dua puluh tujuh

61.9K 8.3K 478
                                    

Gio menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan menerawang. Ia menghembuskan napasnya dengan gusar. Pertanyaan dari Aga beberapa jam yang lalu masih menghantui dirinya.

"Kalo aja suatu saat nanti, hubungan kita nggak disetujui. Lo bakal milih siapa? Gue atau keluarga lo?"

Pemuda tinggi itu mengumpat pelan.

Jika dipikir sekilas sih, jawabannya sudah pasti. Gio akan lebih memilih keluarganya. Tapiiii!!!!

Jika saja hubungan mereka tidak disetujui dan dia memilih keluarganya, berarti hubungan Gio dengan Aga akan berakhir, bukan?

Aga akan menjauhinya kembali dan hobi menghilangnya akan kambuh lagi seperti dulu.

Oh, tidak, tidak, tidak!

Untuk mendapatkan Aga saja dia harus menunggu selama setengah tahun. Membuatnya harus rela menyandang status jomblo dengan waktu lama hingga memecahkan rekornya sendiri.

Tentu saja Gio tidak akan rela jika harus melepaskan pemuda cantik itu!

Apalagi jika setelah putus darinya, Aga malah pacaran sama orang lain! Atau! Atau! Dia balikan sama mantannya yang kemarin itu!

Tidak!!!!!

Jangan harap, Gio akan diam saja!

Aga itu miliknya sampai kapanpun!

Lagipula, dia tidak akan sanggup untuk membiarkan Aga menghilang dari kehidupannya. Sehari tidak melihat Aga saja sudah membuatnya kelimpungan, apalagi jika Aga benar-benar akan selalu invisible dimatanya.

Neptunus, jangan biarkan hal itu menjadi kenyataan.

Jadi, sekarang bagaimana?!

Dia harus memilih keluarganya atau Aga?!

Gio menelungkupkan tubuhnya dan mengerang frustrasi. Lalu, membenamkan wajahnya di bantal kesayangannya.

"Loh, Dek? Di rumah aja?"

Gio menoleh dengan malas dan mendapati satu-satunya kakak perempuan yang ia punya tengah berdiri di ambang pintu kamar dengan tangan yang sibuk memegang cup ice cream sambil menyuapkannya.

"Cuma perasaan gue, atau lo emang jarang keluyuran beberapa bulan ini?" tanyanya sambil melangkah masuk ke dalam kamar dan mendudukkan dirinya di sebelah Gio.

"Lagi jomblo ya?"

Gio memutuskan untuk mengabaikan pertanyaan-pertanyaan dari Kakaknya tersebut, lalu mendudukkan dirinya dan menatap sang Kakak dengan serius.

"Kak, gue mau nanya," ucapnya pelan. Tangannya mengambil sendok yang berada di tangan sang Kakak dan mengambil alih cup ice cream tadi.

"Misalnya, lo disuruh memilih antara dua pilihan. Pilihan pertama ini, anggap aja sesuatu yang selalu ada di samping lo sejak lo lahir, dan sampe sekarang nggak pernah terpisahkan. Sementara pilihan yang kedua," Sesendok ice cream memasuki mulutnya. Gio terdiam sejenak. Melelehkan ice cream tersebut di mulutnya, baru lanjut bicara, "Sesuatu yang baru lo temuin, tapi tanpa sesuatu ini, kehidupan lo bakalan hampa. Nggak menggairahkan. Monokrom. Membosankan."

Gia—sang Kakak—hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Terus, kalo lo milih pilihan pertama, berarti pilihan kedua lo bakalan hilang. Gitu juga sebaliknya. Nah, jadi, menurut lo, bagusan milih yang mana? Yang pertama? Atau yang kedua?"

SECRET [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang