Wattpad Original
There are 11 more free parts

04 - The Offer

126K 6.8K 138
                                    

Walter sedang memberi makan ikannya sambil merokok ketika ada suara gaduh di tangga.

"Shit! Dammit!" jerit perempuan.

Dengan heran Walter mendekat.

Tentu saja itu si Vodka yang menjerit, dia terjatuh di bawah tangga.

"Whoa. Kau baik-baik saja?" lagi-lagi Walter menolongnya.

Si Vodka sudah membersihkan dirinya, kecuali baju yang sama dan... isi yang sama.

"Ya, ya, aku baik-baik saja." Dia meringis. "Dimana kau menyimpan sepatuku?"

"Err... mungkin di mobilku."

"Mungkin?"

"Yea, coba kau ingat-ingat semalam." Walter memegang pundaknya supaya berdiri, dan si manis Vodka ini memerah sambil mengeraskan rahang.

"Mungkin memang di mobilmu." Dia menyerah.

Walter membawanya duduk di kursi pantry. Walter menghisap rokoknya lagi.

Mereka saling tatap untuk waktu yang lama. Si Vodka terlihat bingung ingin berkata apa.

"Maafkan aku soal semalam." Gumamnya. "Aku kehilangan kontrol, dan gila, itu pertama kalinya aku mabuk."

"Tidak heran." Timpal Walter.

Si Vodka memerah lagi. "Aku membersihkan kamarmu. Maaf soal lampu tidurnya. Aku akan menggantinya sungguh."

Lampu tidur?

Oh, yang si Vodka tarik ketika Walter sedang mengambil alih tubuhnya. Itu bayangan yang indah sekali.

"Tidak apa-apa, itu sudah rusak sebelum kau menariknya."

Dia menarik nafas kasar seolah terkejut Walter mengingatnya. Well, Walter memang mengingatnya dengan jelas.

"Aku tetap akan menggantinya. Sungguh. Dan... eh... dan... aku.. apa kita..?"

Walter menghisap rokoknya lalu mengeluarkan asapnya sementara bibirnya tersenyum miring. "Yea, we were not fvck...," Walter mendekat lalu duduk di kursi pantry sebelah si manis. "Yet."

Lagi-lagi si Vodka menarik nafas tajam seolah hobinya adalah terkejut.

"Jadi mau kemana kau setelah ini?" tanya Walter.

"Pulang." Dia bergerak tidak nyaman. "Ngomong-ngomong dari apartemenmu ke WSU berapa jauh?"

"WSU?" Walter mengernyit. "Kau mahasiswa di sana?"

Lagi-lagi si Vodka memerah. "He-eh."

Kenapa? Kenapa Walter tidak pernah melihatnya? Dia pasti ada di antara ribuan murid.

Tapi seperti yang Walter jelaskan, dia ini asing.

"Siapa namamu, Vodka?" Walter menyelipkan rokok di antara jari telunjuk dan jari tengah, mulai serius menatap si Vodka Merah ini.

Si Vodka menunduk malu. Dia pasti sedang memaki dirinya sendiri. "Kau tahu, kau bisa panggil aku Vodka saja kalau kau mau. Lagipula kita takkan bertemu lagi... eh... setelah aku mengganti lampu tidur."

Dia menjepit kedua kakinya membuat Walter mengingat semalam. Mereka tidak bercinta, tapi Walter masih bisa mengingat bibirnya, tangannya, dan seluruh tubuhnya. Begitu liar, dan fantastis.

"Siapa bilang kita tidak akan bertemu lagi? Kita sekolah di kampus yang sama, Babe." Walter menggigit bibirnya mencegah keinginan untuk mencium si Vodka lagi.

Dia pasti cukup sadar untuk menampar Walter.

Si Vodka turun, dia hampir ingin merengek dan menangis. "Aku harus pulang."

The Bad Boy Saw Me TwerkWhere stories live. Discover now