#4

757 97 6
                                    

[year 17]

anin

"this isn't right..."

"this is VERY right."

"nin."

"no, don't nin-nin me. man up, my dearest husband. don't be afraid."

gue memutar kedua bola mata gue setelah ogi memutar kedua bola matanya. ogi memanyunkan bibirnya yang membuat gue bergidik sambil tertawa kecil kemudian menusukkan kedua telunjuknya ke pinggang gue.

"AH!!! gi, aku pegang gunting, lho."

"nin, dengerin aku." katanya sambil menggenggam tangan kanan gue dan menarik gue mendekat. suara yang ogi keluarkan sangat lembut--suara yang hanya ogi keluarkan ketika ia membisikkan sweet nothings saat gue sedang tidak dalam kondisi hati yang baik--yang sekarang ini hanya gue balas dengan kekehan karena tekad gue udah bulat, dan ogi gak bisa merayu gue untuk gak melakukannya.

"oke, oke." kata gue sambil terkekeh, "aku dengerin."

ogi mendudukkan gue di pahanya dan mengambil gunting yang gue genggam, menaruhnya diatas meja yang terletak persis di sebelah kursi tempatnya duduk.

"aku ada meeting sama klien penting besok," katanya sambil menyelipkan rambut gue ke kuping sebelah kiri, "kamu gak bisa giniin aku."

"i also had a very important meeting before, and did it stop you?" ujar gue kemudian mengecup ujung hidungnya, "no, right? so i can't stop myself, too."

"aah, niiinn." rengeknya.

gue terkekeh dan mencubit hidungnya, "man, up!" ujar gue kemudian mengambil gunting diatas meja dan mencoba berdiri, tapi kedua tangan ogi kemudian memeluk pinggang gue dan membuat gue terduduk kembali di pangkuannya.

"can we do another round? i promise if i lose this time you can do anything as you want." pintanya.

gue menggelengkan kepala sambil mengayunkan gunting di tangan kiri gue, "nu-uh." gue mencoba berdiri lagi tapi ogi semakin menarik gue mendekat until he nuzzled his face to my neck.

"ernghhh," erangnya, "kamu pasti bakal motong pendek banget."

gue mengelus rambutnya sambil terkekeh, "oya, pasti. kata orang, mata harus dibalas dengan mata. and guess what? poni pendek harus dibalas dengan poni pendek juga."

"kalo proyekku gagal karena mereka gak suka sama poniku yang kependekan, semua salah kamu." ancamnya sambil mengecup leher gue.

"duh, kamu bisa nyisir kebelakang poninya, terus pake pomade biar gak turun-turun. jangan kantrok-katrok banget, ah."

"yaudah, gini deh," kata ogi sambil menarik wajahnya dari leher gue kemudian mengecup bibir gue singkat, "kalo kamu gak jadi potong poniku, aku bakal ambil cuti seminggu terus kita liburan, gimana?"

"dih, katanya cuti kamu buat liburan kita akhir bulan depan!!"

"ya, aku cuti dua kali, deh."

"hm, terdengar menyenangkan, but no, thank you. aku minggu depan harus ketemu beberapa orang buat ngurus beberapa hal. lagian, ya," gue mengehentikan kalimat gue kemudian menyisir rambut ogi, "liat nih, poni kamu. udah panjang sampe nutup mata gini. mau ketemu klien penting tapi muka ketutup poni kan gak banget."

"tapi seenggaknya gak akan seancur yang kamu potong."

"ih, yang biasa potong poni kamu kan aku! mana pernah ancur hah!?"

"iya, tapi biasanya kamu potong tanpa kita perlu taruhan siapa yang kalah main kartu poninya bakal di potong setengah." ujarnya sambil menyentil pelan dagu gue.

"ini gak bakal ancur, aku janji. aku potong sekarang ya?" kata gue sambil menggenggam poninya.

ogi mengerang, membuat gue tertawa kecil kemudian ganti mengecup bibirnya, "hhh. i was fighting an already lost battle, so yeah, do as you please."

"you know i love you, right?"

"hmm. do it before i change my mind." katanya sambil memejamkan mata.

gue terkekeh dan mulai meratakan poni ogi, kemudian menggenggamnya dan mengira-ira bakal sependek apa gue akan memotongnya. sambil terkekeh, gue langsung memotong poni ogi dengan satu gerakan lalu melepaskan genggaman gue dari poni dan mulai merapikannya agar gak miring.

ogi membuka matanya ketika merasakan gue memundurkan wajah gue untuk melihat ogi dengan poni barunya dengan jelas.

"WKWKWKWKWKWK GI, OH MY GOD, HAHAHAHAHA."

oh, god, ogi bakal sering-sering sensi ke gue kalo gini hasilnya. meskipun gue tidak menyesalinya sedikitpun.

ogi langsung ngambil cermin yang sejak awal terletak diatas meja untuk melihat refleksi dirinya. matanya membulat terkejut meskipun ekspresinya mengatakan kalau ia sudah menduga hal ini akan terjadi, membuat gue semakin tertawa kencang dan hampir jatuh dari pangkuannya.

ogi mengambil gunting yang masih gue genggam dan menaruh gunting dan cermin kembali keatas meja sebelum tangan kanan menusuk pinggang gue dan tangan kiri mendekap gue erat agar gue gak kemana-mana dan dia bisa terus-terusan menusuk pinggang gue.

tingkah menyebalkannya baru berhenti ketika gue gak sengaja (oke, mungkin sedikit sengaja) menyikut wajahnya.

aku, kamu, bicaraWhere stories live. Discover now