Tiga

2.1K 177 5
                                    

JooHyun pov

Aku menghela nafas lelah. Akhirnya aku sudah mempresentasikan hasil kinerjaku selama ini. Walaupun masih banyak tugas yang harus aku kerjakan, setidaknya aku telah menyelesaikan satu.

Dan ini sudah pukul 10 malam. Aku benar-benar sangat lelah.

"Fiuuh.. Benar-benar melelahkan.. Aku bahkan belum menyentuh makanan sama sekali.. SooYoung uisa sangatlah ketat.. Setidaknya tanganku masih aman tidak terkena pukulannya..".

"Kau beruntung Joo.. Lihatlah.. Sedangkan aku, tanganku sudah seperti bulan-bulanannya karena aku hanya menjawab lima pertanyaan dan selebihnya tanganku sudah siap menerimanya". Keluh Sunny. Tangannya memerah akibat pukulan kayu dari SooYoung uisa karena tidak bisa menjawab pertanyaan.

Aku mengambil obat merah yang berada tidak jauh dariku. Kemudian pelan-pelan mengolesi telapak tangan Sunny yang memerah dan terluka dengan kapas.

"Aaw.. Sakit Joo..". Lagi-lagi Sunny mengeluh.

"Sabar.. Ini tidak akan lama..".

"Apa kau tidak pulang Joo?".

"Kau lupa? Hari ini aku piket berjaga.. Aku akan menginap disini...".

"YaTuhan.. Aku lupa.. Bagaimana jika aku membelikanmu makanan sebentar diluar sebelum aku pulang? Bukankah dari pagi kau sama sekali belum makan?". Tawar Sunny. Ia memang sungguh baik.

"Tidak Sun.. Kau bisa pulang sekarang.. Aku bisa membeli makanan sendiri.. Mumpung masih ada waktu 30 menit untuk istirahat".

"Baiklah.. Aku akan menemanimu keluar.. Kajja".

Aku melangkah menuju warung yang tidak jauh dari rumah sakit.
Lorong rumah sakit tampak begitu sepi. Tentu saja, ini sudah malam. Terlihat banyak sekali dokter-dokter muda yang tertidur sembarangan. Ada yang tidur sambil berdiri, tertidur di kursi ruang tunggu... Aku terkekeh melihatnya.
Memang benar, disaat jam sudah malam seperti ini.. Para perawat tidak diperbolehkan untuk masih berjaga. Semua tugasnya diambil alih oleh dokter muda. Ya tentu saja itu sudah menjadi tugas kami.

Disini, sudah kami anggap sebagai rumah kedua kami. Kami merangkai mimpi-mimpi di rumah sakit ini.
Setiap harinya, ada kebahagiaan dan kesedihan. Ada tawa dan juga tangisan. Dan yang terpenting, tempat ini menjadi bukti adanya kelahiran dan kematian. Aku bangga bisa hidup diantara lika-liku tersebut.
Walau terkadang, keputusan yang menyedihkanlah yang menjadi pilihan yang harus kami jalankan. Kami tidak boleh membawa perasaan, ketika kami menjalankan tugas. Yang terpenting adalah pasien yang kami tangani mendapatkan pilihan yang terbaik walaupun menyakitkan.

Sesampai didepan rumah sakit, aku agak sedikit membungkuk memegang kedua lututku. Aku benar-benar tidak mampu berjalan.
Fiuuhh..

"Aku bilang juga apa.. Kau kelelahan nona Joo.. Duduklah disini, aku yang akan membelikan". Perintah Sunny. Kali ini aku menurut. Aku duduk di kursi yang ada di depan rumah sakit. Sunny pun melangkah pergi.

Tiba-tiba sirine ambulans terdengar. Dengan gerakan refleks, aku berdiri menunggu pasien yang turun dari mobil itu. Kini mobil ambulans tersebut sudah berhenti tepat didepanku. Semua dokter yang ada di dalam rumah sakit panik dan berlari menuju pasien yang saat ini diturunkan. Termasuk aku.
Perkiraanku, pasien itu masih berumur 9 sampai 10 tahun. Tergolong masih anak-anak dan sepertinya ia korban kecelakaan. Pasien itu segera dibawa masuk ke dalam ruangan gawat darurat. JongHyun sunbae memasrahkan pasien ini padaku dan menyuruh menghubungi SooYoung uisa spesialis tulang dan organ dalam agar bisa menanganinya. Kulihat orang tua dari anak laki-laki tersebut panik.
Aku mengambil obat peredam rasa sakit pada bagian kakinya karena kulihat kondisinya benar-benar sangat buruk. Perasaanku campur aduk. Apa yang harus aku lakukan.

RETURN [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن