dua puluh

70.9K 9.3K 899
                                    

"Ayo, kencan!"

—tuuuutt!—

Sambungan itu langsung Aga matikan sepihak. Jantungnya berdebar. Demi apa, kencan?! Gio yang 'itu' mengajaknya kencan?!

Ponsel tadi langsung ia lempar ke ujung meja. Siapa tau dia salah ambil ponsel, dan ponsel tadi adalah barang pelet yang dikirim oleh seseorang untuk membuatnya terlena.

Keadaan hening sejenak. Aga menatap ponsel yang tertelungkup itu dengan ngeri. Lalu, ia tersentak saat ponsel itu bergetar dan mengeluarkan nada dering telepon. Aga membiarkan. Saat benda persegi itu diam, barulah ia ambil lagi, dan tanpa basa-basi, ia langsung menelepon Andrew.

Panggilannya di reject. Aga mengumpat. Ia tetap menelepon Andrew berkali-kali, hingga akhirnya sahabatnya itu mengangkat dipanggilan ke 10.

"Apaan?! Gue sibuk!"

Aga mencebik, "Gio nelfon gue."

Geraman kesal terdengar dari seberang telepon.

Aga menulikan pendengarannya, "Dia ngajakin gue kencan."

"Terus, hubungannya sama gue apaan?! Gue sibuk, Ga! Sumpah!"

"Gue harus jawab apa?"

Aga bersikukuh untuk egois.

Andrew kembali menggeram di sana, "Gue udah bilang, hidup itu jangan dibawa rumit! Kalo lo mau, bilang iya! Kalo enggak, ya tolak! Plis deh, jangan tolol disaat yang nggak tepat!"

"Tapi, kalo dia cuma ngeprank gue gimana?"

Andrew mendesah lelah, "Kalo lo segitunya takut diprank ya tolak aja! Udah ya! Gue mau ketemu sama rekan bisnis bokap gue!"

"Tapi, kan—"

—tuuuuutt!—

Aga berdecak kesal. Kenapa sahabatnya itu tega sekali mementingkan orang lain daripada dirinya?!

Ia mengambil cup pop mie di depannya dan membawanya ke ruang tengah.

Mungkin Ian atau Kevin bisa memberikan masukan yang bagus untuknya.
______________________________________

Aga datang ke sekolah pagi-pagi sekali. Dua sahabatnya yang lain ternyata lebih tega daripada Andrew tadi malam. Mereka berdua sama sekali tidak mengangkat panggilan teleponnya. Padahal kemarin itu baru jam setengah dua belas. Masih terlalu awal untuk mereka tidur. Menyebalkan!

Aga menggerutu sepanjang jalan menuju kelasnya. Masih kesal karena masalah kemarin.

"Aga?"

Dengan malas, ia menoleh dengan wajah jutek. Matanya mengerjap.

Mampus!

Kenapa Gio udah dateng ke sekolah jam segini?!

"Tumben awal?" Tanya Gio.

Aga menelan ludah, "Erm, iya."

"Btw, kenapa kemarin telfon gue diputusin?"

Aga merutuk dalam hati, apalagi saat melihat Gio yang tampak sedikit tak terima karena perlakuannya kemarin.

"Itu.. ponsel gue.. batrenya habis. Jadi mati."

Manik hitam Aga menatap ke sekeliling. Tak berani menatap pemuda tinggi yang berada di sampingnya itu.

"Ooh, jadi gimana?"

"Apanya yang gimana?" Tanya Aga pura-pura tidak tau.

"Kencan. Lo mau nggak?"

SECRET [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang