"Kau gila kau tahu itu, 'kan?" seru Aspen.
"Memangnya siapa yang bisa lebih gila dari aku?"
Aspen menahan keinginan untuk meninju hidungnya sementara Walter terkikik seperti menkonfirmasi bahwa dia memang gila.
"Dimana baju atasanmu?" tuntut Aspen.
"Di lemariku."
"Gila dan tidak punya malu." Ucap Aspen sambil menggelengkan kepalanya. "Jangan bilang kau bisa memanjat dinding."
Walter tertawa lalu dia mendorong Aspen ke dinding lift. Memutus jarak dengan menempelkan semua bagian tubuhnya.
Aspen membulatkan matanya memberi tatapan membunuh.
"Kenapa, babe?" bisik Walter. "Kehilangan kata-kata pintar?"
Walter terus mendekat pada wajah Aspen sementara Aspen gila-gilaan mencoba menembuskan kepalanya ke dinding lift.
"Bagaimana dengan satu ciuman untuk permintaan maaf?"
"Aku tidak akan memaafkanmu." Ucap Aspen keras kepala.
"Siapa bilang aku akan minta maaf? Aku berencana memaafkanmu karena sudah membuat igaku hampir patah."
"Bodoh, siapa suruh mengangkatku?"
"I did."
Lalu Walter menempelkan bibirnya pada Aspen, menciumnya sambil mencoba mengabaikan tangan Aspen yang mendorong dadanya pelan.
Aspen terus menolak. Tapi ketika Walter menggigit bibirnya lumayan keras, Aspen terengah kesal dan membuka mulutnya dimana saat itu Walter benar-benar menciumnya. Ciuman yang sulit Aspen tolak bahkan ketika dia sadar apalagi mabuk.
Ketika Aspen baru saja membalas ciumannya, Walter dengan sengaja menjauh.
Dia menyeringai. Aspen tahu dia kalah, tapi dia masih punya ego tinggi. Tidak ada yang bisa mengalahkan egonya.
"Like it, Babe?" Walter mendekat lagi dan menciumnya. Dan meskipun ego Aspen begitu besar, dia menyerah saja untuk membalas.
Walter adalah pencium yang hebat.
Mereka cukup lama berciuman hingga tangan Aspen mulai melingkar ke punggung telanjang Walter, sementara Walter memegang kedua pipi Aspen dengan lembut berbeda dengan ciumannya.
Mereka terhenti sebelum pintu lift terbuka. Ketika Walter pikir sudah di bawah, rupanya ada sepasang lansia yang masuk membuat Walter terkekeh melihat wajah Aspen yang melongo.
Bibirnya membengkak, dan dadanya naik turun cepat.
Walter berbisik ke telinganya dengan sengaja. "Kita lanjutkan nanti,"
Itu membuat Aspen terus membeku seperti patung.
Setibanya di lantai bawah, pasangan lansia itu keluar. Lift turun kembali ke parkiran bawah tanah, tapi setibanya di sana Aspen masih berdiam diri membuat Walter mendengus kesal.
"Seriously, babe, ingin satu tumpangan lagi?"
Meskipun pipinya bersemu merah, Aspen menatap Walter masih kesal.
"Tiga..." Walter mendekat. "Dua... Satu!" Walter mengangkat lagi Aspen dan membuatnya menjerit.
Tidak ada siapa pun di parkiran kecuali mobil-mobil berjejeran. Walter tidak peduli seberapa keras Aspen berteriak tidak akan ada yang mendengarnya.
Tiba di dekat mobilnya Walter menurunkan Aspen, mendorongnya ke badan mobil dan menciumnya lagi di sana.
Aspen tersentak dan tubuhnya tegang sementara Walter mengabaikannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/102639254-288-k510915.jpg)
YOU ARE READING
The Bad Boy Saw Me Twerk
RomanceAspen Chase, seorang mahasiswi yang tiba-tiba kehilangan semuanya. Saat ia pergi ke club untuk meringankan sedikit beban dalam kepalanya, ia malah tanpa sadar menari vulgar di depan the notorious bad boy, Walter James. *** Aspen Chase adalah mahasis...
Wattpad Original
This is the last free part