Begin

410 57 5
                                    

"Hyung, omong-omong, aku melihat lukisan di rumah," ujar Jungkook pada Yoongi. Saat ini mereka duduk di bak belakang mobil dalam perjalanan pulang.

"Rumah hampir penuh dengan lukisan kau tahu?" jawab Yoongi tak perduli.

"Maksudku seperti lukisan... seorang namja. Apa itu hyung?" terang Jungkook.

Ramalan.

Sebuah prediksi.

Ramalan buruk.

Apa Yoongi mempercayainya?

Flashback
Kota Oleander, tujuh tahun lalu...

"...sedikit lebih dalam masuk ke dalam hutan, kau akan menemukan beberapa rumah. Ada seorang anak diantara rumah itu. Jangan disapa! Atau kebahagian kota akan hilang, kota akan mati!"

Sekumpulan anak muda itu tertawa geli. "Pantas saja Lee-ssaem memberimu nilai C, kau menulis dongeng itu."

"Hah, otakku rasanya akan meledak saat itu. Ia menyuruh kita mengarang bebas secara mendadak. Aku benci sastra," bela orang yang dimaksud.

"Santai saja," yang lain berbisik. "Ku dengar, si pucat dapat C kurang. Idiot."

Mereka kembali tergelak.

Yoongi hanya memandang dari mejanya.

Ya, si pucat, Min Yoongi.

Kulit putih pucat. Kata-kata tajam yang keluar dari mulutnya. Kepribadiannya yang sedingin es. Itulah Min Yoongi.

Jangan lupa fakta bahwa ia dikucilkan.

Kelas yang tadinya ribut, kembali tenang saat guru yang akan mengajar masuk ke kelas.

Kembali, Yoongi akan menjalani hari yang panjang.

---

Akhir pekan, Yoongi akan berjalan-jalan di kota. Berjalan-jalan sendirian dan tanpa tujuan. Hanya melihat keadaan sekelilingnya.

Begitu pun dengan hari ini.

"Festival?" gumam Yoongi saat melihat sebuah taman luas dipenuhi banyak orang dengan kain lebar bertuliskan 'Festival' terbentang di bagian depannya.

Tanpa berpikir panjang, namja itu memilih masuk ke dalam taman itu.

Dan sepertinya pilihannya itu salah. Taman itu penuh sesak oleh para pengunjung, sementara para pedagang menjajakan dangangannya.

Begitu ramai, bebanding terbalik dengan Yoongi si gunung es yang cinta kedamaian.

"Si peramal datang hari ini!"

"Mworago?"

"Si peramal datang!!"

"Lalu?"

"Ayo kita dengarkan dia!"

"Kau mempercayai wanita tua itu? Percayalah, dia hanya wanita kurang waras, bukan peramal!"

"Masa bodoh. Ayo!"

Yoongi mengalihkan perhatiannya dari percakapan dua orang tak jauh darinya.

"Peramal? Konyol. Orang itu benar," Yoongi bergumam pelan. Meskipun begitu, kakinya melangkah mengikuti dua orang tadi.

Mereka mengarah ke tempat yang terpisah dari para pedagang. Sebuah tenda berdiri di sana. Beberapa orang berkerumun di depannya.

Yoongi berjalan mendekat.

"Apa yang dia ramalkan hari ini?" tanya orang di depan Yoongi.

"Entahlah- ah, sudah boleh masuk," jawab orang di sampingnya.

WINGS ✅Where stories live. Discover now