Wattpad Original
There are 10 more free parts

05 - He's A Disaster

110K 6.5K 143
                                    

Aspen menelepon Brenda ketika dia masuk ke lift.

Brenda adalah teman satu kampusnya, dia tinggal di asrama, dan punya teman sekamar yang sinting.

"Aku datang lima belas menit lagi." Ujar Brenda. "Kau selalu menyusahkan."

"Aku tahu. Apa kau bisa lebih cepat? Dan boleh aku pinjam sepatumu? Dan... tolong bawa baju ganti."

Brenda mendesah. "Tentu, tentu, apa lagi yang kau butuhkan? Kamar mandi berjalan? Sikat gigi? Sabun?"

"Tidak, makasih. Aku sudah mandi."

"Sialan, Chase, itu sarkasme!"

Aspen nyengir sinting. "Oh ya? Kalau begitu cepat datang."

"For my arse's shake! Kulakukan ini cuma karena kau sahabatku! Paham?!"

"Paham sekali."

Lalu telepon terputus bersamaan dengan pintu lift terbuka.

Cengiran Aspen menghilang. Dia kembali cemas dan khawatir.

Setelah Brenda menolongnya membawa barang-barang dari loker kampus, kemana Aspen akan pergi?

Dia tidak akan tinggal di rumah Walter James. Tidak. Karena semua perempuan di kampusnya akan memburu Aspen.

Karena selain tetap hidup dan tetap kuliah, Aspen yakin dengan satu hal bahwa tetap tidak menonjol atau menjadi bahan bulian adalah cara terbaik selamat dari kuliah.

Kalau dia sadar semalam, dia tidak akan mau menginjakan kaki di apartemen Walter. Itu sama saja bunuh diri.

Dan sekarang, mungkin Aspen sedang menjalani kematian.

Dia telah dicium, ditelanjangi dan - untungnya - tidak setubuhi. Aspen berjengit, dia benci memikirkannya, dan dia hampir ingin membenturkan kepala ke pintu kaca.

Itu pasti cara terbaik untuk melupakan semalam.

Setelah menunggu lima belas menit yang panjang dan memalukan di trotoar, akhirnya Audi Brenda bisa dilihat. Datang mendekat.

Aspen tidak menunggu Audi itu benar-benar berhenti untuk masuk, sehingga ketika masuk, dia hampir membuat rekor bunuh diri teranyar: 'seorang gadis tidak memakai sepatu berdiri di pinggir trotoar, masuk ke sebuah mobil asing dan hampir terseret drastis'.

"Dammit, Chase! Apa kau gila?!" seru Brenda.

"Kau baru tahu aku gila?" ujar Aspen dengan tolol sambil memakai sabuk pengaman. "Bawa aku ke kampus, tolong."

"Aku tidak tahu kenapa aku mau melakukan ini." Gerutu Brenda.

Selama perjalanan, Aspen mengganti baju dengan baju Brenda yang kekecilan, karena dia tidak mungkin ke kampus memakai dress biru dan sepatu sneakers.

"Brenda?" panggil Aspen.

"Hmh?"

"Apa teman sekamarmu sering tinggal di asrama?" tanya Aspen hati-hati. Semoga Brenda tidak tahu tujuannya.

"Tidak. Dia tinggal satu rumah dengan pacarnya di rumah perkumpulan."

"Mmm... apa aku boleh tinggal di asramamu?"

Brenda memberi Aspen tatapan WTF-nya sambil melotot.

"Kalau tidak bisa tidak apa-apa, sungguh, aku hanya bertanya." Sergah Aspen buru-buru sebelum Brenda meledakan mobil.

"Apa yang terjadi denganmu, Chase? Apa kau menutupi sesuatu?"

"Tidak."

"Katakan. Kau tahu kau itu terlihat kacau dan seperti orang gila."

The Bad Boy Saw Me TwerkWhere stories live. Discover now