ku. "Kalo suka ya berusaha lah." kemudian ia merebahkan diri ke kasur.

"Ini kan lagi berusaha San," aku menoleh ke arah nya.

"Berusaha apaan?" ia menaikan satu alisnya, meremehkan.

Bingung. "Ya,  berusaha,"

"Kalo mau nyatain, ngomong langsung depan muka nya! Depan matanya, depan bibirnya, depan idungnya, depan jidatnya."

"Harus gitu ya San?" aku tersenyum lepas.

"Iya lah, biar nanti elu puas."

Aku berjalan ke kasur dan ikut merebahkan diri. "Gila kali ya? Gua nongol di hadapannya merinding setengah mampus." aku tertawa kecil.

"Itu mah nama nya lu salting!" ia bangkit dari tidur nyan

"Salah tingkah, gitu?"

"Iya lah, lo kan lebay." ia tertawa.

"Tapi, Alken mau gak ya sama gue?"

Sandra menatap ku dari kaki hingga kepala. "Dia mana mao ama elo?"

Aku duduk di hadapannya. "Emang apa si kurang nya gue?" kemudian mengerut kan kening ku, berfikir.

"Ngaca aja sono dewek. Tadi depan lo kaca kan?!"

"Wey lu sans aja dong!!" menjitak kepala Sandra.

"Lagian gua kesel." Sandra menggaruk kepalanya.

Aku termenung. "Iya sih, cewek jelek kayak gue mana bisa nge gebet si doi?"

"Lu tuh sebenernya cakep si, tapi apa ya?"

"Wah makasih loh San, iya gua tau gua cakep." aku tertawa.

"Di puji dikit langsung najisin." Sandra mendelik kemudian.

"Iya iya iya." aku tertawa kembali.

"Lu tuh kurang nya cuman satu. Tapi banyak!"

Aku mengerutkan kening ku. "Apaan si lu gaje! Katanya satu tapi banyak??"
"Ah lu mah susah mudeng si."

"Idii, coba aja lo ngomong sama emak emak sebrang jalan kaya gitu, kalo dia ngerti gua kasih lu es krim."

"Wahh yang bener lu?" ia menaikan kedua alisnya.

"Wahh iya gua kasih, tapi yang bayar elu lah, gua mana ada duit." aku tertawa.

"Aaa bazeeng."

"Jadi ngawur ngidul ah, yaudah kasi tau, kurang gua apa?"

"Tanyakan pada peta, tanyakan pada peta." ia mamainkan rambutnya yang di gerai bebas.

"Tapi, masa yang nyatain duluan gua si? Kan seharusnya, cowo dulu."

"Ah, lu banyak cincong. Contohnya gua aja deh! Dulu aja gua sama mantan gua, emang lu kata siapa yang nyatain duluan? Siapa yang gebet?"

"Siapa?"

"Ya gue lah." membanggakan dirinya.

"Ah lu mah gatau malu si."

Sandra tertawa kecil. "Yeee si anying."

"Bener kan?" aku ikut tertawa.

"Emang doi lu tuh orang nya kek mana si?"

"Ah susah di deskripsikan!!!" dengan ekspresi panik.

"Lebay anju." mendorong badan ku pelan.

"Intinya tuh, yang gua tau aja ya."

"Iya, lama."

"Dia tuh baik, religious, termasuk dalam cogan di sekolah, kadang ramah kadang jutek, dia itu cool tapi sederhana."

"Wah, dia tajir tapi?"

"Engga, dia sederhana."

"Coba lanjutin lagi deskripsinya."

"Dia itu genius, care banget kalo sama orang yang dia kenal, kalo diliat dari mukanya dia agak polos aslinya mah engga, mukanya juga agak sangar tapi aslinya baik banget, pendiem, suka ngelawak, lucu, tapi kalo dia gasuka sama satu orang dia bakalan benci sama orang itu selamanya."

"Lumayan juga tipe kayak dia."

"Apa lagi ya? Dia tuh kalo lagi natap orang, natap nya tuh tajem banget, nusuk gitu."

"Itu mata atau piso si? Heran gua, mata ko bisa nusuk nusuk gitu."

"Ya, se-andaikan lah, Sandra ku cuank. Ko lu bego banget si? Ah kesel gua ama lu."

"Yaudah lu b aja dongs." Sandra nyengir.

"Wes, iya dongs."

"Ko lu tau benget tentang dia?"

"Gua hampir setahun suka sama dia."

"Lu mendem perasaan selama itu?"

"Dia susah peka. Dia juga udah ada pacar. Dia sukanya ya sama cewek cakep, mulus, putih."

"Emang sapa pacar nya?"

"Lo tau ga si?? Temen gua yang pernah gua kenalin ke elu!"

"Siapa?"

"Si FANIAA."

Sandra kaget. "OMAIGAT?"

"Ngga percaya si gua pas pertama kali tau tentang kabar pacaran mereka."

"Ko bisaaa? Kan dia bukannya, dia kan tau kalo lu suka sama Alken. Iya kan?

"Ko lu tau?" aku bingung.

"Gua inget, iya si Alken, yang nge gombalin elu di bbm kann?"

"Eh iya, ahahahaha." aku tertawa terbahak-bahak.

"Lo suka sama dia juga awalnya elu baper sama dia."

"Iya sih lo bener juga." aku mengangguk.

"Gua inget banget, pas kita ke toko bunga temen lo itu, dia bilang mau bantuin elu sampe jadi."

Aku tersenyum sinis.

"Yah, cuman lisan basi. Iya sampe jadi, tapi bukan gua nya yang jadi, tapi dia."

Take a ShineWhere stories live. Discover now