Aku menjagamu serupa menjaga sepasang kelopak mata. Membuka ketika ingin melihat, dan menutup ketika sesuatu yang silau dan tak elok dipandang melintas. Kau mengangguk ketika kuajak berdansa. Tertawa lepas ketika kita memang merasa lucu. Kemudian duduk tenang ketika kuajak serius. Ya, kau selalu jadi pelengkap bagiku, meski di dunia yang tak terjangkau oleh mereka. Aku paham warnamu, aku hafal lekuk senyummu, dan semua hal yang menurut mereka hanya ilusi.
Hingga aku terbangun pada dimensi yang sedikit berbeda. Kau tetap ada, namun semakin sulit kujangkau. Untaian kenangan yang kusemat pada pigura emas perlahan memuing, menampilkan wajah tak simetris, hingga tak indah lagi dipandang.
Ada tangan lain yang menyapa ketika kubutuh belaian. Ada tawa lain menawarkan diri ketika kubutuh hiburan. Akhirnya kusadar, kau dan aku berada di alam yang berbeda. Kita memang berdansa bersama, tapi tidak berpelukan. Kita memang tertawa bersama, tapi tanpa sentuhan. Rinai hujan menepuk wajahku dengan lembut, ketika langit menginginkan tatapanku. Ada harapan baru di sana, menanti untuk kujajaki bersamanya--tanpa menepis keabadianmu di hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serangkum Rasa
PoetrySekadar ruang untuk menampung imaji tak bertuan yang suka melintas di tengah kesibukan. Dari sini mungkin bisa dikembangkan jadi puisi, cerpen, dan tidak menutup kemungkinan jadi sebuah novel. High Rank: # 1 - catatanpendek dari 20 cerita (29-03-19)...