□23. Aneila itu menakutkan.

2K 115 0
                                    

Bagian dua puluh tiga

Berasa di prank, aing!

-
-
-
-
-

"Apa?"

"What?"

"Udah gila lu?"

"Parah bener,"

Livia maupun Arga tak bisa lagi menahan tawa mereka saat semua teman-- ah maksudnya, beberapa temannya bereaksi sangat berlebihan. Sisanya, memasang wajah tak percaya. Memang ya, teman-temannya tak pernah gagal membuatnya tertawa.

"Berasa di prank, aing!" Ratna mendengus. Benar-benar pasangan ini, ada saja cara membuatnya emosi. "Lo tuh Livia, seenggaknya cerita sama temen-temen lo ini, biar nggak senam jantung begini,"

"Bener Rat, Arga udah abis gue sumpahin. Ternyata gue ditipu,"

"Gue sering do'ain lo Liv, biar dapet jodoh lebih baik lagi. Sialan emang!"

"Tadinya gue malah nggak mau temenan lagi sama Arga pas lulus. Malu gue punya temen brengsek. Eh, boongan ternyata."

"Sialan lo Raf! Nyesel lo nggak temenan lagi sama gue. Lo tau kan gue ini bagai sebuah kotak yang isinya rahasia-rahasia lo? Jangan sampai mulut gue bocor gara-gara tingkah lo itu."

"Lo yang mulai ya Makjudin,"

"Kan tadi udah minta maaf,"

"Jangan dimaafin Raf, rugi!"

"Hooh bener, mending nggak usah ditemenin lagi tuh orang. Jijik, eww..."

"Udah-udah. Ribut mulu, mau gue traktir nggak?" Sahut Livia menengahi. Kalau tidak dipisahkan, bisa-bisa saat pulang sekolah pun, keempatnya masih berdebat.

"Apani? Mau dong..."

Rafa melirik sinis. Mengusap kasar wajah Yudha saat cowok itu sudah bergerak maju meminta traktiran. "Gratisan cepetnya ngalahin mak-mak ngejar diskonan."

"Sok suci lo!" Yudha mengalihkan pandangannya pada Livia lagi. "Si Rafa nggak usah ditraktir Liv, nggak suka gratisan katanya,"

"Enak di lo. Pasti jatah gue dimakan sama lo nanti,"

"Iyalah!"

"Ya mending gue ambil lah traktirannya. Liv gue bakso aja satu porsi tapi es tehnya tiga ya,"

"Buset, malak lo?"

"Berisik ya babi! Anda dilarang berbicara,"

"Lo siapa? Larang-larang gue?"

"Gue ad---"

"Berhenti bisa nggak? Berantem mulu kayak kucing baru gede," Gamma menggelengkan kepalanya pelan. Memang, umur tidak bisa menjadi patokan sebuah kedewasaan. Sudah bukan anak SD tapi kelakuannya masih seperti anak 5 tahun. "Coba ceritain gue kenapa kalian bikin rencana kayak gitu," tanyanya pada Livia dan Arga.

"Karena Aneila aja sih. Gue kan pernah cerita sama Ratna, Naura, Widya kalo Aneila sering berusaha ngecelakain gue. Puncaknya sih, pas Arga disuruh milih keselamatan gue atau jadian sama dia. Awalnya sih Arga mau-mau aja, untung gue tau gerak-gerik dia jadi gue tanya aja pas di rumah sakit. Eh, kita bikin rencana deh,"

IMPOSSIBLE✔Where stories live. Discover now