□Epilog : Teman hidup.

2.2K 116 0
                                    

Epilog

-

-

-

Tokyo, Jepang.

2 tahun yang lalu..

Jam yang sudah menunjukan pukul sebelas malam, menjadi saksi betapa terlambatnya aku untuk berada dirumah, tidak seperti biasanya.

Berbaring dikasur setelah bergelut dengan setumpuk dokumen, menjadi hal paling nikmat saat ini. Bahkan, dering ponsel yang kini sibuk mengalun lambat memenuhi penjuru kamar, malah membuatku makin terbuai dan terpaksa harus menikmatinya lebih dahulu dibanding harus berlari menuju sofa tempat dimana aku melempar ponselku. "Halo?"

"Kok lama? Lagi di toilet?"

Menggeleng lemah yang kutau tak akan terlihat, aku menyahut tak semangat. "Nggak, cuma tadi capek banget buat ngambil ponsel di atas sofa."

"Mau lanjut nggak? Kalo capek kita jangan telponan dulu hari ini."

Mengambil sisa kopi instan yang kubeli di street food, aku mulai menyesap kembali segelas kafein yang kini berada hangat ditangan seiring kepalaku menggeleng pelan sebagai jawaban. "Nggak masalah. Kali ini lo mau cerita apa buat hibur gue?"

Selama aku berada di Jepang, Arga selalu sukses menghilangkan rasa capek dan lelahku. Setiap pulang dari kantor, Arga selalu membawa obrolan unik bahkan konyol untuk mengisi energiku kembali, dan ya, itu benar-benar berhasil.

"Nggak ada cerita hari ini. Gue mau kasih tau lo sesuatu,"

"Apa?"

"Gue memutuskan mau jadi cowok misterius dan cuek, gimana? Lo suka nggak?"

"Hah?"

"Iya. Tadi nggak sengaja liat sinetron yang suka Mama liat, disitu ceweknya demen banget sama suaminya. Karena katanya suaminya itu penuh misteri dan terkesan cuek, dan dia bilang kalo cowok yang kayak gitu yang keliatannya setia."

Aku mengerjap, terdiam sejenak. Tubuhku membeku atau bahkan lebih seperti merasakan pasokan udara dikamarku tiba-tiba melenyap, tersedot ke dasar bumi, seperti dunia seolah berhenti seperkian sekon detik, ikut tak percaya apa yang baru dikatakan Arga.

Haruskah aku mem-banned sinetron itu karena telah mengotori pikiran Arga?

"Terus, lo percaya?"

"Nggak percaya sih, tapi ayo kita coba sama yang ini,"

Aku mengernyit, runguku menunggu suara Arga kembali menyahut tatkala beberapa detik setelahnya terdengar suara beberapa barang yang tertumpuk atau sekilas terasa beberapa barang telah dilempar. Arga ini mau ngapain malem-malem?

Tut tut tut..

Nah, sekarang panggilannya terputus.

Aku menghela napas. Menghadapi Arga dengan sifat normalnya saja kadang membuatku gigit jari saking gemasnya. Haruskah aku memotong jari karena merasa gemas sekali dengan tingkah Arga yang sekarang?

IMPOSSIBLE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang