chapter seventeen

10 3 0
                                    

Never forget you - Zara Larson

"Mobil saya di sebrang jalan. Ini," dengan bodoh nya aku memberikan kunci mobil begitu saja pada pria yang kupercaya kan tersebut.

Sudah bermenit menit kemudian, mobilku tak kunjung muncul.

'apa aku sedang di rampok?'

"Pak mobil saya kemana ya?" aku masih menangis.

"Kita panggil ambulan aja ya Dek, jangan-jangan orang itu bawa kabur mobil Adek."

Aku nambah panik. "Astagfirrullah. Ko gua tolol banget si. Pak tolong telfon ambulan pak."

Untung nya, tas sekolah masih aku gemblok di pundak. Jadi, handphone, dompet, segala macam id card, dan barang penting lainnya masih aman.

Biarkan mobil di urus nanti. Aku hanya fokus kepada Alken yang masih tidak sadarkan diri.

Kemudian aku tersadar bahwa Fania yang masih syok dengan kejadian tadi hanya bisa menatap ku dengan suka tidak suka.

Tidak lama, ambulan pun tiba. Aku, Alken, dan Fania memasuki ambulan tersebut.

Kemudian, beberapa perawat yang berada di dalam ambulan bersamaku mulai melakukan pertolongan pertama.

Setelah, pertolongan pertama sudah dilakukan, keadaan menjadi begitu hening. Sangat hening sehingga membuat aku gugup untuk bertanya kepada Fania.

"Kenapa lo malah diem aja?" aku memaksa diri untuk mencairkan suasana.

"Gua engga tau harus apa!" sambil menggelengkan kepalanya. "Gua juga panik Has. Dan tiba-tiba lo dateng. Kenapa lo bisa kebetulan begitu?" Fania menatap ku sambil mengerutkan kening nya.

Tidak mungkin aku jujur pada Fania bila tadi aku membuntutinya walau hanya diam di dalam mobil.

"Gua juga kaget pas liat ada yang kecelakaan. Gua turun aja dari mobil soalnya gua liat baju lo. Gua kira itu elo, dan ternyata bener." ujar ku dengan sedikit fakta.

Fania tidak membalas pernyataan dariku. Aku tidak perduli mau dia percaya atau tidak.

Kami pun tiba di rumah sakit. Mobil ambulan telah berhenti. Dan Alken mulai sedikit sadar.

Alken langsung di bawa ke ruang UGD. Disana sudah ada beberapa perawat yang telah siaga.

Aku dilarang untuk masuk. Namun tidak dengan Fania, dia meminta memaksa masuk. Dan dia juga minta di obati luka-luka nya akibat memar di kaki dan lengan nya.

Akhirnya, aku duduk sambil termenung di lobby rumah sakit.

_ _ _

Beberapa menit kemudian, Fania keluar dari ruang UGD dan mendekat kearah ku.

"Alken gimana keadaannya?" tanyaku.

"Alken udah mulai pulih ko. Dia juga udah sadar." ujar sekar.

"Gua boleh ketemu sama dia?"

"Kata gua mending besok aja deh. Lagian, lo pasti belom pulang kerumah kan? Lo aja masih make seragam."

"Gua cuman mau balikin--" ucapku terpotong.

"Nanti gua salamin ke dia kalo lo udah balik. Dari pada lo disini, jadi nyamuk kan. Mending lo pulang aja sekarang."

"Yaudah, salamin aja ya. Gua pulang."

"Iya." jawab Fania dengan senyum datar.

_ _ _

Aku keluar dari rumah sakit tersebut dengan perasaan yang bisa dibilang, remuk.

Kurang apa nya lagi coba?

Mobil di rampok sama orang bangsat.

Nyewa ambulan make diminta uang bensin.

Buset.

Nyampe rumah sakit udah kayak jones duduk sendirian di lobby, di liatin sama orang disana karna masih make seragam.

Udah lega denger Alken siuman, malah diusir sama pacar nya.

Miris banget ngga si?

Dan sekarang?

Mau pesen transportasi online Handpnone lowbat. Angkot malem-malem begini gaada. Taxi juga boro-boro ada yang lewat.

Jalan kaki deh dari rumah sakit ke halte depan, yang di kira deket, ternyata jauhnya, masyaallah.

Yah, untung deh pas nyampe halte langsung ada babang ojek. Jadi ngga perlu nunggu lagi.

_ _ _

And the results was, pas nyampe rumah kaki gua bengkak, dan nyokap ngomel karna mobil ilang.

●●●

Take a ShineWhere stories live. Discover now