#14.7

357 48 13
                                    

6 years ago.

ogi

sepi tidak selalu datang ketika sunyi. kadang sepi datang ketika dunianya sedang ramai, ketika banyak orang berbicara disekelilingnya, tertawa lebar dengan suara yang terdengar menggema di telinganya.

sepi datang ketika ia mencari suara tawa yang sudah lama tidak ia dengar diantara suara-suara tawa disekitarnya. sepi datang ketika ia sengaja mempekerjakan badannya tanpa henti, melupakan segala pesan anin untuk tidak lupa makan dan istirahat, hanya untuk melihat anin datang dan memarahinya--tetapi sosoknya tidak jua terlihat.

sepi datang ketika ia tidak menemukannya.

ini yang dia mau. ini yang kami butuhkan, pikirnya. berkali-kali ia ucap dan tegaskan sebagai sebuah mantra untuk tidak mengusik anin yang masih ingin melarikan diri.

-

sebuah paket datang untuknya siang itu. ia tidak membukanya sampai malam tiba. melihat nama pengirimnya, ia membutuhkan waktu untuk memproses semuanya--untuk menenangkan jantungnya yang berderu cepat; penuh dengan antisipasi dan ketakutan.

ia mendapati lima buah foto langit dengan matahari terbit sebagai objeknya. tanpa penjelasan apapun baik di depan maupun di belakang lembaran foto yang anin kirim. jantungnya berderu cepat kembali.

foto-foto tersebut sudah lebih dari cukup. mereka sama-sama tidak pandai untuk mengungkapkan perasaan masing-masing diluar perasaan senang dan amarah tanpa merasa tidak nyaman. mereka tak jarang mengungkapnya dengan berbagai gestur dan simbol--dengan apapun yang tersirat dan hal yang tidak secara eksplisit bisa diucapkan--dengan memori yang tersimpan akan artian dari hal-hal yang tersiratkan.

-

jam menunjukkan pukul satu pagi. angin malam yang masuk dari jendela kamarnya membuatnya sedikit menggigil. satu batang rokok terselip diantara jemarinya, tidak ia nyalakan. jatungnya kembali berderu cepat--kembali penuh dengan antisipasi dan ketakutan.

ia menghancurkan rokok di dalam genggamannya, membuangnya keluar jendela sebelum ia mengambil handphone-nya yang sejak tadi tergeletak di samping bungkus rokoknya, layarnya yang tidak terkunci menjadi penerangan kamarnya yang gelap. ia menekan angka-angka di layar handphone-nya yang membentuk sebuah deretan angka yang ia hapal diluar kepalanya--memasukkan nomor yang berkali-kali ia urungkan untuk ia panggil.

tapi tidak untuk kali ini, pikirnya. seseorang yang ia rindukan sudah berhenti menjadi pengecut dan menempati janjinya dahulu, yang penuh dengan ketakutan, untuk kembali menjulurkan tangannya. sekarang adalah saat baginya untuk melakukan hal yang sama.

-

"halo?"

"gi?"

"hmm. pulang, ya?"

"iya." ogi mendengar helaan napas dari seberang panggilan yang dilakukannya. ia bisa merasakan senyum yang anin keluarkan saat ia mengatakan kalimat selanjutnya, "tunggu, ya."

-

[year 18]

anin

thank you for having me.

if i could say it a little bit selfishly, thank you for loving me--all this time, through our ups and downs.

-

aku, kamu, bicaraWhere stories live. Discover now