Wattpad Original
Há 4 capítulos gratuitos

11 - Whatever, Babe

92K 6.2K 63
                                    

Sekali lagi, Aspen mengagumi apartemen Walter. Dia ingat beberapa kata yang dia ucapkan saat Walter pertama kali membawanya.

Dan itu hanya membuatnya malu.

Aspen melihat ikan-ikan koi itu yang punya akuarium kebesaran untuk hanya empat ekor ikan. Dimana lucunya itu, Walter?

Dengan iseng, Aspen memberi makan ikan itu sambil memperhatikannya.

Ini ikan yang kecewek-cewekan kalau disandingkan dengan Walter. Tapi kemudian Aspen mengabaikan ikan-ikan itu dan berjalan ke tempat lain.

Si Walter tidak ada di rumah. Aspen tidak tahu dimana dia. Jadi, Aspen tidak melakukan apa pun apalagi menyentuh barang-barang si Walter.

Sampai tiga puluh menit kemudian, ketika Aspen hampir tertidur di sofa, ada erangan sakit di dekat pintu lift. Aspen segera bangkit mencari tahu.

"God dammit! Apa yang terjadi, Walter?!"

Sudut bibirnya berdarah, wajahnya lebam, dan dia tersungkur di dekat pintu lift.

Walter terkekeh lemah. "Aku baik-baik saja. Memangnya apa yang terjadi?"

Aspen duduk di sebelah Walter lalu meringis, dia tidak pernah melihat orang berdarah, dan dia ingin menangis sekarang.

"Kau tidak baik-baik saja! Kau berdarah!" Aspen menggigit bibirnya menahan tangisan.

Sialan! Dia sering menonton film pembunuhan, tapi ketika itu terjadi sungguhan, dia merasa kakinya lemas.

Walter mengernyit, tahu tidak ada yang lucu ketika wajahnya berdarah-darah.

"Babe, aku baik-baik saja. Kenapa kau bahkan menangis?"

Aspen tidak menjawab, matanya berlarian di tubuh Walter mencari tahu apa saja yang terluka darinya.

"Kenapa kau lakukan ini?!" Aspen tiba-tiba memekik putus asa. "Aku benci pertengkaran, aku benci melihat darah, aku ke sini bukan untuk menyaksikan ini, tahu!"

"Ini biasa, kalau kau lelaki kau akan tahu."

"Tapi aku bukan lelaki!"

Walter memutar matanya. "Setidaknya aku tidak mati."

"Kau akan mati kalau kau terus-terusan berkelahi."

Walter meringis sambil memijat hidungnya. "Setidaknya katakan terimakasih, aku melakukan ini untukmu."

"Kau gila. Aku tidak minta kau berkelahi. Aku minta password apartemenmu."

Walter diam, tahu dia kalah berargumen. "Alright, angkat aku."

Aspen menatap sengit Walter. Dia masih syok atas luka-lukanya dan Aspen tidak bisa membuat tangannya berhenti bergetar.

"Apa kau marah?"

Aspen mendenguskan tawa pahit. "Marah? Fűck, no! Aku tidak marah, aku ketakutan!"

Walter menyerah, dia kemudian mengangkat tubuhnya sendiri dengan sempoyongan. Aspen menyusulnya berdiri dan dengan cepat berdiri di sebelah Walter.

Ketika Aspen menidurkan Walter di sofa, dia hampir menangis lagi. "Dimana kotak P3K?"

"Di kamarku."

"Kamarmu yang itu?"

Walter menyeringai geli. "Yang mana lagi, Babe?"

Aspen segera berbalik sebelum Walter melihatnya memerah. Dan itu tidak sulit menemukan kotak P3K, karena semenit kemudian, Aspen kembali ke ruang menonton TV membawanya.

"Katakan padaku, apa yang terjadi." Tuntut Aspen saat membuka kotaknya.

"Tidak tahu. Terjadi seperti itu saja."

The Bad Boy Saw Me TwerkOnde histórias criam vida. Descubra agora