2! 3!

477 69 7
                                    

"Hoam... omo!" Yoongi menjerit tertahan saat melihat seorang namja di sampingnya.

"Apa yang sudah aku lakukan? Siapa dia?"

Ia melihat wajah namja itu kemudian ia tertawa sendiri.

"Itu kan Jungkook, ia menumpang disini," pikir Yoongi.

"Ya! Jungkook! Bangun!" Yoongi menggoyang-goyangkan tubuh Jungkook.

"Ya Jungkook! Bangun!" ujarnya lagi.

"Bangunlah! Matahari sudah mau terbenam," nyatanya matahari baru terbit.

"Ya Jungkook!" serunya.

"Ya! Ya! Bangunlah!" kini Yoongi menampar kedua pipi Jungkook bergantian. Tapi Jungkook tak kunjung bangun.

Bahkan deru napasnya tak terdengar.

"Omo! Apa ia sudah mati?" tanya Yoongi panik. Kemudian ia keluar dari tempat tidurnya dan keluar dari rumahnya.

Ia berniat untuk memberi tahu keadaan Jungkook pada siapapun yang ia temui. Dan ia bertemu dengan Jimin.

"Ya! Park Jimin!" panggil Yoongi.

"Hyung, ada apa? Tumben sekali kau bangun pagi-pagi," Jimin menghampiri Yoongi.

"Jungkook... tolong lihat dia," pinta Yoongi. "Aku tidak yakin ia masih hidup."

"Ne?" tanggap Jimin.

"Ia tidak mau bangun dan napasnya tidak terdengar," jelas Yoongi.

"Mwo? Kalau begitu ayo kita lihat dia," Jimin dan Yoongi kemudian berlari menuju rumah Yoongi .

Mereka masuk dengan terburu-buru dan...

"Oh, selamat pagi, Yoongi-ssi, Jimin-ssi," Jungkook menoleh saat mendengar langkah orang datang terburu-buru. Saat itu ia sedang merapihkan tempat tidur.

"Hyung, kau bilang-"

"Ah, Jimin kita bicara di luar saja, eoh?" Yoongi menarik Jimin keluar.

"Hyung, sepertinya Jungkook sehat-sehat saja," ujar Jimin sambil menoleh.

"Tapi ia tadi seperti mayat," bela Yoongi. "Deru napasnya tidak terdengar dan wajahnya pucat."

"Pucat? Hyung, kau bahkan lebih pucat dari mayat," ujar Jimin.

"Ya! Kulitku itu tidak pucat seperti mayat. Kulitku itu bagus sejak lahir. Jadi jangan iri dan meledekku, pendek!" balas Yoongi sekaligus menyombongkan diri.

"Hyung, aku tidak iri sama sekali. Tapi perlu kau tahu, tinggi badan kita hanya berbeda satu senti," ujar Jimin.

"Sudahlah, tutup mulutmu!" ucap Yoongi.

"Nde, aku mengerti kau khawatir dengan Jungkook," jawab Jimin.

"Untuk apa aku mengkhawatirkannya? Aku lebih khawatir pada Jin-hyung," ujar Yoongi. Seketika itu raut wajah Jimin berubah.

Benar juga. Jimin, ia bangun sepagi itu bukan untuk berjalan-jalan atau menghirup udara pagi yang menyegarkan. Dalam hati kecilnya, ia berniat untuk melihat keadaan sekitar rumah mereka-- kalau-kalau Georgio atau kawanannya datang.

Ia mengkhawatirkan keadaan Seokjin. Ia khawatir kalau Seokjin akan tiba-tiba menghilang dari mereka. Ia............ takut.

"Ya! Ya! Jangan melamun, kau membuatku merinding. Ya!" Yoongi melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Jimin.

WINGS ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang