Wattpad Original
There are 3 more free parts

12 - Fish And Advice

83.8K 5.9K 308
                                    

Walter mencium harum roti panggang bahkan sebelum dia bangun.

Ini mengingatkan dia dengan ibunya.

Apa ibunya datang ke apartemennya?

Walter mengernyit dalam tidurnya. Kenapa ibunya harus datang?

Kemudian dia memutuskan bangun dan mencari tahu.

Ketika tiba di dapur, Walter menyeringai. Bukan ibunya, tapi si Vodka. Dia memakai piyama kekanakan dan rambutnya ditarik menjadi sanggul acak-acakan.

"Morning, Babe." Sapa Walter. "Kau memasak sesuatu?"

"Pembersih rumah, ingat?" ujar Aspen tanpa memandang Walter. "Bagaimana dengan luka-lukamu?"

"Yeah, membaik. Tapi akan lebih baik kalau ciuman itu dilakukan."

Aspen menjatuhkan spoon lalu mengerang saat mengambilnya. "Jangan memulai, please."

"Kenapa? Kau terangsang?" Walter terkekeh.

Aspen memutar matanya membuat Walter bahkan lebih tergoda untuk menggodanya.

"Kau suka roti panggang untuk sarapan?"

Alih pembicaraan?

Hmm...

"Aku suka kau untuk sarapan."

"Oh, kuambil itu sebagai 'ya'." Aspen berbalik setelah mematikan kompor. Di tangannya ada dua roti panggang yang harumnya campuran antara keju dan mentega.

"Sweet. Come here, Vodka."

Lima detik kemudian roti panggang itu ada di depan Walter.

"Kau tidak kuliah?" tanya Walter saat mengambil piringnya.

"Pukul dua. Kau sendiri?"

Walter mengernyit. "Kenapa kau bertindak seolah kau kenal aku?"

Aspen mendenguskan tawa pendek. "Walter James? Memangnya siapa yang tidak kenal dia?"

Tiba-tiba saja roti panggang sudah tidak enak lagi. Walter melipat tangannya di dada.

"Jadi kau kenal aku sebelum aku kenal kau?"

"Ya?"

Bayangan mengabaikan si rambut merah ini selama bertahun-tahun membuat Walter hampir gila.

Walter melewatkan waktu bertemu gadis aneh ini?

"Whatever. Aku ada kelas sebentar lagi."

"Kalau begitu kau harus segera mandi."

"Tentu saja." Jawab Walter jadi kesal.

"Ngomong-ngomong aku sudah memberi makan ikanmu." Aspen berucap dengan bangga.

Fuck.. makan? Memangnya dia tahu porsinya?

Walter segera turun dari kursi dan berjalan cepat ke akuarium favoritnya.

Dan dia melotot.

"Fuck! My fish!"

*****

"Aku minta maaf. Aku hanya ingin berbuat baik." Aspen menangis.

Sungguhan menangis sementara Walter menggerutu frustasi.

"Aku tidak percaya Elsa, Belle dan yang lain pergi secepat ini."

"Maafkan aku. I'm such a reckless bitch."

"Aku membesarkan mereka."

"Aku tahu." Isak Aspen. "Maafkan aku, Walter."

Walter berdecak. Dia tidak begitu peduli dengan ikan-ikan, dia kan bisa membeli ikan lain dan menamainya Elsa Belle. Dia hanya suka membuat Aspen bersalah.

"Kau berhutang padaku, kau tahu."

"Bitch, I know that!" erang Aspen semakin frustasi.

"Karena sekarang aku tidak punya peliharaan untuk dimainkan, maka kau jadi gantinya."

"Kau ingin aku masuk akuarium dan diberi makanan ikan? You kidding me, James?"

Aku ingin kau masuk ke kamarku setiap malam, babe.

"Yeah!" dengus Walter. "Ketika aku kembali aku ingin kau ada di akuarium itu."

Aspen menghapus air matanya dan cemberut. "O-kay?"

"Okay."

*****

Aspen keluar dari apartemen Walter sesaat setelah Walter pergi ke kamarnya.

Aspen mengambil shower super singkat, sikat gigi, lalu memakai foundation dan keluar.

Walter hanya marah. Nanti pun dia kembali baik lagi.

Memangnya siapa orang sinting yang mau jadi putri duyung?

Aspen bergidik.

Dia tiba di kampus setelah berjalan sepuluh menit. Tidak ada yang bisa dia lakukan di kampus ini selain fakta bahwa dia tidak punya kelas, dia juga tidak punya kebutuhan di sini.

Kecuali nanti jam sembilan. Aspen akan ke kedai kopi Webber.

"Hei," seorang perempuan menyapa Aspen dari kejauhan membuat Aspen berbalik.

Aspen tidak mengenalnya. Ditambah, perempuan itu bukan tipe teman Aspen. Sangat liar. Dengan baju ketat dan semuanya yang ketat.

"Oh, hei?" balas Aspen.

"Itu kau kan? Si legging on dress?" perempuan itu terkekeh membuat Aspen sakit kepala.

Oh, jadi semua orang membuatnya sebagai lelucon sekarang.

"Yeah. Aku benci dress pendek itu."

"Tentu saja. Aku Sabine, kau?"

Aspen diam saat si Sabine ini mengulurkan tangan. Sabine siapa?

"Ayolah, haruskah aku panggil kau legging on dress?" Sabine terkekeh lagi.

Aspen menggeleng. "Aku sudah lelah dengan nama panggilan aneh, panggil aku Aspen Chase. Yang mana saja yang kau suka." Aspen meraih tangan Sabine.

"Kau lucu. Mungkin itu sebabnya Walter tertarik."

Aspen mendengus. "Oh, kau salah satu teman si Sinting?"

"Kalau yang kau maksud itu adalah Walter James, yeah."

Mereka melepas tangan.

"Boleh aku memberimu saran sebelum kau benar-benar kencan dengannya?"

Aspen menemukan hal ini geli. Tapi dia abaikan saja.

"Tentu. Apa itu?"

"Kau harus siap dengan gadis-gadis satu kampus yang akan menjadi haters-mu. Dan mungkin kau akan sering mengobatinya, diajak ke tempat-tempat aneh bahkan kuburan... kalau kau siap dengan itu, mungkin kau boleh sungguhan kencan."

Aspen mengangguk sambil tertawa. "Trims. Dan kau adalah siapanya? Mantannya yang susah move on?"

Sabine terkikik. "Bukan, aku pacar temannya, aku tahu saja. Kalau begitu, see you, babe."

Aspen merasa jantungnya terkilir. Kalau saja jantung bisa terkilir. Kenapa semua orang memanggilnya babe akhir-akhir ini?

"Yeah, babe." Aspen menjawa setengah mengalami trans.

" Aspen menjawa setengah mengalami trans

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Bad Boy Saw Me TwerkWhere stories live. Discover now