Dua

2.9K 196 9
                                    

Author pov

"Hueek.. Hueek.. Hueek..".

Lagi-lagi So Eun harus mengeluarkan isi perutnya. Ia benar-benar lelah. Entah ada apa di dalam perutnya hingga ia tidak bisa memasukkan apapun ke dalam perutnya. Ia berdecak kesal karena di pagi buta seperti ini keadaannya sudah seperti ini. Ia takut lagi-lagi akan merepoti teman-temannya yang ada di resto jika ia tiba-tiba pingsan lagi seperti kemarin.

"Ya Tuhan.. Ada apa dengan perutku ini". So Eun memandang pantulan wajahnya di cermin yang ada di dalam kamar mandi.
Wajahnya pucat. Ia takut jika JooHyun menanyainya terus menerus. Lebih baik ia pergi sekarang di saat JooHyun belum bangun. Ne. Ia harus melakukannya.

Dengan sigap So Eun keluar seraya mengambil tas nya lalu pergi begitu saja. Ia tidak peduli dengan kondisinya yang terlihat semakin parah.
.
.
.
.
.
.
.
Kali ini JooHyun memasuki kamar 416 kembali. Tempat dimana pasien yang dipasrahi JongHyun. Ia benar-benar ingin melihat keadaanya sekaligus memeriksanya.
Terlihat pasien itu sudah bangun.

"Anyyeong ahjumma.. Perkenalkan Kim JooHyun imnida.. Aku yang merawat ahjumma hingga ahjumma sembuh..". Sapa JooHyun ramah. Seketika pasien itu membulatkan mata.

"Kim JooHyun?". Pasien itu memastikan kembali.

"Ne ahjumma". Balas JooHyun sambil sedikit membungkuk.

'Ia sangat sopan dan cantik. Pantas saja' batin pasien itu.

"Aku Cho Seo Hee.. Terimakasih sudah ingin merawatku".

"Ne Seo Hee ahjumma.. Itu sudah menjadi kewajibanku sebagai seorang uisa".

"Kau cantik sekali". Puji Seo Hee. Ia benar-benar tidak menyangka menemukan JooHyun disini.

"Ahjumma bisa saja..". Pipi JooHyun memerah seketika.

"Sebentar ne. Aku akan memeriksa detak jantung ahjumma.. Setelah itu, mungkin suster akan membawa sarapan untuk ahjumma dan ahjumma harus menghabiskannya biar ahjumma lekas sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasanya". Jelas JooHyun.

Dengan sigap JooHyun memeriksa Seo Hee dengan sangat hati-hati menggunakan stetoskop. Seo Hee tersenyum memandang wajah damai JooHyun.

"Apa kau sudah menikah nak?". Tanya Seo Hee.

"Mwo ahjumma? Aku.. Belum menikah..". Jawab JooHyun. Ia agak sedikit kaget disuguhi pertanyaan seperti itu.

"Wae?? Aku yakin pasti banyak sekali yang menginginkanmu".

"Ani ahjumma. Masih banyak hal yang harus aku capai. Aku masih belum terfikirkan untuk menikah. Aku hanya ingin membahagiakan oemma saja. Itu sudah lebih dari cukup jika aku sudah membahagiakannya". Jelas JooHyun. Seketika hening.

"Aku.. Juga memiliki seorang putra. Umurnya mungkin hanya beberapa tahun diatasmu. Banyak sekali wanita yang menginginkannya.. Namun.. Ia hanya mengejar satu wanita yang sangat ia cintai.. Hingga kini ia masih belum menikah".

"Memangnya wanita yang dikejar itu ada dimana ahjumma? Memangnya.. Jika ia sudah tahu siapa wanita yang ia cintai kenapa tidak langsung ia nikahi saja?". Tanya JooHyun. Seo Hee tersenyum.

"Wanita itu hilang entah kemana. Putraku sangat frustasi mencarinya. Bahkan ia rela meninggalkanku untuk bisa melupakannya. Dan sampai saat ini putraku belum kembali".

"Mian ahjumma. Aku sudah mengingatkanmu.. Aku tidak tahu jika..".

"Gwaenchana.. Aku hanya rindu padanya.. Ia pergi begitu saja ke London dan aku takut ia tak kembali..".

"Kau harus percaya ahjumma.. Putramu pasti kembali.. Ia pasti merindukanmu.. Aku tahu karena aku berada di posisinya sebagai anak.. Anak dengan ibunya tidak bisa terpisah jauh.. Mereka mempunyai insting yang kuat..". Tiba-tiba JooHyun meneteskan air matanya ketika mengingat perjuangan oemma nya.

RETURN [END]Where stories live. Discover now