BAB 2

477 19 3
                                    

Pelajaran pertama telah berganti ke pelajaran kedua. Sejarah. Ibu Sofia membagi kelompok enam bagian yang terdiri empat siswa. Masing-masing siswa-siswi mencari tugas tentang perjuangan NKRI dan dikumpul dalam bentuk paper ilmiah.

"Nih kelompok, siapa yang mau jadi ketuanya?" Karina menginterupsi.

"Yang jelas gue nggak mau!" Gio yang satu kelompok dengan Renata, Karina dan Bianca ikut menimpali.

Pulpen tinta telah habis, membuat Renata membuka kembali tasnya dan mengambil pulpen lain.

Renata merasakan ada yang tengah menatapnya dengan aneh. Renata langsung mengangkat kepala. Ternyata Bianca, Gio dan Karina menatap kepadanya dengan aneh.

"Apa?" Renata bingung.

"Rena, kamu aja ya, yang jadi ketuanya." Karina tersenyum membujuk dengan mata berbinar.

"Aku? Gak! Yang ada kalian pada asik sendiri. Dan aku yang ngerjainnya." Renata cepat menolak.

"Kita akan bantu kok. Kumohon ...." Karina tersenyum, melakukan aksi membujuk.

"Rena, Karina benar kita akan bantu lo, kok. Ini tugas ada nilai individu juga. Kalo kita nggak ada partisipasi, ntar Ibu Sofia nggak lulusin kita di pelajaran sejarah ini," imbuh Bianca.

"Dan gue juga bukan orang yang lari dari tanggung jawab. Jadi, lo semua nggak usah khawatir, gini-gini gue juga pintar." Gio berkata dengan tampang begitu membanggakan dirinya.

Dengan sedikit banyak yang memohon, Renata luluh dan menerima ditunjuk sebagai ketua kelompok.

"Awas ya ... kalo kalian semua nggak ada yang bantu!" tukas Renata memicing.

".... Siap ... Bosku." Karina menjawab sambil memberikan hormat ala tentara kepada Renata.

Dengan ditetapkan Renata sebagai ketua kelompok, anggota kelompok yang diketuai Renata melanjutkan diskusi dan membagi setiap tugas yang harus mereka selesaikan.

Bel istirahat berbunyi.

"Karena sudah bel istirahat, pelajaran sampai di sini dulu. Tapi tugas kelompok tetap akan Ibu kumpul dan dikumpul awal pekan depan. Jangan ada yang terlambat memasukkan tugasnya." Ibu Sofia berkata, lalu beliau melangkah keluar dari kelas.

"Rena, terus tugas ini dibiarkan gitu aja?" kata Bianca sambil memandang buku sampul buku tulis bergambar Spongebob.

"Gini aja, gue punya ide." Gio dengan tampang percaya diri berkat, "Kita kerjanya di kafe gue aja. Kebetulan di kafe gue ada Wi-Fi. Lo bertiga mau gak?" tawar Gio.

"Makanannya gratis? Kalo hanya internetan kita bisa beli paket kuota internet sih," sahut Karina dengan senyum miring.

Gio tersenyum lurus, kedua bola mata dia mengedip cepat dan berkata, "Oh, ya oke, gratis."

Siapa yang menawarkan, kerugiannya juga harus ditanggung. Karina tersenyum penuh kemenangan mendengar jawaban Gio.

"Oke kita kumpul hari sabtu dan minggu. Gue dengan Karina bisanya libur pada hari sabtu dan minggu, sampai pukul empat sore batas waktu keluarnya," cetus Renata.

"Oke. Pembicaraan selesai. Gue ke kantin dulu, dah." Gio kemudian pergi menuju ke kantin.

"Karina, kita ke kelasnya Lina boleh? Dia semalam nelepon, mau minjam catatan kimia." Renata berkata kepada Karina di sebelah.

"Dia aja yang suruh datang ke sini. Masa kita yang ke sana." Karina menjawab ketus.

"Ya udah kalo nggak mau." Renata beralih memandang Bianca lalu mengatakan, "Bee, mau temenin aku ke kelas temanku?"

Renata memohon dengan melukis senyum tipis tapi manis.

"Iya."

Di depan pintu kelas jurusan IPS, Renata melihat Lina melakukan aktivitas menulis di buku tulis, mungkin saja Lina sedang memiliki tugas. Senyum penuh arti menampil di wajah Renata.

"Dor!!!" sentak Renata, sengaja, mengagetkan Lina. Ada senyum cengir tipis terbentuk di wajah Renata.

Lina hampir terlonjak dan Renata terkekeh pelan melihat ekspresi kaget Lina.

Lina menatap sebal. "Rena, nggak lucu! Kamu mau aku masuk rs, huh?" mulut tajam Lina mulai lagi.

"Maaf, kamu juga kenapa nggak ke kelas aja. Masih marah sama Karina?"

"Iyalah, aku masih kesal sama dia. Kamu juga datang-datang ngagetin. Senang banget lihat orang marah-marah!" Lina ngengas, pulpen yang berada di tangannya tadi disentakkan ke meja.

Bianca di belakang Renata mendelikkan mata.

Renata tidak terpengaruh dengan ucapan kesal Lina. Karena, Renata sudah biasa ia menghadapi berbagai sifat teman-temannya.

"Maaf." Renata memberikan buku ingin Lina pinjam. "Nih buku yang pingin kamu pinjam."

"Trims ... Rena siapa di belakang kamu?" Lina memandang kepada Bianca.

"Bianca. Dia teman sekelas aku dan Karina."

"Oh. Kenalin aku, Lina Devita." Lina berdiri lalu mengulurkan tangan kepada Bianca.

Senyum Bianca terbentuk setengah lengkungan. "Bianca Alexa. Lo bisa panggil gue Bee."

"Senang kenal dengan kamu, Bee."

"Gue juga." Bianca tersenyum hangat.

"Lina, aku sama Bianca balik ke kelas dulu, ya." Renata menatap kepada Lina.

Lina mengulum senyum kesal, "Aku ditinggal sendiri nih."

"Bentar lagi bel masuk. Aku dengan Bianca setelah ini kelas astronomi."

"Iya .. iya ... yang suka banget sama astronomi." Lina memutar bola matanya, kesal.

"Udah ah ... aku sama Bianca balik dulu. Dah." Renata bersama Bianca pamit lalu melangkah keluar dari kelas Lina dan kembali ke kelas mereka.

Bel masuk pelajaran berikut berbunyi. Semua siswa telah masuk ke dalam kelas begitu juga dengan Renata dan Bianca.

Pak Agus merupakan guru yang mengajar Astronomi-beliau kini masuk dalam kelas dan semua orang cepat-cepat duduk di bangku masing-masing.

Ada seorang murid cowok mengikuti Pak Agus masuk ke dalam kelas XII-IPA 2. Cowok itu membawa LCD.

Renata mengerutkan kening.

Cowok itu tidak asing untuk Renata. Spesies cowok yang paling ketus dan tidak sengaja bertabrakan dengan ia di salah koridor sekolah.

Karina di sebelah menyadari siapa yang ditatap Renata membuat suara deheman pelan dan Renata langsung mengalihkan tatapan ke arah lain.

"Jangan dilihatin terus, yang ada ke masukan setan."

"Gak lihat apa-apa tuh." Renata berkata cuek dan pura-pura melanjutkan menulis sesuatu pada buku. Namun, Pak Agus belum memberikan materi apapun.

"Cowok barusan ke luar dari kelas, yang bawa LCD barusan." Karina menyahut di sela-sela Renata pura-pura menulis.

"Diam Karina." Renata mendengkus kesal. "Tuh, Pak Agus udah mau mulai pelajarannya."

"Nanti kita lanjut ngomong setelah kelas selesai deh." Karina tersenyum tipis yang terlihat mengejek sambil mengedipkan salah satu mata.

"Lakukan apa mau kamu." []

" []

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.
AFFAIR LIEFDE | Tchs #1Kde žijí příběhy. Začni objevovat