#10

564 73 5
                                    

[year 17]

ogi

gue menatap anin yang sekarang sedang terlelap di pelukan gue. menyisir kebelakang helaian rambutnya yang jatuh ke wajahnya, sebelum mengecup keningnya dengan tangan kirinya yang masih menangkup pipi gue--sebuah kebiasaan tidurnya yang selalu anin sangkal.

beberapa jam yang lalu gue pulang dengan badan yang sudah tidak ada rasanya. lima hari menginap di kantor dengan punggung yang selalu bertemu dengan sofa bed, yang meskipun empuk tapi tidak senyaman kasur di rumah, meskipun gue tipe orang yang bisa tidur di bidang datar kapanpun dan dimanapun.

beberapa jam yang lalu anin sudah menunggu gue di meja makan lengkap dengan makanan-makanan kesukaan gue, kebiasaannya yang lain ketika gue gak pulang berhari-hari. hari ini mood anin sedang baik (mood anin selalu baik ketika gue akhirnya pulang). dia tertawa ketika gue makan sambil menopang wajah tidak semangat--bukan tidak menghargai, tapi beberapa jam yang lalu gue yakin gue bisa tertidur kapan saja, kalau anin gak mengambil sendok dari tangan gue dan menyuapi gue yang setengah sadar itu.

tapi itu beberapa jam yang lalu. sekarang gue udah di atas kasur dengan anin yang sedang terlelap di pelukan gue dan selimut yang menutupi sampai pada pinggang kami--dan kantuk gue hilang begitu saja. rasanya seperti habis mengisi ulang energi, entah itu efek gue yang baru aja makan makanan rumah atau karena akhirnya bisa memeluk anin lagi.

gue menurunkan tangan gue yang dari tadi mengusap rambutnya ke pinggangnya, menariknya semakin dekat seakan-akan tubuh gue dan dia belum sangat menempel dengan satu sama lain. membuat gue menertawai diri sendiri karena tingkah gue itu, yang detik selanjutnya pikiran gue membawa gue kembali ke beberapa tahun yang lalu.

the first time i met her, i knew she was different.

bukan beda yang ngebuat gue suka pada pandangan pertama, anin malah kebalikannya. pertama kali gue ketemu dan kenalan sama dia, gue langsung mempertanyakan pada diri gue sendiri apa arti senyumannya yang terlihat lurus tanpa ujung bibir yang melengkung ke atas. apa arti dari tatapan tanpa ekspresinya ketika dia menatap gue saat gue berbicara. apa arti dari seringai kecil yang muncul ketika gue lupa menyaring kalimat-kalimat yang gue keluarkan. dia membuat gue banyak bertanya pada diri gue, dan gue bukan tipe yang suka menanyakan kesan orang tentang gue apalagi sampai bertanya sama diri gue sendiri.

saat gue sudah lebih mengenal anin, gue semakin yakin kalo dia emang berbeda. she knew i was dangerous. she knew that i couldn't give what i should give. she knew i didn't do labels. she knew i wouldn't give her the certainty that i knew she wanted it as bad as i was. she knew, but she stayed. and i knew she was different, but this time, that kind of different that made me fell in love. so hard.

anin pun membuat gue menjadi berbeda. ketika tahun-tahun terus berganti dengan gue yang dulu masih memasang idealisme tinggi, kata-katanya semakin lama semakin menjadi hal yang penting buat gue. membuat gue lebih realistis dan punya rasa toleransi. terlebih ketika dia berhasil ngebuat gue berhenti untuk ngelakuin hal yang sebelumnya gue yakin gak akan bisa gue tinggalkan.

gue baru sadar betapa berartinya dia di hidup gue ketika dia sempat pergi. anin berbeda--dia selalu pergi ketika ia merasa terlalu bergantung kepada seseorang, dan gue sangat membenci hal itu. anin adalah master untuk masalah menghilang tanpa bisa di lacak. saat anin kembali dengan sendirinya, disaat gue tidak bisa menemukan dirinya yang sempat pergi, untuk kesekian kalian gue tahu kalau dia berbeda. bukan berbeda yang membuat gue mempertanyakan atau membuat gue jatuh cinta, tapi berbeda karena gue merasa hatinya telah pergi.

anin yang gue kenal adalah abu-abu, dan anin yang setelah ia pergi adalah hitam. i was trying like i was mad, to make her became grey again. ketika gue berhasil membawa yang sempat pergi pada akhirnya kembali lagi, gue berjanji pada diri gue sendiri untuk gak akan membuatnya lari kembali.

"gi,"

gumaman anin membuat gue menyelesaikan trip singkat gue ke masa lalu, "hm?"

"tidur, yang. udah malem." katanya setengah sadar sambil mengelus pipi gue.

gue memejamkan mata ketika jemari anin mengelus alis gue, "goodnight, hun."

"mm, g'nite."

aku, kamu, bicaraWhere stories live. Discover now