BAB 9

193 12 0
                                    

Setelah pulang sekolah, Indra mengarahkan mobilnya menuju rumah sakit.

Mata berwarna cokelat Indra menerawang setiap sudut bangunan berisi orang-orang memakai jas putih. Ada bau obat mendominan dari tempat ini dan Indra merasakan aroma obatan itu tak beserta tempat itu. Setiap langkah Indra mengeluarkan suara di koridor ia lewati.

Indra membuka pintu, dan seorang di balik pintu Indra tatap adalah pria tua sedang duduk di kursi roda. Dia menatap sendu ke arah jendela. Senyum tipis, Indra melangkah mendekati pria tua itu.

"Kek."

Pria tua di panggil Kakek oleh Indra menoleh. Dengan senyum hangat, Kakek itu menatap sendu dan saya kepada Indra.

Di depan Kakek, Indra merangkung memberikan pelukan sambil tersenyum lembut. "Kakek, maaf, Indra baru menjenguk Kakek."

"Tidak apa-apa. Sekolahmu bagaimana?"

"Baik-baik saja."

"Benarkah? Kalau begitu ceritakan apa saja yang kamu lakukan di sekolah. Kakek ingin mendengarnya."

Indra mengangguk pelan. Kemudian ia menceritakan semua ia lakukan di sekolah. Mulai dari ia menjuarai lomba renang dengan peringkat 2 sampai ia bertemu dengan seorang cewek. Atau bisa dikatakan teman masa lalunya.

Kakek di usia tua lebih suka mendengar apa saja-hal-hal yang terjadi pada Indra.

"Siapa nama gadis itu?" tanya Kakek.

"Renata."

"Renata?"

Indra mengangguk pelan. "Renata Hestie Artalya." Indra memperjelas nama Renata kepada Kakek.

Kakek tersenyum penuh arti. "Renata ... gadis kecil yang cengeng dulu itu, ya."

Indra diam tidak tahu kalimat apa yang akan ia balas kepada Kakeknya ini.

Tangan Kakek dengan pelan meraih tangan Indra dan menggenggamnya lembut. "Kenapa diam?"

Tak perlu waktu lama untuk tahu akan ke arah apa pembicaraan ini, tapi Indra tidak bisa menghindari topik ini. Kakek pintar sekali membalikan kembali setiap kata-kata orang.

Indra menghela napas panjang dan memilih menceritakan semua yang terjadi beberapa hari sebelumnya.

***

Pukul sembilan malam. Ares merabahkan tubuhnya ke tempat tidur. Lalu spontan ia menatap nakas meja yang tidak jauh jaraknya. Di situ ada ponsel, ia mengambil ponsel itu lalu mengetik beberapa huruf dan menekan tombol panggilan.

Nada suara terhubung di balik ponsel telah tersambung. Tidak sampai satu menit telah terdengar suara seorang menyahut di seberang sana.

"Halo? Ini dengan siapa?" suara perempuan di balik panggilan itu bertanya kepada Ares.

'Kok, gue gugup dengar suara dia sih?' batin Ares.

Ares berdehem, merasakan kali pertama gugup.

"Ini dengan Renata?" tanya Ares akhirnya.

"Iya. Ini dengan siapa?"

"Ares,"

"Ha?! Kak Ares? Kakak tahu ... dari mana nomor ponselku?"

Ares dapat mendengar suara Renata yang kentara berbisik.

"Saat hape lo jatuh, gue miss call nomor gue ke nomor hape lo. Jadi, sekarang nomor lo udah gue tambahin dikontak gue."

"Gak sopan, Kak! Main ambil nomor orang sembarangan, nanya dulu harusnya."

AFFAIR LIEFDE | Tchs #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang