- BLIND 4 -

25.7K 2.3K 20
                                    

RICHARD POV

Untuk saat ini, emosiku benar-benar diuji. Bagaimana tidak ? Lelaki buta itu sudah berapa kali membuatku naik pitan dan dia masih saja mengulangi kesalahanny. Lamban dan buta. Bagaimana bisa dia bekerja disini ? Aku harus memanggil Julia.

Tapi, ada yang aneh dengan lelaki itu. Sepertinya aku mengenalinya. Aku langsung mengingat kejadian saat itu, kejadian malam itu yang dimana aku lupa dimana kunci mobilku dan aku terlalu mabuk untuk mengingat apartmentku. Apakah itu dia ? Yang menolongku ? Aghh tidak mungkin, lelaki buta dikota ini tidak sedikit jdi tidak mungkin dia orang yang sama !

Setelah itu aku segera memanggil Julia sebelum aku lupa dengan masalah ini karna kau tahu aku sangat sering lupa dengan masalahku, baru saja ada masalah sudah ada masalah baru lagi karna itulah aku sering lupa.

Julia tak lama masuk keruangabku. Wanita yang sudah kukenal cukup lama, ia berparas cantik dengan rambut pendeknya sekitaran bahu well dulu dia pernah memiliki rambut panjng tapi setelah hubungannya dengan mantan pcarnya kandas dia memutuskan untuk memangkas setengah rambutnya.

"Ad apa !" Serunya masuk kedalam ruanganku. Kau tahu ? Sepertinya dia yang bos disini. "Apa kau yang memperkerjakan lelaki buta itu disini ?". "Oh Chad, yah aku yang memanggilnya, kenapa ?". "Well okey, aku ingin kau memecatnya hari ini juga!" Seruku. "What ? No kau tidak bisa !". "tidak bisa ? Aku baru saja melakukannya, lagi pula untuk pekerja lamban itu bekerja disini ? Dia hanya akan menyusahkan pekerjaanku !". "Tidak bisa Richard ! Chad itu bawahanku jadi itu keputusanku untuk memecatnya apa tidak, jika kau masih keras kepala untuk memecatnya itu berarti kau juga memecatku !". Shit ! "Baiklah terserahmu ! tapi aku tidak mau melihatnya menyusahkan orang-orang disini atau aku sendiri yang akan memecatny !"

Aku tidak bisa memecat Julia. Dia sahabatku dan dia yang selalu ada untukku saat aku kesusahan. Walau dia kadang mengesalkan seperti tdi tetap saja aku harus mempertahankannya kalau bukan karnanya Perushaanku sudah lama bangkrut.

Semua pikiran ini membuatku sedikit lelah, aku harus kembali membangkitkan semangatku. "Bagaimana ? Apa dia bisa bermain denganku siang ini ?", "baiklah, aku yang akan menjemputnya".

CHAD POV

"Chad...."

Aku mencoba mendengar suara itu. Menentukan dimana arah suara itu berada. "Yah ada apa ?". Panggilku lagi. Aku tidak mengenal suaranya tapi sepertinya ith Devon, salah satu Ob disini bersamaku. "Aku pulang duluan, kau harus berhati-hati jika pulang nanti Chad,". "Ah baiklah, Terima kasih banyak," balasku mencoba tersenyum walaupun aku tak tahu bagaiman rupnya jika aku tersenyum, kuharap itu tidak buruk.

Pekerjaanku berarti akan selesai, jadi aku segera menuju ke arah westafel untuk mencuci sisa-sisa peralatan disana. Aku meraba piring-piring itu dan memprediksikan apakah ada banyak ? Dan untung saja sore itu tidak banyak yang mengenakan piring dan gelas. Aku mengambil mereka satu persatu dan mencucinya sesuai dengan yang kubisa. Bisa dibilang aku lamban, tentu saja karna aku tak ingin merusak barang yng ada disini, bisa-bisa Julia memecatku. Aku tidak bisa kehilangan pekerjaan ini, aku sudah terlalu lama tak bekerja, aku khawatir dengan adikku Bobby, dia masih harus bersekolah dengan benar.

"Chad, kau masih disana...." aku sudah bisa mengenali suaranya, itu suara Julia. "Aku masih disini, kau belum pulang ?". "Aku menunggumu pulang,". "Ah Julia, kau tak perlu menungguku, lagi pula aku masih harus menyelsaikan ini, pulanglah kau harus beristirahat."

Walau kutak tahu apakah Julia sudah pulang dia hanya berpamit denganku. Aku kembali melanjutkan pekerjaanku, mencoba untuk mentatanya dengan rapi walau aku sendiri tak tahu apakah yang kulakukan akan terihat rapi apa tidak. Setelah pekerjaanku selesai, aku mengambil tasku dan pulang kerumahku. Mungkin Bobby sudah menunggu dirumah dan kelaparan karnaku. Bobby sama sekali tidak bisa memasak, untungnya aku pernah diajarkan oleh Julia, walau sedikit sulit tapi lama kelamaan aku sudah handal dengan memasak. Perjalananku kerumah memang cukup jauh harus kuakui, aku harus mengikuti jalan setapak baru bisa mendapatkan bus malam didaerah tengah kota karna rumahku cukup berada dipinggiran kota. Aku tak punya cukup uang untuk menyewa rumah didaerah kota, jadi aku hanya tinggal dirumah yang sudah ada saja walaupun jauh.

"Aduhh, kakiku....." Aku mendengar suara isakan seorang gadis disekitarku. Ia sekarang menangis, sungguh aku cukup panik. "Gadis kecil dimana arahmu ? mungkin aku bisa menolong,". "Hiks, aku, aku disini" serunya yg masih menangis. Aku mencoba mendekati kearahnya setelah suaranya semakin dekat denganku. "Kau kenapa gadis kecil ?," seruku mencoba duduk didekatnya. "Hiks, aku, sepedaku, aku baru jatuh dari sepedaku," tangisnya. "Apa itu berdarah ? sebentar sepertinya aku plaster ditasku,". Aku segera mengambil plaster yang seingatku pernah kumasukan dulu. Gadis itu masih menangis karna katanya lututnya luka dan mengeluarkan sedikit darah. "Bisakah kau memakainya ? Maaf aku tidak bisa melihat,". Suara isakannya kini mulai mereda setelah mengambil plaster yang kuberikan. "Dimana rumahmu ? Apakau bisa pulang sendiri ? Ini sudah terlalu larut untuk bermain,". "Hmm bagaimana kau tahu ini larut padahal kau tak bisa melihat,". "Aku bisa merasakannya, walau aku tidak bisa melihat aku masih bisa merasakannya, suara hembusan angin sore begitu sejuk dan khas, berbeda dengan pagi dan juga siang hari,". Jawabku mencoba tersenyum. "Kau punya mata yang indah Kak, terima ksih, aku akan menceritakan kebaikan kakak didepan teman-teman sekolahku esok,". Setelah itu aku mendengar suaranya yang sudah kembali mengayuh pedal sepedanya. "Terima kasih kembali gadis kecil,"

Aku melanjutkan acara pulangku setelah bus malam yang kutunggu datang. Mencoba memikirkan tentang kejadian tadi dan juga Bosku yang cukup 'tegas' semua itu membuatku bertekat untuk bekerja lebih giat lagi, aku tidak boleh membuatnya kesal dan merasa terbebani karna diriku, kau harus bisa kali ini Chad, jangan biarkan ini menjadi pekerjaanmu seperti pekerjaan yang lain, ini yang terakhir.

Tak lama akhirnya aku sampai dihalte yang biasa aku menunggu bus, sedikit jauh dari rumahku dan dari sana aku harus berjalan menuju rumahku. "Chaddy, kau lama sekali, aku sudah lapar," seru Bobby yang mendatangiku dijalan. Setiap malam Bobby akan menungguku didepan rumah karna dia takut aku melewati rumahku jadi dia selalu menungguku didepan rumah. "Maafkan Chaddy, tadi Chaddy harus menunggu bus sedikit lama,". Chaddy adalah panggilan Bobby ke diriku, entahlah dia sangat suka memanggilku seperti itu karna katanya diriku terlihat seperti Ayah.

Sesampainya dirumah seperti biasa aku harus memasakan Makan Malam untuk diriku dan juga Bobby yg sudah pasti kelapran. Bobby mengatakan masih ada labu di Kulks kecil yang kami miliki jadi kuputuskan untuk membuat sup labu malam itu. Disaat aku memasak biasanya Bobby mengerjakan tugas sekolahnya atau membaca komik yang ia pinjam dari temannya, ia hanya memiliki beberapa komik karna keterbatas uang yang kami miliki. Sesekali aku memberikannya uang hasil kerjaku untuk membli komik kesukaanya, untung saja Bobby mengerti situasi kami jadi aku tak perlu cemas memikirkannya.

BLIND [BoyxBoy]Where stories live. Discover now