#7

627 82 4
                                    

[year 17]

anin

"aku minta maaf," ujarnya. 

gue menghela napas. mengerti maksud dari permintaan maafnya tanpa perlu dijelaskan lebih lanjut.

"iya, gak papa."

kali ini giliran gue yang mendengar helaan napasnya, "maaf..."

"iyaaa, ogiku sayang. gak papa," kata gue sambil me-load-speaker panggilannya sebelum menaruh handphone gue diatas meja, "kamu kaya baru kenal istri kamu aja deh. jadi kesel akunya."

"but this wasn't the first time..."

gue membereskan berkas-berkas yang masih tercecer di meja, "nah, karena bukan pertama kali itu. kan kamu udah ngerti kalo aku emang gak pernah permasalahin itu."

"iya aku tau," sahutnya, "and i knew i made you sad too."

"not sad, but disappointed," kata gue lalu melanjutkan sambil terkekeh, "i'm disappointed but not surprised. jadi stop minta maaf, minta maaf terus. kamu tau kan aku paling kesel sama orang yang minta maaf terus-terusan?"

"tau," sahutnya lagi, "terus aku harus gimana biar kamu stop feeling 'disappointed but not surprised'?"

"matiin telfonnya," ujar gue sambil memutar kursi menghadap pintu, "ngapain sih kamu nelfon dari balik pintu? buang-buang pulsa aja. sini masuk."

gue mendengar ogi terkekeh, "see you."

"hmm. buruan sini." jawab gue sebelum mematikan panggilannya.

beberapa detik kemudian ogi memasuki ruangan kerja kami berdua dengan membawa sebuah cupcake dengan sebuah lilin yang tertancap diatasnya.

"cie," goda gue, "romantis abis bawain aku cupcake. ada lilinnya, lagi."

ogi kemudian berlutut dihadapan gue yang masih duduk diatas kursi. membuat gue terkekeh melihatnya.

"dalam rangka apa nih pake acara berlutut segala?"

"dalam rangka minta maaf karena aku gak di rumah pas kamu ulang tahun... dan bisa-bisanya lupa ngucapin... lagi..." jawabnya sambil menyodorkan cupcake yang ia bawa kehadapan gue--dengan suara yang semakin mengecil disetiap lanjutan kalimatnya, membuat gue kembali terkekeh mendengar nada penyesalan yang keluar dari mulutnya.

kali ini gue mengecup pucuk kepalanya, hal yang jarang gue lakukan mengingat gue yang (untungnya) lebih kecil dari ogi yang sebenarnya tergolong kecil.

"gak papa. aku ngerti kerjaan kalo kamu itu penting. aku juga gak bikin surprise pas ulang tahun kamu tahun ini. jadi kita impas." jawab gue.

"hmm. but i still made you felt disappointed tho."

gue mengangguk mengiyakan, "iya, tapi kamu tau sendiri aku gak pernah anggep hari ulang tahunku itu hari yang spesial. you know i often forget about it,--

--but i hope you don't. i hope you'll remember my birthday and tell me when my birthday is if i forget about it. i don't care if others don't remember, but i hope you do. though it's okay if you're not. because i understand, gi. rasa kecewaku udah pergi dari kapan tau. kamu stop ngerasa bersalah, ok? aku kesel kalo kamu ngerasa bersalah terus. lagian, kita udah bahas ini tahun lalu."

ogi mengangguk kemudian mengeluar korek api dari kantongnya dan menyalakan lilin yang tertancap diatas cupcake, "make a wish."

gue tersenyum dan memejamkan mata, mengucapkan beberapa permintaan sebelum kembali membuat mata, "ayo tiup bareng-bareng. i made some wishes for us."

ogi menghitung mundur sebelum gue dan dia sama-sama meniup lilinnya.

"kamu minta apa?"

gue mengecup pipi kanannya, "rahasia." jawab gue kemudian mengecup pipi kirinya, "makasih ya."

"sama-sama, my cupcake." kata ogi yang membuat gue bergidik sambil tertawa dan memukul pundaknya--yang kemudian dibalas ogi dengan sebuah kecupan di kening dan di bibir milik gue.

aku, kamu, bicaraWhere stories live. Discover now